JURNALISME WARGA
Bom Waktu di Bawah Kaki Geureutee
Provinsi Aceh menyimpan begitu banyak destinasi wisata yang eksotis. Jika kita melintas di jalur barat selatan Aceh (Barsela)

Pondok Gereuute yang dibangun di atas jurang memang sangat rentan terkena musibah. Rentetan kejadian pernah terjadi di sini, tanah longsor Agustus 2018 karena curah hujan yang tinggi membuat dua kios ambruk. Yang teranyar adalah musibah kebakaran menimpa pondok milik warga (Serambi: Minggu, 18/8/2019). Api berasal dari puntung rokok yang dibuang ke bawah hingga membakar tumpukan sampah, lalu menjalar serta menghanguskan satu bangunan berkonstruksi kayu.
Dua kejadian di atas seharusnya menjadi renungan agar tak membuang sampah ke lereng gunung di bawah pondok. Namun, faktanya sampah-sampah masih saja mengendap di bawah dan volumenya semakin bertambah. Seolah, kehadiran aneka sampah tersebut bukanlah masalah. Padahal, ia membuat lingkungan menjadi kotor, tidak sehat, dan memberikan pemandangan yang sama sekali tidak mengenakkan bagi wisatawan.
Lebih dari itu, tumpukan sampah tersebut ibarat bom waktu yang menyimpan bahaya dan sangat memungkinkan kejadian pada masa lalu akan terulang kembali di Geureutee.
Sampah merupakan musuh besar bagi dunia pariwisata, Geureute adalah contoh kecil. Hal ini disebabkan minimnya kesadaran kita dalam menjaga kebersihan. Reportase ini hanyalah bentuk pelampiasan keresahan dan kesedihan saya. Namun, bukan berarti pelampiasan kegelisahan ini untuk dianggap sepele atau dipandang sebelah mata saja oleh masyarakat setempat dan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya. Saya berharap, Pemerintah Aceh Jaya tidak hanya berbicara meningkatkan sektor pariwisata di ruang ber-AC atau gencar melakukan promosi ke sana kemari.
Sepatutnya cita-cita meningkatkan pariwisata juga harus beriringan dengan solusi yang diikuti dengan aksi nyata. Sebagai sebuah lokasi wisata yang yang eksotis, menata dan merawat “Peuniyoh Puncak Geureutee” penting untuk dilakukan. Hal tersebut bukan hanya pekerjaan pemerintah semata, pelaku usaha hingga wisatawan juga mengemban tanggung jawab sama. Pasalnya, kehadiran sampah di sana sudah sangat meresahkan dan mengganggu. Kita tidak hanya mencari keuntungan dari keindahan yang terhampar atau sibuk mengambil gambar untuk dibagikan di duni maya, tapi lupa atau seolah menutup mata bahwa di bawah sana ada ancaman nyata yang suatu ketika bisa saja merenggut keindahan Geureutee. Jika Geureutee terbebas dari sampah, maka ia akan menjadi rumah yang nyaman dan aman bagi wisatawan. Mereka tidak akan membawa pulang kecewa, melainkan ingatan-ingatan akan keindahan lembah Jaya beserta pesona Pulau Ujong Seuden dan Keluang yang berada di tengah Samudra Hindia. Rupa-rupa kenangan yang membekas indah layaknya puisi cinta di mana yang termaktub hanyalah kebahagiaan, tidak ada tempat bagi kesedihan.