Jargas
Awalnya Khawatir, Kini Warga yang Tersambung Jargas Sumringah
Awalnya sejumlah warga di Lhokseumawe mengaku khawatir dengan pemasangan jargas ke rumahnya.
Penulis: Jafaruddin | Editor: Nur Nihayati
Awalnya sejumlah warga di Lhokseumawe mengaku khawatir dengan pemasangan jargas ke rumahnya.
Laporan Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON – Pengaliran gas pertama untuk 4.557 rumah tangga di Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara sudah dimulai pada 4 November 2019, yang bersumber dari Pertamina Hulu Enegeri (PHE) NSB NSO.
Dari jumlah itu, untuk saat ini sudah sebagian warga hanya memutar kran untuk menikmati gas. Sedangkan sisanya menunggu pemasangan jaringan Sambungan Rumah (SR), sebelum 15 Desember 2019 atau sebelum masa kontrak PT Hutama Karya sebagai pelaksana proyek berakhir.
Pemasangan jaringan jas (jargas) ke rumah tangga, untuk tahun ini adalah program yang ketiga Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI di Aceh. Program tersebut pertama kali direalisasikan di Kota Lhokseumawe, kemudian dilanjutkan ke Kecamatan Lhoksukon dan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara.
• HRD: Pertemuan Forbes dan Pemerintah Aceh Harus Mampu Rebut Pengaruh Nasional
• VIDEO - Desak Bertemu Rektor, Seratusan Mahasiswa Umuslim Peusangan Bireuen Gelar Aksi Damai
• Duka Muslim Khasmir yang Kini Terisolasi
Awalnya sejumlah warga di Lhokseumawe mengaku khawatir dengan pemasangan jargas ke rumahnya. “Awalnya saya menolak pemasangan jargas tersebut ke rumah, karena khawatir akan terjadi kebocoran seperti pipa suplai air bersih. Tapi karena nama saya tak bisa dihapus lagi, sehingga saya pasrah saja,” ujar Fakhri warga Lhokseumawe kepada Serambinews.com, Senin (11/11/2019).
Menurut Fakhri, bukan dirinya saja yang khawatir, tapi beberapa warga tetangganya juga mengaku hal sama. “Karena kemungkinan mereka punya pengalaman tidak baik terkait sambungan pipa suplai air bersih yang sering terjadi kebocoran, dan kami menganggap sama seperti itu,” ungkap Fakhri.
Tapi setelah enam bulan menggunakan gas lewat jaringan gas yang tersambung ke rumah, warga mulai merasakan kemudahan dari jargas tersebut dan tak seperti dibayangkan sebelumnya. “Ternyata banyak sekali kemudahan. Pertama yang saya rasakan, tidak pernah mengalami lagi kekosongan gas seperti sebelumnya, apalagi kalau terjadi di jelang tengah malam, tentu sangat merepotkan,” ujar Fakhri.
Selain itu, biasanya biaya yang dikeluarkan untuk membeli gas tabungan sekitar Rp 50 ribu lebih perbulannya. Tapi sekarang, tiap bulannya hanya Rp 23 ribu. “Ternyata setelah saya tanya ke tetangga lagi juga mengaku demikian. Mereka mengaku lebih dan murah dengan sambungan jaringan ke rumah dibandingkan sebelumnya,” ujar Fakhri.
Saat ini program jargas sedang dituntaskan Kementerian ESDM di Dewantara untuk 4.557 rumah yang diresmikan Sekda Aceh Utara Abdul Aziz. Program ini bukan hanya memudahkan masyarakat untuk memperoleh gas untuk kebutuhan sehari-hari, karena tidak mengantre lagi dalam mendapatkan gas.
Peresmian jargas tersebut dihadiri, General Manager PHE NSO NSB, Akhmad Miftah, perwakilan dari Kementerian ESDM, Ahmat Wahyu Wardono, Sales Head Perusahaan Gas Negara (PGN) Area Sumbagut Saeful Hadi, Kasubdit Perencanaan dan Pengadaan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Wahyudi Akbari dan Plt Kepala Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA) Azhari Idris.
Pembangunan jargas di Dewantara, tindak lanjut program Kementerian ESDM RI, tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) 18 kabupaten/kota di Indonesia dengan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, beberapa pada Maret 2019 di Jakarta. Penandatangan Nota kesepahaman tersebut saat itu oleh Bupati Aceh Utara, H Muhammad Thaib.
“Sebetulnya untuk pertamina ini adalah program yang ketiga, yang sebelumnya dilaksanakan Lhoksukon, Tanah Luas dan Lhokseumawe. Dan ini yang ketiga (untuk Dewantara) pertama dalam tahun 2019,” ujar General Manager PHE, Akhmad Miftah kepada Serambinews.com.
