Salam
Kebakaran Kasus Terbanyak di Aceh, Berhati-hatilah
WARGA Simeulue berduka lagi. Sebanyak 29 rumah toko (ruko) di Sinabang, ibu kota Kabupaten Simeulue, terbakar pada Sabtu (12/10/2019) pukul 02.30 WIB
WARGA Simeulue berduka lagi. Sebanyak 29 rumah toko (ruko) di Sinabang, ibu kota Kabupaten Simeulue, terbakar pada Sabtu (12/10/2019) pukul 02.30 WIB. Akibat kebakaran ini, sebanyak 110 jiwa warga Sinabang terpaksa tinggal di tenda darurat karena kehilangan tempat tinggal.
Bangunan yang terbakar itu umumnya milik pribadi yang digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat berusaha. Dalam peristiwa itu tim pemadam kebakaran (damkar) kalah cepat dibanding jilatan lidah api, meski mereka sudah berjibaku mengerahkan tujuh unit damkar untuk memadamkan api.
Aparat kepolisian menduga, sumber api berasal dari hubungan arus pendek (korsleting) listrik dari rumah di bagian utara bangunan ruko, lalu menyebar ke ruko-ruko yang ada di sampingnya.
Api dengan cepat melumat 19 ruko tersebut karena selain karena faktor konstruksinya yang terbuat dari kayu, juga karena pengaruh tiupan angin dari laut.
Api baru berhasil dipadamkan lima jam kemudian atau pukul 07.00 WIB setelah enam unit damkar dari Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Simeulue dan satu dari TNI-AL setempat dikerahkan.
Kita tentu saja bersedih mendengar kabar duka ini. Terlebih karena bagi Simeulue, kebakaran dalam jumlah massal seperti ini bukan yang pertama. Dalam 30 tahun terakhir, lebih 15 kali kebakaran berskala besar terjadi. Dengan kuantitas kejadian sebanyak itu boleh dibilang bahwa per dua tahun terjadi satu kebakaran hebat di Simeulue.
Kebakaran dahsyat itu tentu saja menimbulkan kerugian besar terhadap si pemilik atau si penyewa rumah. Sekali kebakaran besar menimpa permukiman warga, maka korbannya rata-rata akan kehilangan semuanya. Paling-paling yang tersisa adalah baju di badan.
Oleh karenanya, pemerintah, dalam hal ini Dinas Sosial Aceh dan dinas sosial setempat bersama instansi terkait harus bergerak cepat unttuk mengurangi beban dan derita para korban kebakaran.
Bantuan masa panik harus disalurkan pada kesempatan pertama dalam jumlah yang cukup. Tak boleh dikurangi apalagi ditelikung. Pastikan juga setiap kebutuhan dasar korban kebakaran terpenuhi. Apakah itu logistiknya, pelayanan kesehatan, dan sanitasi di tenda pengungsian.
Kehati-hatian penanganan sumber api di permukiman penduduk harus menjadi perhatian utama, mengingat kebakaran di kawasan permukiman penduduk mendominasi kejadian bencana di provinsi ini. Selama Juni 2019 saja, dari 81 musibah, 34 kali di antaranya kasus kebakaran rumah dan ruko dengan total kerugian materiel mencapai Rp6,6 miliar. Setelah insiden kebakaran, bencana alam lainnya yang juga menonjol di Aceh dalam tahun ini adalah angin puting beliung yang terjadi lebih dari 21 kali serta kebakaran hutan dan lahan 20 kasus.
Penting juga dicermati fase rehab rekon setelah masa panik berlalu. Untuk membangun kembali ruko-ruko tersebut sudah saatnya melibatkan konsultan atau ahli tata ruang. Rancang dan bangunlah ruko-ruko yang tidak terlalu rentan terbakar. Material bangunan sebaiknya jangan lagi dari kayu, melainkan dari beton.
Bikin teknik blok dalam pembangunan ruko-ruko tersebut. Per satu klaster barangkali hanya dibangun empat ruko. Sediakan space atau gang yang memadai antarklaster rumah, sehingga kalau terjadi kebakaran lagi nanti, apinya bisa cepat dipadamkan karena mobil damkar leluasa masuk ke lokasi kebakaran dan api tidak dengan cepat merembet ke kiri-kanan ruko seperti yang terjadi Sabtu lalu.
Mengingat rumah-rumah dan ruko di Simeulue, khususnya di Sinabang, paling sering terbakar, maka membangun kembali 29 bangunan yang terbakar itu harus diarahkan untuk pencegahan bencana serupa untuk masa yang panjang. Warga Simuelu tidak cukup memiliki kesadaran yang tinggi terhadap bencana tsunami (smong) saja, mereka pun harus sadar, siaga, dan tangguh bencana saat berhadapan dengan api. Api sudah terlalu sering menyebabkan bencana di Simeulue, semoga tak lagi terulang.
Penting pula melatih kesiapsiagaan petugas damkar di pulau ini, sehingga mereka tidak keseringan kalah cepat dibanding lidah api yang melumat bangunan apa saja saat kebakaran terjadi. Petugas damkar yang tangkas dan berdedikasi tinggi dalam bertugas adalah salah satu kunci utama dalam penanggulangan bencana kebakaran. Nah, Simeulue harus punya itu!