Opini

Corona Bukan Bahan Candaan

Setiap hari kita membuka Face Book dan Whatsapp dipenuhi dengan foto-foto dan Video yang dikemas dengan kata-kata dan...

Editor: Jalimin
For Serambinews.com
Nazarullah SAg MPd. Penulis, Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Aceh. 

Pertama; Bagi orang yang dulu nya sangat susah silaturrahmi dan bila lebaran tiba, dia hanya menyampaikan selamat hari raya dan mohon maaf lahir dan bathin dengan media sosial dan jarang bertandang untuk saling salam-salaman, saat ini jabat tangan sudah dilarang  Ketika covid-19 muncul, dokter menghimbau agar tidak saling bersalaman satu sama lain, karena bersalaman akan rentan terkenak virus Corona.

Apa yang harus kita lakukan saat ini dengan larangan jabat tangan tersebut? Bukankah ini pelajaran berharga ketika kita menyombongkan diri dengan tidak pernah menjabat tangan sanak keluarga kita selama ini dan hanya menggunakan media sosial saja untuk berkiriman pesan maaf?

Kedua; mungkin kita sangat jarang bertemu dengan Allah di rumah nya. Masjid-masjid banyak di sekeliling kita, tapi kita malas berkunjung untuk beribadah. Saat ini, lewat makhluk Allah SWT yang kecil yang namanya Corona, Allah hambatkan langkah kita ke rumah-Nya, karena dulunya saat Allah SWT memberikan kebebasan kepada kita memasuki masjid, malah kita malas beribadah di sana.

Ketiga; Dulu shalat Jumat masih belum difatwakan ganti dengan shalat Zuhur, kita sering mengabaikannya. Ketika wabah datang dan kita ingin dekat dengan Allah SWT lewat shalat Jumat, Allah kirimkan perintahnya lewat fatwa MUI bahwa shalat Jumat dilakukan di rumah saja dan digantikan dengan shalat Zuhur. Kita mendekati Allah, sementara Allah sedang maujauhi kita. Na'uzubillah.

Keempat; Banyak orang kaya dan punya kemampuan untuk umrah dan haji, namun tidak bersegera menunaikannya. Orang-orang kaya ini lebih cinta hartanya dan lebih senang menabung uangnya di bank dari pada menunaikan ibadah haji dan umrah. Saat wabah Corona muncul, kerajaan Arab Saudi menutup Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan tidak tertutup kemungkinan, pelaksanaan ibadah haji untuk tahun 1441 H/2020 M ini bakal gagal pelaksanaannya bila wabah Corona belum hilang. Ini merupakan teguran Allah yang sangat dahsyat, seakan-akan Allah menyampaikan pesan bahwa saat kesempatan dibuka lebar untuk haji dan umrah, kita terkesan cuek dan menganggapnya masih ada kesempatan. Tapi ketika akses ke Baitullah ditutup saat ini, rumah Allah mana lagi yang akan kita kunjungi?

Kelima; Sesama Islam sebelumnya, kita saling curiga, suka mengkafirkan satu sama lain. Kita lebih percaya non muslim dari pada sesama muslim. Internal agama tercabik-cabik karena perbedaan mazhab.  Persoalan sunnah dibesar-besarkan,  sehingga bila ada perbedaan furu'iyah, maka perbedaan tersebut menjadi permusuhan. Silaturrahmi putus dan malah orang yang berbeda Mazhab dianggap seperti musuh. Saat Wabah Corona datang, ke mana-mana saat ini kita curiga satu sama lain karena khawatir orang yang kita jumpai mengindap virus Corona, sehingga kita tidak saling sapa dan masing-masing menjaga jarak. Ya Allah, ampuni kami bila kami tersalahkan.

Seperti Daun yang Dimakan Ulat

Allah Berfirman: "Maka mengapa mereka tidak memohon kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaithan pun menampakkan keindahan kepada mereka tentang apa yang selalu mereka kerjakan". (QS. Al-An'am: 43)

Wabah Corona bukan lelucon dan juga buka bahan candaan di medsos. Stop membuat video pendek dan lucu tentang Corona. Korban sedang berjatuhan di Aceh. Orang yang meninggal karena virus Corona pun bukan bagian dari humor yang menjadi bahan tertawa kita.

Lihatlah negara-negara hebat dan kuat ekonomi dan canggih ilmu kedokterannya, rakyatnya satu persatu tumbang bagaikan daun yang dimakan ulat. Tidak berdaya, segala usaha telah dilakukan. Bagaimanakah lagi dengan Indonesia yang ekonominya masih morat marit dan ilmu kedokteran serta  tenaga medisnya masih dipertanyakan? Allahu a'lam.

Allah berfirman: "Tidaklah kami turunkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah), melainkan agar mereka takut". (QS. Al-Isra': 59).  Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa, semestinya dengan wabah Covid-19 ini kita lebih takut kepada Allah, ternyata manusia ini sangat lemah, rentan sekali terkena virus. Semestinya kita dengan wabah ini lebih banyak menangis dari pada membuat lucu dan humor.

Selama masa perintah stay at home yang dianjurkan pemerintah kepada kita yang awalnya 14 hari dan belakangan ini malah bisa sampai bulan Mei 2020, lakukan hal-hal yang positif. Bila ada gejala pada kita sudah terinfeksi virus Corona, jujurlah kepada tim medis dan Jagan berbohong agar para medis bisa menangani penyakit kita dengan baik dan mereka pun tidak menjadi korban gara-gara kebohongan informasi yang kita sampaikan.

Kejujuran kita akan menyelamatkan kita dan juga bisa menyelamatkan keluarga kita. Bagi yang belum tertular virus mematikan ini, berdiamlah diri di rumah dengan sabar dan tawakkal. Lakukan hal-hal yang positif. Baca Al-Quran, berzikir, baca buku-buku yang bisa menambah wawasan, atau mungkin mencoba untuk menulis sesuatu yang bisa dibaca oleh orang lain sebagai informasi yang bermanfaat. 'Allama bilqalam, saling berbagi ilmu dan informasi lewat tulisan pena, agar kita tidak stres selama menjalani anjuran "stay at home".

Bek Tungang dan Ulok-Ulok

Amru Bin "Ash pernah berkata:  "Wabah itu seperti api, dan kalian adalah bahan bakarnya. Saling menjauhlah kalian (PHYSICAL DISTANCING) agar api itu tidak memiliki bahan bakar yang dapat menyulutnya dan akhirnya ia akan padam dengan sendirinya".

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved