Luar Negeri
Bencana Kelaparan di Venezuela Semakin Parah, Anak-anak Sampai Pingsan di Sekolah
Setiap hari, sebanyak 25.000 orang melewati ke perbatasan, tetapi hanya sekitar 1.400 yang masuk secara resmi pos perbatasan Paraguachon.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Di kota Santra Barbara, separuh guru sebuah sekolah tidak kembali setelah libur musim panas.
Kepala sekolahnya terpaksa meminta tolong orangtua untuk menjadi relawan dan mengajar.
Sementara di kota Rio Chico, banyak ruang kelas dikunci karena tak ada lagi guru maupun murid. Murid yang masih bertahan, hanya akan bertanya di mana juru masak sekolah.
• Presiden Venezuela Nicolas Maduro Sebut Donald Trump Perintahkan Mafia untuk Membunuhnya
• Lindungi Maduro, Tentara Bayaran Rusia Masuki Venezuela
Runtuhnya Program yang Dibanggakan Chavez
KRISIS ekonomi melanda Venezuela selama enam tahun terakhir menimbulkan dampak yang sangat luas.
Sekolah menjadi salah satu sistem yang terdampak di negara yang selama beberapa dekade terakhir ini hidup sejahtera dari hasil minyak yang berlimpah.
Sekolah-sekolah di Venezuela tadinya cukup berkualitas.
Bahkan yang di pedalaman pun mampu mengirimkan para pelajarnya lanjut sekolah di Amerika Serikat.
Pendahulu Presiden Maduro, Hugo Chávez, menetapkan sekolah negeri sebagai pilar dari kampanye "Sosialisme Abad 21" yang digagasnya.
Berpuluh-puluh tahun sebelum 2013, pertumbuhan sekolah di Venezuela berlangsung stabil.
Ini berkat disediakannya makanan di sekolah, alat belajar, hingga uang saku yang disediakan kepada para pelajar.
Kebijakan populis itu, sayangnya lebih berfokus pada kuantitas dibandingkan kualitas.
Seiring dengan merosotnya perekonomian Venezuela, program pendidikan yang dibanggakan Chavez pun runtuh.
Semua kesuksesan itu sirna akibat kelaparan.
Jutaan warga Venezuela telah pergi dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan jumlah guru dan murid berkurang.
Banyak di antara guru yang tetap bertahan di Venezuela, tak lagi mengajar.
Gaji mereka tak ada artinya di tengah hiperinflasi yang melanda Venezuela.
Buruknya sistem pendidikan di Venezuela kini, dikhawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan negara dan anak-anak sendiri.
Stunting menjadi salah satu bahaya dari krisis pangan.
"Satu generasi tertinggal," kata Luis Bravo, peneliti pendidikan dari Central University, Venezuela.
"Sistem pendidikan hari ini tidak bisa membuat anak menjadi anggota masyarakat yang penting," lanjut dia.
• Kecam Campur Tangan AS dalam Krisis Politik Venezuela, China tetap Dukung Maduro
• Kehabisan Kertas, Surat Kabar Terkenal Venezuela Berhenti Cetak
Upaya Pemerintah
Kini, Maduro mengklaim tetap berfokus pada pendidikan kendati perang ekonomi yang brutal tengah berlangsung.
"Di Venezuela, tidak ada satu pun sekolah yang tutup atau akan tutup, tidak ada satu pun," kata Maduro pada April lalu.
"Kami tidak akan menyulitkan akses pendidikan," kata dia.
Untuk mengembalikan jumlah guru, pada Agustus lalu, Maduro berjanji akan mengirim anggota muda partainya untuk mengisi kelas-kelas kosong.
Para pengamat ragu langkah ini bakal berhasil atau bahkan benar-benar bisa terlaksana.
Di saat yang sama, lulusan sarjana pendidikan di Venezuela juga berkurang.
Di Libertador Experimental Pedagogical University, lulusan dari 2014 ke 2018 berkurang hingga 70 persen.
Guru dan anak-anak menjadi salah satu korban yang paling menderita akibat keruntuhan ekonomi Venezuela.(Anadolu Agency/Kompas.com)