Jurnalisme Warga
KKN Tematik ala ITS
KULIAH kerja nyata (KKN) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada tahun terakhir kuliah

OLEH QAEDI AUFAR SAIFUDDIN BANTASYAM, Mahasiswa ITS Jurusan Teknik Elektro angkatan 2016 asal Banda Aceh, melaporkan dari Surabaya
KULIAH kerja nyata (KKN) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada tahun terakhir kuliah. Ada perguruan tinggi yang menjadikan KKN sebagai kewajiban atau keharusan, tapi ada juga yang tidak mengharuskan sama sekali.
Di tempat saya kuliah, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, KKN digolongkan sebagai bagian dari kegiatan pengabdian pada masyarakat. Namun, berbeda dengan berbagai perguruan tinggi lainnya yang sudah memprogramkan KKN sejak lama, ITS baru memasukkannya sebagai program dalam beberapa semester belakangan ini saja. Adapun program pengabdian pada masyarakat di ITS sebelumnya direalisasikan melalui program-program langsung yang digagas oleh ITS maupun mahasiswa ITS.
Ada beberapa catatan tentang KKN Tematik ini. Pertama, ITS tidak mengharuskan mahasiswa untuk tinggal di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu, seperti lazimnya KKN di beberapa universitas di Aceh. Mungkin karena masih program baru di kampus saya, maka pelaksanaan KKN ITS hanya di kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Surabaya saja. Karena dekat, maka mahasiswa dapat pulang-pergi dari rumah/kos menuju kelurahan tempat pelaksanaan KKN.
Di Banda Aceh, seperti kita tahu, mahasiswa kadang ditempatkan ke kabupaten yang jauh, misalnya ke Singkil atau Subulussalam, Langsa, Tamiang, bahkan Simeulue. Jarak yang sedemikian tak memungkinkan mahasiswa untuk bolak-balik ke/dari Banda Aceh.
Kedua, sebagai KKN Tematik, pelaksanaannya didasarkan masalah apa yang ada di suatu kelurahan. Karena itu, mahasiswa diwajibkan melakukan survei awal terlebih dahulu ke kelurahan disertai dengan konsultasi langsung dengan pihak kelurahan juga mendengar suara warga setempat. Dengan pendekatan semacam itu maka pelaksanaan KKN diharapkan tepat sasaran dan benar-benar bermanfaat. Definisi kebutuhan bukan menurut mahasiswa KKN, melainkan oleh warga kelurahan itu sendiri.
Ketiga, dari segi waktu pelaksanaan. ITS mewajibkan pelaksanaan KKN terhadap mahasiswa minimal empat kali pertemuan. Jumlah pertemuan ini mungkin sangat sedikit, tapi karena mahasiswa sudah memiliki informasi yang cukup tentang masalah di kelurahan juga sudah menyusun program untuk membantu menyelesaikan masalah, maka hasilnya tetap diharapkan efektif dan berdampak positif terhadap warga di kelurahan.
Terakhir, dari segi administrasi kurikulum. Kegiatan KKN oleh ITS masuk ke dalam mata kuliah Wawasan dan Aplikasi Teknologi (3 SKS) yang dikelola oleh direktorat akademik dan dikoordinasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITS. Sebelum kegiatan KKN dilaksanakan, mahasiswa harus hadir dalam beberapa minggu perkuliahan sebagai bekal untuk merencanakan bentuk kegiatan KKN yang efektif dan bermanfaat. Nilai akhir mahasiswa dalam kegiatan KKN tidak akan diinput jika mahasiswa belum menyerahkan laporan akhir pelaksanaan KKN.
Untuk mendukung pelaksanaan KKN, ITS mengalokasikan dana Rp 10.000.000 per kelompok mahasiswa yang penggunaannya harus dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel.
KKN saya
Dalam kegiatan KKN semester ini, saya termasuk dalam kelas 17 dan kelompok 5 dalam pembagian kelas dan kelompok. Kelompok kami ditugaskan melaksanakan KKN di Kelurahan Perak Barat, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. Kelurahan Perak Barat dapat dicapai sekitar 45 menit perjalanan menggunakan kendaraan dari Kampus ITS.
Untuk menentukan tema kegiatan, kami melakukan survei langsung ke Kantor Kelurahan Perak Barat. Ketua kelompok dan semua anggotanya adalah mahasiswa Jurusan Teknik Elektro. Kami menawarkan salah satu kegiatan KKN yang akan dilakukan berupa Sosialiasi Bahaya Listrik di Perumahan dan Tindakan Pencegahannya. Namun, dari sisi Kelurahan Perak Barat, warganya ternyata ingin kami melakukan kegiatan yang lebih memberikan manfaat langsung. Sebabnya, sebagian besar warga Kelurahan Perak Barat memiliki bisnis usaha kecil-kecilan di rumah mereka yang tergolong ke dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Produknya terdiri atas berbagai macam makanan siap saji, makanan basah, maupun makanan kering. Adapun masalahnya bagi warga adalah kurangnya pengetahuan mereka tentang product marketing, baik dari segi pengetahuannya maupun dari segi keahlian atau skill-nya, khususnya promosi secara online.
Sebagai respons atas masalah ini, kelompok saya akhirnya sepakat untuk membuat pelatihan tentang bagaimana cara mempromosikan produk UMKM Kelurahan Perak Barat melalui media digital, seperti Go-Food, GrabFood, BukaLapak, Tokopedia, dan lain-lain. Ide ini dikemas dalam satu judul besar yakni “Sosialisasi Penggunaan Plaltform Digital untuk Promosi Produk UMKM Kelurahan Perak Barat.” Melalui cara ini, produk-produk UMKM warga diharapkan memiliki jangkauan konsumen yang lebih besar.
Materi untuk pelatihan kami pecah mulai dari cara membuat akun-akun yang dibutuhkan, e-mail, Go-Food, GrabFood, dan lain-lain. Kami juga menyusun materi sedemikian rupa sehingga peserta kegiatan dapat langsung mempraktikkan bagaimana cara menggunakan aplikasi tersebut dan mengatur pesanan melalui aplikasi.
Sebagai bagian dari kepentingan promosi, kami juga membuat sesi foto produk UMKM. Untuk pemotretan, kami gunakan anggaran kami untuk membelikan photo box ukuran kecil, sehingga foto produk UMKM dapat menjadi lebih menarik dan lebih aktraktif. Kami juga bantu beberapa UMKM mendesain logo UMKM yang lebih menarik dan lebih elegan, sehingga UMKM di Kelurahan Perak Barat memiliki pola branding yang cukup baik dan mampu bersaing.