Pertamina kata Akhmat Miftah, sangat mendukung program ini, karena ini bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR). “Insya Allah dengan dukungan 0,2 Million Cubic Feet per Day (MMSCFD), sebelumnya bisa mengakomodir 10.000 rumah, tapi untuk program ini 4.557 bisa selesai pertengahan Desember,” ujar Miftah.
Disebutkan, saat ini dari 5 cluster, tiga cluster sudah diselesaikan pemasangan jaringan gas, mungkin beberapa lokasi masih butuh penyempurnaan. “Ini bagian untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Aceh Utara ini, karena itu diharapkan dengan masuknya energy ini, bisa mendorong langsung ke masyarakat, sehingga tumbuh home industri,” ujar GM PHE.
Sementara itu Sekda Aceh Utara menyebutkan pemilihan lokasi jaringan tersebut sudah selektif. Kecamatan Dewantara ini terpilih sebagai lokasi pemasangan jaringan gas ketiga di Aceh Utara, karena penduduknya terbanyak di Aceh Utara, dan juga karena adanya kegiatan usaha rumah tangga, sehingga diharapkan industri rumah tangga ini cepat berkembang nantinya dengan adanya jargas.
“Dengan adanya contoh di Dewantara ini, kecamatan lain timbul rasa iri untuk maju, sehingga juga tumbuh home industry di kecamatan lainnya. Karena kita harapkan Dewantara ini nantinya dapat menjadi contoh yang baik dalam mengembangkan usaha rumah tangga,” kata Abdul Aziz.
Sementara itu Kasubdit Perencanaan dan Pengadaan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Wahyudi Akbari saat menyampaikan sambutan menyebutkan jargas program prioritas pemerintah pusat yang didanai melalui APBN dengan tujuan untuk menekan biaya subsidi dan impor elpiji tiga kilogram oleh negara.
"Jaringan gas akan memberi dampak positif terhadap masyarakat, baik sisi ekonomi maupun sosial," kata Wahyudi Akbari. Diharapkan dengan semakian luasnya jangkauan operasi jargas mampu memberikan pilihan energi yang lebih bersih, aman, dan murah untuk masyarakat.
Sales Head Perusahaan Gas Negara (PGN) Area Sumbagut Saeful Hadi dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan operasional jaringan gas di kawasan Aceh Utara akan ditangani PGN, karena itu pihaknya nantinya akan memastikan agar tidak kendala bagi masyarakat yang rumahnya sudah tersambung jaringan gas.
“Jadi kita menyiapkan, gimana caranya memberikan pelayan terbaik, bila terjadi kejadian yang tak diinginkan, silahkan hubungi ke call center 1500645 selama 24 jam dan gratis,” ujar Saeful. Namun, selama ini pihaknya belum mendapat laporan adanya kendala.
Sementara itu perwakilan Kementerian ESDM RI, Ahmat Wahyu Wardono menyebutkan elpiji tabung tiga kilogram itu disubsidi sekitar 60 persen dengan dana APBN, sehingga sangat rentan dengan dana subsidi mencapai Rp 64 triliun pertahun. Supaya subsidinya dikurangi Rp 64 triliun setahun, maka bagaimana caranya pemerintah bisa memberikan energi lebih mudah.
“Apa mudahnya? Tidak mengangkat tabung, tinggal mutar kran kalau mau masak, tidak pernah habis. Kadang-kadang bapak ibu pada berantem, karena pingin kopi, tapi gas habis,” ujar Ahmat memberi contoh. Jargas tersebut kata Ahmat dibangun di kawasan yang memiliki sumber gas, dan sumber gas yang dialirkan itu dari hulu, ada juga yang langsung dari lapangan. “Sebab gas hilir itu mahal,” pungkas Ahmat.
Sementara Plt Kepala Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA) Azhari Idris menyebutkan pihaknya terus bekerjasama dengan perusahaan migas yang ada di Aceh, diantaranya PHE, Medco, dan ada Triangle Pase. Mudah-mudahan nantinya kebutuhan jaringan gas rumah tangga akan terpenuhi seluruh area yang ada jaringan pipanya.
“Jadi saat ini jaringan pipa yang sudah ada dari Dewantara sampai Sumatera Utara, nantinya (akan dibangun lagi) mulai dari Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Timur dan Aceh Utara yang belum terselesaikan,” ujar Azhari. Pihaknya memastikan dengan semua perusahaan operator ini menyediakan gas yang cukup untuk disuplai ke rumah tangga.
Seperti diketahui, pembangunan jargas untuk Provinsi Aceh sudah dimulai pada tahun 2014 lalu, yaitu 3.997 SR telah dipasang di Kota Lhokseumawe. Lalu dilanjutkan pada tahun 2015, sebanyak 3.929 sambungan rumah di Kabupaten Aceh Utara.
Program ini dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk menekan pertumbuhan penggunaan Bahan bakar Minyak (BBM) dengan mengalihkan ke energi alternatif. Selain itu, juga untuk pembangunan yang memberikan manfaat yang merata sepanjang generasi.(*)