Bocah dikurung
Prihatin Atas Nasib Bocah Dikurung Dalam Kerangkeng Kayu di Meulaboh, Rumoh Umat Galang Dana
Sejak usia enam bulan, ia harus hidup di dalam kurungan kayu dan tinggal bersama ibunya, Fauzian (55) yang lumpuh.
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Mursal Ismail
Saat hujan, tetesan air jatuh hingga membasahi tempat tidurnya.
Di dalam gubuk ini ia tinggal bertiga dengan dua anaknya.
• Lima Ruko Perabotan di Timang Gajah Rusak Tertimbun Longsor, BPBD Bener Meriah Salur Bantuan
Selain Fazzilul, juga ada anak keduanya yang perempuan berusia 15 tahun.
Sedangkan anak pertama, laki-laki, telah menikah dan tinggal di Blangpidie.
Informasi yang diperoleh Serambi dari tetangga sekitar, suami Fauzian meninggal dunia tiga tahun lalu. Sementara Fazzilul Rahman telah tinggal di kurungan sejak ia masih bayi.
Para tetangga tidak tahu persis apa yang menyebabkan Fazzilul dikurung sejak bayi, padahal ketika itu ibunya masih sehat dan ayahnya juga masih hidup.
Sang ibu juga tak bercerita banyak.
Ia hanya mengisahkan kondisi hidupnya yang memprihatinkan sejak kepergian sang suami, sehingga anaknya kini menjadi yatim.
“Saya tidak sangup menjaga anak saya yang satu ini, karena saat dilepaskan, ia mengambil semua barang yang ada dan melemparkannya ke luar, dan jika ke luar rumah ia masuk ke hutan.
Ditambah lagi saya sudah lumpuh dan tidak berdaya lagi mengurusnya,” ujar Fauziah kepada Serambi.
• Sudah Empat Hari, Warga Aceh Selatan yang Hilang Saat Mencari Rotan di Hutan belum Ditemukan
Ia juga mengungkapkan bahwa anaknya ini mengalami tunawicara, sehingga tidak bisa diajak bicara.
Fazzilul juga tidak mau makan nasi sejak usianya 5 bulan dan sebagai gantinya Fauziah memberikan roti keju.
Roti tersebut ia kunyah terlebih dahulu baru kemudian ia suapkan ke mulut Fazzilul.
“Satu suap nasi masuk ke mulut, langsung ia muntah, sehingga makanan sehari-harinya roti keju. Kalau sudah lapar, ia hanya menangis sebagai tanda mau makan,” ungkapnya.
Ia pun berharap kepada pemerintah agar dapat membantu meringankan kesusahan hidupnya.