Korban Gempa di Maluku Mengamuk dan Bawa Parang, Karena Tak Dapat Bantuan, Ibu Hamil Pasrah

David mengaku pengungsi yang tersebar di hutan-hutan wilayah tersebut mendirikan tenda-tenda darurat yang dibeli dengan uang sendiri

Editor: Muhammad Hadi
KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY
Seorang lansia yang juga pengungsi korban gempa tidur dalam kondisi sakit tanpa penanganan medis di tenda darurat di Dusun Kelapa Dua, Desa Kairatu, Seram Bagian Barat, Maluku, Minggu (6/10/2019) 

“Bantuan-bantuan hanya disalurkan di titik-titik tertentu saja, kita disini hanya dapat beras 2 kg dan mie 2 bungkus, hanya sekali itu saja dan sampai saat ini belum dapat apa-apa,”kata Eriko salah satu pengungsi asal Desa Kairatu kepada Kompas.com.

Baca: Ini Petisi Masyarakat Dewantara yang Dituntut ke PT Pupuk Iskandar Muda

Dia mengungkapkan, lantaran tidak mendapat bantuan warga yang kecewa terpaksa mengamuk hingga membawa parang.

”Ada warga yang mengamuk sampai bawa parang, karena memang mereka tidak mendapat bantuan,” ujarnya.

Bantuan tidak merata

Tiga hari lalu kata Eriko, Raja Kairatu, Emil Rumahlatu juga ikut mengamuk ke posko penanggulangan bencana yang berlokasi di Desa Waimital untuk memprotes penyaluran bantuan bencana yang dinilainya tidak merata.

Emil datang bersama sejumlah warganya lantaran banyak warga di desanya yang ikut mengungsi dibiarkan terlantar di hutan-hutan dalam kondisi sangat memprihatinkan.

“Iya bapak raja Emil Rumalatu, Raja Kairatu juga ikut mengamuk karena memang bantuan ini hanya di lokasi tertentu saja, kita di Kairatu sini hanya dapat sisa bantuan itu pun sebagian saja dan sebagian lain tidak dapat,”katanya.

Hingga saat ini kata dia, warga masih bertahan di hutan-hutan desa tersebut bukan karena isu tsunami semata.

Namun warga sangat trauma dengan gempa yang terjadi, lebih-lebih hampir setiap jam wilayah tersebut selalu diguncang gempa dengan getaran gempa yang sangat kuat.

Baca: Tahun 2019, Belum Ada Warga Aceh Urus Paspor Sebagai TKI Resmi di Kantor Imigrasi Langsa

Pusat gempa utama bermagnitudo 6,8 yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis pekan lalu hanya berjarak 9 kilometer dari desa ini.

Pascagempa tersebut warga mengaku setiap hari mereka selalu merasakan getaran gempa berkali-kali.

“Disini hampir setiap jam kita rasakan getaran gempa, siapa yang paksa kita tinggalkan hutan kita pukul dia,”katanya.

Stok bantuan minim

Terkait keluhan warga tersebut, Camat Kairatu, Sapri Tutupoho kepada Kompas.com mengatakan penyaluran bantuan ke lokasi-lokasi pengungsian yang tersebar di wilayah itu sudah dilakukan sejak beberapa hari lalu.

Meski begitu dia mengakui bahwa penyaluran bantuan tanggap darurat itu hanya berupa beras dan juga mie instan serta air mineral.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved