Agar Perekonomian Tak Jatuh Karena Corona, Ekonom INDEF Sarankan Pangkas Gaji dan Tunjangan Pejabat

Meskipun dikatakan ekstrem, Bhima menilai bila kebijakan tersebut dilaksanakan masyarakat dan para investor justru akan lebih mempercayai pemerintah.

Editor: Amirullah
Tribunnews
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara. 

SERAMBINEWS.COM - Virus corona telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (11/3/2020) lalu.

Hal tersebut berarti virus corona telah menjadi permasalahan global, tak terkecuali Indonesia.

Selain berdampak pada kesehatan manusia, banyak sektor yang diprakirakan menjadi kacau balau.

Bahkan karena virus corona, Komisi X DPR RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta jajarannya memutuskan untuk meniadakan Ujian Nasional.

Tak hanya itu, isu mengenai virus corona dapat menyebabkan krisis ekonomi juga turut menyeruak.

Dikutip dari Tribunnews.com, karena wabah corona, sejumlah negara telah mengalokasikan anggaran fantastis untuk situasi perekonomian nasional yang terdampak.

Dikatakan oleh ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, Indonesia bisa saja meniru langkah negara-negara tersebut.

Antisipasi Corona, Pemkab Aceh Selatan Perketat Pengawasan di Perbatasan

Jalani Perawatan Karena Positif Corona Sejak Pekan Lalu, Guru Besar Farmakologi UGM Meninggal Dunia

UN 2020 SD hingga SMA Ditiadakan, Kelulusan Siswa Ditentukan Nilai Raport

Diantaranya dengan memberikan insentif dalam bentuk universal basic income untuk mendukung para pelaku usaha yang terdampak corona.

Sehingga para pelaku usaha tersebut tidak lantas jatuh karena dampak pandemi Covid-19.

"Memang harus dilakukan (proteksi), bentuknya universal basic income, agar pekerja tidak jatuh di bawah garis kemiskinan, bentuknya bisa cash transfer," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Senin (23/3/2020).

Pemerintahan Jokowi belum berani menerapkannya

()

Presiden Joko Widodo mencanangkan kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan ibadah di rumah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Hal ini diungkapkan Presiden dalam konferensi pers di Istana Bogor, Minggu (15/3/2020).(Instagram/jokowi) (Instagram/jokowi)

Bhima menilai pemerintahan Jokowi belum berani menerapkan kebijakan menyelamatkan perekonomian dari ancaman wabah virus corona.

Sehingga dirinya mengusulkan agar pemerintah lebih berani mengambil kebijakan yang dinilainya cukup radikal tersebut.

"Terkait anggaran saya usulkan yang sedikit radikal," kata Bhima.

"Satu hal yang kurang di Indonesia adalah langkah pejabat, menteri, direksi komisaris BUMN potong uang gaji tunjangan di saat negara dalam krisis anggaran," jelasnya.

Angkat Bicara Soal Wabah Corona, Imam Prasodjo Ungkap Hal Terburuk yang Bisa Dialami Indonesia

Ayah Perkosa Anak Selama 13 Tahun: Sehari Dirudapaksa 2 Kali, Terungkap Setelah Korban Menikah

Meskipun dikatakan ekstrem, Bhima menilai bila kebijakan tersebut dilaksanakan masyarakat dan para investor justru akan lebih mempercayai pemerintah.

Tak tanggung, Bhima menyebut pemotongan gaji dan tunjangan para pejabat pemerintah hingga 60 persen sebagai kalkulasi.

"Kalau saja 30-40 persen gaji dan tunjangan dipotong, belanja pegawai dikurangi untuk eselon atas, dan 50-60 persen gaji direksi dan komisaris BUMN (dikurangi)," kata Bhima.

"Pasti akan ada trust dari masyarakat dan investor bahwa pemerintah memang serius menangani virus corona bersama-sama," lanjutnya.

Negara kaya di dunia sudah gelontorkan dana triliunan untuk tangani dampak ekonomi karena wabah corona

Perlu diketahui, banyak negara kaya di dunia telah berani menggelontorkan anggaran sebesar triliunan dolar AS untuk menangani dampak ekonomi dari pandemi corona.

Terlebih kini mulai dirasakan adanya kondisi perekonomian global ke arah resesi.

Inggris saat ini telah menyiapkan paket stimulus senilai USD 400 miliar atau setara Rp 6.200 triliun.

Sementara Amerika Serikat (AS) juga mengajukan paket stimulus sebesar USD 1 triliun.

Meskipun paket tersebut baru saja terganjal restu dari Senat AS karena dinilai tidak merepresentasikan dukungan ekonomi terhadap kaum buruh.

Kemudian disusul oleh Prancis yang menganggarkan USD 50 miliar untuk menyelamatkan perekonomian negaranya dari jurang kehancuran akibat pandemi corona.

Tak hanya itu, Turki pun telah menggelontorkan paket stimulus ekonomi senilai 100 miliar Lira Turki atau setara USD 15,4 miliar dan jika dirupiahkan mencapai Rp 250 triliun.

RS Kekurangan Ventilator, Pasien Virus Corona Usia di Atas 60 Tahun Direlakan Meninggal

Update kasus corona global dan di Indonesia

()

Pembangunan RS khusus pasien virus Corona di Pulau Galang. (Dokumen Kementerian PUPR)

Hingga Selasa (24/3/2020), tercatat jumlah pasien terinfeksi penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona tembus pada angka 378.601 kasus di seluruh dunia.

Dari angka tersebut, 100.982 orang pasien telah dinyatakan sembuh dan jumlah korban meninggal dunia mencapai 16.505 orang.

Sementara di Indonesia, per Senin (23/3/2020), kasus orang yang terinfeksi virus corona bertambah menjadi 579.

Dari angka tersebut, 49 pasien dinyatakan meninggal dunia karena Cobid-19.

Sedangkan jumlah pasien yang telah sembuh berjumlah 30 orang.

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi, TRIBUNNEWS/Fitri Wulandari)

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul Ekonom INDEF: Pangkas Gaji dan Tunjangan Pejabat agar Perekonomian Tak Jatuh Karena Wabah Corona

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved