Korban Gempa di Maluku Mengamuk dan Bawa Parang, Karena Tak Dapat Bantuan, Ibu Hamil Pasrah
David mengaku pengungsi yang tersebar di hutan-hutan wilayah tersebut mendirikan tenda-tenda darurat yang dibeli dengan uang sendiri
Namun bantuan untuk pengungsi di wilayah itu masih sangat minim, bahkan banyak pengungsi yang sama sekali belum menerima bantuan apapun.
Kondisi mereka sangat memprihatinkan lantaran.
Selain tak mendapatkan bantuan, banyak pengungsi yang kini mulai terserang berbagai macam penyakit seperti ISPA, demam, pilek, kurang darah hingga diare.
Ironisnya lantaran tersebar di gunung-gunung dan hutan yang jauh dari perkampungan mereka sulit dijangkau tim medis
Bahkan ada korban gempa yang mengamuk dan bawa parang akibat tidak dapat bantuan
Baca: Heboh Tuyul Ambil Duit Warga, Hilang Uang Rp 50-200 Ribu, Pemilik Tuyul Diminta Tak Beroperasi Lagi
SERAMBINEWS.COM - Ribuan pengungsi korban gempa yang tersebar di sejumlah lokasi pengungsian di pedalaman hutan Kecamatan Inamosul, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku hanya bisa pasrah di lokasi pengungsian.
Meski sudah hampir dua pekan mengungsi pascagempa berkekuatan 6,8 magnitudo mengguncang wilayah tersebut.
Namun bantuan untuk pengungsi di wilayah itu masih sangat minim, bahkan banyak pengungsi yang sama sekali belum menerima bantuan apapun.
Kondisi mereka sangat memprihatinkan lantaran.
Baca: Tahun 2019, Belum Ada Warga Aceh Urus Paspor Sebagai TKI Resmi di Kantor Imigrasi Langsa
Selain tak mendapatkan bantuan, banyak pengungsi yang kini mulai terserang berbagai macam penyakit seperti ISPA, demam, pilek, kurang darah hingga diare.
Ironisnya lantaran tersebar di gunung-gunung dan hutan yang jauh dari perkampungan mereka sulit dijangkau tim medis.
“Kita warga Inamosul yang mengungsi akibat gempa seperti hidup di zaman batu,”kata Ely salah satu warga kilometer 9 saat ditemui Kompas.com di Kairatu, Seram Bagian Barat, Minggu (6/10/2019).
Mengungsi di hutan dan pegunungan karena trauma Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Seram Bagian Barat, di kecamatan Inamosul ada puluhan rumah warga yang mengalami kerusakan parah dan sedang termasuk juga gedung gereja yang berlokasi di kilometer 9.
Menurut Ely sampai saat ini warga yang rumah-rumahnya rusak memilih mengungsi ke hutan-hutan dan pegunungan karena mereka masih merasa trauma dan terus merasakan adanya gempa susulan yang terus terjadi.
Baca: Digugat ke Pengadilan Negeri Banda Aceh oleh Irwandi, Tiyong: Saya Santai Saja
Minimnya bantuan kepada para pengungsi di kecamatan itu membuat warga terpaksa mengandalkan hasil kebun untuk kebutuhan makan selama berada di lokasi pengungsian.