Luar Negeri

Bencana Kelaparan di Venezuela Semakin Parah, Anak-anak Sampai Pingsan di Sekolah

Setiap hari, sebanyak 25.000 orang melewati ke perbatasan, tetapi hanya sekitar 1.400 yang masuk secara resmi pos perbatasan Paraguachon.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
ANADOLU AGENCY/ JUANCHO TORRES
Ribuan warga Venezuela melintasi perbatasan Kolombo-Venezuela melalui "trocha" - jalur ilegal - ke Kolombia atau melalui pos imigrasi dekat Paraguachon, departemen La Guajira, Kolombia, 30 November 2019. Maicao yang berada di distrik La Guajira, adalah salah satu kota terbesar dan paling terpukul oleh krisis migrasi Venezuela. Penduduknya mengatakan mereka sangat mengkhaawatirkan meningkatnya ketidakamanan, invasi, penyelundupan, dan prostitusi. 

Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan empat juta warga Venezuela telah pergi sejak 2015.

Pemerintahan Maduro Larang Pemimpin Oposisi Venezuela Jadi Pejabat Publik Selama 15 Tahun

Memilih Mencari Makan

Pada tahun ajaran yang dimulai September ini, sebagian dari 550.000 guru tak hadir, menurut data serikat guru.

Mereka meninggalkan gaji 8 dolar AS sebulan sebagai guru untuk mencari peruntungan di negara lain atau menambang emas ilegal yang sedang marak.

Di negara bagian Venezuela yang paling padat, Zulia, sekitar 60 persen dari 65.000 guru telah pergi meninggalkan profesinya dalam beberapa tahun terakhir.

"Mereka mengatakan ke kami bahwa mereka memilih mengecat kuku untuk beberapa dolar dibanding bekerja menjadi guru dengan upah minimal," ujar Alexander Castro, pemimpin serikat guru di Zulia.

Untuk tetap menghidupkan sekolah, guru yang tersisa kadang mengajar seluruh pelajaran atau menggabungkan siswa dengan tingkatan berbeda dalam satu kelas.

Di desa Parmana di tengah Venezuela, bahkan hanya empat dari 150 siswa yang tetap bersekolah di bulan Oktober.

Keempat siswa dengan usia bervariasi itu, harus belajar di satu kelas tanpa listrik.

Mereka belajar membaca, aljabar, dan semua pelajaran bersama-sama.

Anak-anak lainnya, ikut orangtua mereka di sawah atau melaut untuk menghidupi keluarga mereka.

Di kota terbesar kedua Venezuela, Maracaibo, sebuah sekolah sampai memasang spanduk yang berbunyi, "Mohon masuk sekolah walaupun tanpa seragam."

Anak-anak hanya mau datang jika sekolah menyediakan makanan.

Sekolah terbesar di kota itu, tak lagi punya kamar mandi yang berfungsi.

Sekolah yang tadinya menampung 3.000 siswa, kini hanya punya 100 murid.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved