Luar Negeri
Bencana Kelaparan di Venezuela Semakin Parah, Anak-anak Sampai Pingsan di Sekolah
Setiap hari, sebanyak 25.000 orang melewati ke perbatasan, tetapi hanya sekitar 1.400 yang masuk secara resmi pos perbatasan Paraguachon.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan empat juta warga Venezuela telah pergi sejak 2015.
• Pemerintahan Maduro Larang Pemimpin Oposisi Venezuela Jadi Pejabat Publik Selama 15 Tahun
Memilih Mencari Makan
Pada tahun ajaran yang dimulai September ini, sebagian dari 550.000 guru tak hadir, menurut data serikat guru.
Mereka meninggalkan gaji 8 dolar AS sebulan sebagai guru untuk mencari peruntungan di negara lain atau menambang emas ilegal yang sedang marak.
Di negara bagian Venezuela yang paling padat, Zulia, sekitar 60 persen dari 65.000 guru telah pergi meninggalkan profesinya dalam beberapa tahun terakhir.
"Mereka mengatakan ke kami bahwa mereka memilih mengecat kuku untuk beberapa dolar dibanding bekerja menjadi guru dengan upah minimal," ujar Alexander Castro, pemimpin serikat guru di Zulia.
Untuk tetap menghidupkan sekolah, guru yang tersisa kadang mengajar seluruh pelajaran atau menggabungkan siswa dengan tingkatan berbeda dalam satu kelas.
Di desa Parmana di tengah Venezuela, bahkan hanya empat dari 150 siswa yang tetap bersekolah di bulan Oktober.
Keempat siswa dengan usia bervariasi itu, harus belajar di satu kelas tanpa listrik.
Mereka belajar membaca, aljabar, dan semua pelajaran bersama-sama.
Anak-anak lainnya, ikut orangtua mereka di sawah atau melaut untuk menghidupi keluarga mereka.
Di kota terbesar kedua Venezuela, Maracaibo, sebuah sekolah sampai memasang spanduk yang berbunyi, "Mohon masuk sekolah walaupun tanpa seragam."
Anak-anak hanya mau datang jika sekolah menyediakan makanan.
Sekolah terbesar di kota itu, tak lagi punya kamar mandi yang berfungsi.
Sekolah yang tadinya menampung 3.000 siswa, kini hanya punya 100 murid.