Setelah Ayahnya Meninggal Dunia Tertabrak Kereta, 2 Yatim Ini Jualan Bakpao Keliling untuk Jajan
Setiap pengendara melintas keduanya segera menawarkan bakpao yang mereka jual.
"Bapak kamu sudah meninggal. Pas mau jenguk nenek kamu yang sakit di Jawa."
"Dia enggak lihat jalan. Habis situ tertabrak kereta," kata Jas.
Setelah hidup menjanda, Jas bekerja sebagai kuli pungut di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
Deni dan Tya, bocah penjual bakpao di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020)
Deni dan Tya, bocah penjual bakpao di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020) (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)
Penghasilannya tak mampu menutupi biaya kehidupan untuk Jas dan anak-anaknya.
Kendati sudah menikah lagi, hidup Jas dan keluarganya tetap pas-pasan.
Hal ini yang mendorong Tya untuk bekerja dan memilih tak sekolah.
"Sudah dari bulan puasa tahun lalu jualan bakpao. Saya jual harganya Rp 2 ribu."
"Dari Umi (bos) cuma Rp 1 ribu. Saya cuma mikir emak enggak selalu punya uang, makanya saya mau kerja begini," kata Tya kepada TribunJakarta.com, Jumat (3/1/2020).
Sebelum berjualan bakpao, Tya tak punya aktivitas.
Ia hanya membantu membersihkan rumah ketika sang ibu bekerja memungut barang sisa di Pasar Induk.
Terkadang ia sering disuruh sejumlah tetangganya untuk membeli sesuatu ke warung.
"Ya biasanya di rumah aja. Tapi saya suka disuruh ke warung atau beli apa sama orang, nanti diupahin."
"Nah uang itu yang buat jajan," sambung dia.
Deni dan Tya, bocah penjual bakpao di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).