Unjuk Rasa Mahasiswa dan Pelajar Dituding Penyebab Rupiah Loyo, Begini Pendapat Analis

“Investor merasa khawatir terhadap indikasi kericuhan yang terjadi dalam aksi unjuk rasa sehingga mereka tidak menempatkan dana di Indonesia,”

Editor: Muhammad Hadi
Warta Kota/Hendry Lopulalan
Mata uang rupiah dan dollar AS 

SERAMBINEWS.COM - Kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami koreksi hingga menembus di atas Rp 14.200 per dolar AS.

Stabilitas keamanan nasional akibat aksi unjuk rasa di gedung DPR/MPR dinilai turut memicu rupiah yang terus tertekan sejak awal pekan ini.

Aksi unjuk rasa yang diikuti beberapa elemen masyarakat seperti mahasiswa, pelajar dan buruh yang menuntut pembatalan beberapa revisi undang-undang berakhir ricuh.

Mengutip dari Bloomberg, kurs rupiah berada di level Rp 14.215 per dolar AS yang menandakan pelemahan sebesar 0,14%.

Baca: Seorang Mata-mata CIA Dijatuhi Hukuman Mati di Iran, 3 Lainnya Divonis 10 Tahun Penjara

Terakhir, kurs rupiah berada di atas level Rp 14.200 per dolar AS terjadi pada 3 September 2019 yang menempati posisi Rp 14.228 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Andian Wijaya mengatakan bahwa aksi demonstrasi ini telah mempengaruhi pergerakan rupiah yang terus tertekan. Ia bilang hal ini menyebabkan investor merasa enggan untuk menaruh investasi di Indonesia.

“Investor merasa khawatir terhadap indikasi kericuhan yang terjadi dalam aksi unjuk rasa sehingga mereka tidak menempatkan dana di Indonesia,” jelas Andian.

Walaupun tensi demonstrasi dinilai membaik pada hari ini, Andian menilai bukan berarti rupiah akan bisa menguat kembali dalam waktu dekat.

Baca: Pria Ini Dikubur Lima Hari Lima Malam, Ini yang Dirasakannya Selama dalam Kuburan

Ia berpendapat bahwa masih ada peluang terjadi kericuhan kembali yang terjadi dalam aksi unjuk rasa ini. Andian menilai pelemahan ini akan terjadi selama jangka menengah.

Ia berpendapat masih akan ada potensi terjadi aksi unjuk rasa hingga pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober mendatang.

“Dalam satu minggu ini masih akan melemah dengan ressistance mencapai Rp 14.250 per dolar AS,” ujar Andian.

Selain itu, Andian juga mengatakan bahwa koreksinya rupiah tidak hanya datang dari sentimen dalam negeri.

Ia mengatakan bahwa nilai tukar dolar AS yang menguat menjadikan rupiah tunduk terhadap mata uang AS tersebut. Hal ini tidak terjadi pada rupiah saja melainkan mata uang lainnya di wilayah Asia.

Baca: Istri Sedang Menidurkan Anak Saat Suami Ditembak KKB di Papua, Ini Pesan Pelaku Sebelum Pergi

Andian bilang nilai tukar dolar AS menguat karena disebabkan adanya optimisme pasar terhadap pertemuan antara AS dan China di pertengahan bulan Oktober ini. Pasar mengira akan ada kesepakatan dagang yang bersifat positif.

Hanya saja, Andian menilai bahwa bukan tidak mungkin jika kesepakatan dagang ini gagal terjadi, rupiah bisa sedikit membaik. Untuk sentimen positif, Andian bilang saat ini belum ada sentimen yang bisa menahan pelemahan rupiah.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved