Liputan Khusus
Polemik Pungutan Komite di Sekolah, Antara Mutu Pendidikan dan Aturan Negara
Siapa yang tak kenal dekat dengan sosoknya di sekolah Islam ini, corong informasi dan bantuan pertama bagi berbagai pihak di MIN Model.
Laporan Rauzatul Jannah
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Jarum jam menunjukkan pukul 12.03 WIB matahari bersinar terik di atas kepala.
Klakson kendaraan sesekali terdengar di sepanjang jalan yang terkenal macet di kota ini.
Apalagi di waktu-waktu masuk dan pulang sekolah. Bagaimana tidak, tiga sekolah favorit di Banda Aceh berdiri di sepanjang Jalan Syiah Kuala, Kampung Keuramat, (5/8/2025).
Berbagai kendaraan melintasi jalur itu. Mobil, sepeda motor, truk barang hingga pick up berderet di sana.
Di antara kendaraan yang berjalan perlahan-lahan ini, seorang pria paruh baya bolak-balik menyeberangi jalan sambil menggandeng 2 hingga 3 siswa berseragam putih.
Inilah rutinitas Fadil, satpam Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6 selama 3 tahun kebelakang.
Saban hari datang paling awal ke sekolah untuk membuka gerbang dan pulang paling lambat untuk menutupnya kembali.
Tak terhitung berapa kali ia menembus macetnya jalan untuk menyeberangi siswa-siswi dengan aman.
Sesampainya kembali di gerbang sekolah, ia langsung mendapat pertanyaan dari wali murid yang ingin mengantarkan makan siang untuk anaknya.
Belum selesai ia menjawab, sudah ada tangan mungil yang menjulur ke arahnya.
“Pak Fadhil, telepon,” ujar seorang anak perempuan.
Tanpa menunggu lama, sebuah ponsel kecil mendarat ke tangan anak perempuan itu.
Ponsel hitam itu milik Fadil, siswa di sini sudah hafal harus meminta ponsel kepada siapa untuk menghubungi orang tua saat pulang sekolah.
“Ini telepon kecil khusus anak-anak, pulsa saya sediakan pribadi, untuk mereka menelpon orang tuanya,” ujar Fadil di sela-sela kegiatannya melayani orang tua dan siswa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.