Berita Bireuen
Kisah Pilu Marliah Penjual Jajanan yang Kehilangan Sekaligus Dua Pekerjaannya di Tengah Wabah Corona
Perempuan asal Bireuen ini menuturkan kepelikan hidupnya di saat wabah covid-19 menerpa di daerahnya bahkan seantero dunia.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Nur Nihayati
Beruntung tercatat dalam daftar PKH adalah untuk menutupi kebutuhan dapur walaupun seadanya.
Sejak tidak jualan, ia hanya duduk di rumah dan tentunya tidak ada pendapatan tambahan lagi.
“Ngak tahu kemana dan mau buat apa, sekolah tutup, jualan tidak ada lagi, kapan sekolah buka
ya,” tanyanya.
Ia duduk bingung memikirkan kebutuhan dapur apalagi menghadapi bulan puasa dalam waktu dekat bersama lima anaknya dan masih banyak Nurmala-nurmala lainnya yang berjualan di sekolah-sekolah bernasib serupa.
Data diperoleh Serambinews.com, jumlah sekolah SD di Bireuen 228 unit, Madrasah Ibtidaiyah (28) SMP (73), MTs (28), SMA (28), MA (13) dan SMK 13 unit, jumlah seluruhnya 410 unit tersebar mulai dari Samalanga sampai Gandapura, pinggir jalan negara, kecamatan maupun di desa-desa.
Setiap sekolah minimal tiga orang jualan jajanan untuk anak sekolah maka jumlahnya mencapai 1.230 orang umumnya ibu ibu tidak jualan lagi sejak sekolah libur karena dampak virus corona. Mereka rakyat kecil kehilangan pekerjaan dan juga kehilangan pendapatan dari jualan di sekolah, mereka merasakan dampak langsung wabah covid-19.
Mereka tentunya berharap kepedulian berbagai pihak untuk menutupi kebutuhan mereka, apalagi menghadapi puasa dalam waktu dekat.
Mereka menunggu wabah corona menjauh, sekolah aktif lagi dan mereka bisa berjualan lagi. (*)
