Kopi Gayo
Relawan PAH Sarankan Petani Kopi di Gayo Gunakan Racun Rumput Semi Organik, Begini Cara Membuatnya
Meski belum sepenuhnya organik, namun racun rumput ini hanya sedikit menggunakan bahan kimia. Tapi yang jelas, tidak lagi mengandung Glyphosate.
Penulis: Taufik Hidayat | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Taufik Hidayat | Aceh Besar
SERAMBINEWS.COM, JANTHO – Adanya kandungan bahan kimia Glyphosate pada komoditi kopi arabika dari dataran tinggi Gayo yang ditolak oleh pasar Eropa, seperti yang santer diberitakan dua hari terakhir, mengundang keprihatinan banyak pihak.
Karena saat ini, kopi gayo merupakan komoditi ekspor andalan dari Aceh --selain sawit-- yang sangat diminati pasar luar negeri.
Hal ini tak lepas dari upaya bersama mempromosikan komoditi tersebut. Namun sayangnya, edukasi di tingkat petani belum maksimal tentang batas penggunaan bahan kimia pada tanaman.
Salah satu dampaknya, kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo ditolak oleh pasar di Jerman, Inggris, dan Prancis yang dikenal sangat selektif dalam hal kandungan bahan kimia pada produk makanan yang mereka impor.
Relawan Pejuang Aceh Hijau (PAH), Isnardi SP, mengungkapkan bahwa bahan kimia bernama Glyphosate yang dipersoalkan oleh pasar Eropa tersebut, hampir dipastikan berasal dari racun rumput berbahan kimia dengan merek Round**p.
Racun rumput ini beredar luas di kalangan petani sawah dan kebun dengan harga sekitar Rp 50.000-Rp 80.000 per botol, dan rata-rata petani di Aceh mengandalkan racun rumput ini untuk membasmi gulma.
Menindaklanjuti penolakan pasar eropa terhadap komoditi kopi yang mengandung zat Glyphosate, Isnardi menyarankan petani tidak lagi menggunakan racun rumput, pupuk, dan pengusir hama berbahan kimia.
“Mulailah beralih ke pola pertanian organik. Bukan hanya untuk komoditi ekspor dengan alasan agar mudah diterima pasar luar negeri, tapi memang sudah saatnya kita melindungi konsumen dari zat kimia yang menjadi biang penyakit mematikan seperti kanker dan lainnya,” kata Isnardi.
Khusus untuk racun rumput, Relawan PAH ini mengaku sudah menemukan racun rumput yang lebih alami, dan bahannya bisa didapat dengan mudah dengan biaya jauh lebih murah.
Meskibelum sepenuhnya terbebas dari bahan kimia, namun racun rumput ini hanya sedikit menggunakan bahan kimia, yakni Urea. Tapi yang jelas, tidak lagi mengandung Glyphosate.
Racun rumput dimaksud bisa diracik sendiri menggunakan bahan:
1. Air kelapa sebanyak 10 liter,
2. Ragi sebanyak 5-8 buah,
3. Urea sebanyak 1 Kg.
“Agar benar-benar organik, penggunaan Urea juga bisa digantikan dengan daun Gamal yang mengandung Nitrogen alami (pengganti kandungan N pada urea) dengan cara diblender dan diperas airnya. Namun penggunaan daun Gamal ini masih butuh ujicoba lanjutan untuk mengetahui efektivitasnya,” jelas Isnardi.
Sementara untuk pembuatan racun rumput yang sudah dibuktikan efektivitasnya yakni, ragi dan urea dilarutkan dalam air kelapa, selanjutkan didiamkan selama 10-15 hari.
“Bahan-bahan ini hanya membutuhkan biaya tak lebih dari Rp 30.000, dan bisa digunakan berkali-kali, serta cukup untuk untuk areal seluas 1-3 hektare,” ungkap Isnardi yang petugas Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Aceh Besar itu.
Dia melanjutkan, untuk mengaplikasikannya, campuran air kepala, ragi dan urea yang sudah didiamkan selama dua minggu itu, diambil sebanyak 5 liter dan dicampurkan dengan air biasa sebanyak 1 tanki semprot (10-12 liter). Disarankan, penyemprotan rumput dilakukan siang hari.
Efeknya pun akan terlihat dalam 2-4 hari, dan cara ini sudah dipraktikkan oleh sebagian petani di Indrapuri, Aceh Besar.
Berbeda dengan racun rumput berbahan kimia yang hanya boleh digunakan secara terbatas, racun rumput semi organik ini bisa digunakan tanpa batas.
Sedangkan untuk penyakit akar (layu fusarium) yang juga banyak menyerang tanaman kopi, Isnardi menyarankan penggunaan ekstrak daun cengkeh yang juga bisa dibuat sendiri, dengan cara disiram (dicor) pada pangkal batang.
Dengan cara-cara seperti ini, perawatan tanaman menggunakan bahan kimia bisa dikurangi atau bahkan digantikan secara total. Sehingga produk pertanian yang dihasilkan lebih aman untuk dikonsumsi.
Untuk membantu petani, khususnya petani kopi di dataran tinggi gayo yang menghadapi masalah karena kandungan Glyphosate pada produk kopinya, Isnardi bersedia memberi edukasi lebih lanjut terkait cara pembuatan dan aplikasi racun rumput semi organik, maupun pupuk dan pemberantas hama/penyakit berbahan organik lainnya.
“Silakan hubungi saya di nomor 0852 7792 6222, atau 0813 7746 2203,” ujarnya.(*)
• Eropa Tolak Kopi Arabika Gayo, Mengandung Racun Rumput
• Pemkab Aceh Tengah tak Tinggal Diam Soal Indikasi Kopi Gayo Mengandung Zat Kimia, Datangkan Peneliti
• Soal Isu Kopi Gayo Mengandung Zat Kimia, GMNI Desak DPRK Aceh Tengah dan Bener Meriah Bentuk Pansus
• Yayasan MPKG Angkat Bicara Soal Kopi Gayo Terkontaminasi Zat Kimia, Ini Kata Hadiyan W Ibrahim PhD
• Isu Kopi Mengandung Kimia, Bahtiar Ariga Desak DPRK Bener Meriah Susun Qanun Perlindungan Kopi
• Viral di Medsos Postingan Ular Raksasa Dibunuh, Setelah 4 Tahun Berlalu Fakta-faktanya Terungkap
• Manfaat Ajaib Air Rebusan Jahe, Bisa Turunkan Berat Badan dan Cegah Diabetes
• Ngaku Masih Lajang, Pria Ini Justru Didatangi Istri dan Anaknya saat Nikah dengan Perempuan Lain