Corona Serang Dunia
Warga Iran Serbu Pasar, Seusai Pemerintah Izinkan Dibuka
Ribuan warga Iran menyerbu pasar dan pusat perbelanjaan pada Sabtu (18/4) seusai pemerintah mengeluarkan izin untuk dibuka.
Gym, restoran, pusat perbelanjaan, dan bazaar besar Teheran tetap ditutup, termasuk tempat-tempat suci dan masjid juga ditutup, dan larangan pertemuan umum tetap diberlakukan.
Kantor pemerintah telah dibuka kembali dengan sepertiga karyawan bekerja dari rumah, dan sekolah serta universitas juga masih ditutup.
Lalu lintas mulai padat di Teheran pada Sabtu pagi, hari pertama kerja dan pihak berwenang mengizinkan bisnis di luar ibukota untuk dibuka kembali seminggu lalu.
Para pemimpin Iran mengatakan harus mempertimbangkan konsekuensi ekonomi dari tindakan karantina, ketika negara itu berjuang di bawah sanksi berat oleh Presiden Donald Trump.
Pada Jumat (17/4), pakar hak asasi manusia PBB meminta Iran untuk membebaskan tahanan politik yang rentan terhadap infeksi.
Iran telah membebaskan 100.000 tahanan, tetapi masih menahan banyak terpidana atas tuduhan keamanan, termasuk beberapa warga negara ganda.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan banyak dari warga itu adalah tahanan politik atau ditahan sebagai tawar menawar untuk negosiasi dengan Barat.
"Kami menyadari situasi darurat di Republik Islam Iran dan masalah-masalah yang dihadapi dalam memerangi pandemi, termasuk melaporkan tantangan dalam mengakses pasokan medis karena sanksi," kata para ahli PBB.
“Beberapa beresiko tinggi dari COVID-19 karena usia mereka atau kondisi kesehatan yang mendasarinya. Kami meminta pihak berwenang untuk segera membebaskan mereka.,” harapnya.
Para ahli menyoroti kasus-kasus pengacara HAM Nasrin Sotoudeh dan pembela Narges Mohammadi dan Arash Sadeghi.
Serta dua kewarganegaraan, Ahmadreza Djalali, warga negara Iran-Swedia; Morad Tahbaz, warga negara Iran-Inggris-Amerika; dan Kamran Ghaderi serta Massud Mossaheb, dua warga negara Iran-Austria.
Mereka mengatakan ketujuhnya telah meminta pembebasan sementara tetapi telah ditolak atau tidak menerima tanggapan.
Di tempat lain di kawasan itu, Sudan membentuk antrean panjang di luar toko roti dan pompa bahan bakar pada Sabtu pagi menjelang jam malam di ibukota, Khartoum, yang dijadwalkan berlangsung tiga minggu.
Negara, yang masih belum pulih dari pemberontakan tahun lalu untuk menggulingkan Omar al-Bashir, telah melaporkan 66 kasus, termasuk 10 kematian.
Wabah di Sudan akan sangat menekan sistem kesehatan, yang telah dilemahkan oleh perang saudara dan sanksi beberapa dekade.
