Berita Abdya
Takut Dicek Suhu Tubuh, Perantauan dari Malaysia Rela Bayar Pengendara Motor untuk Kelabui Petugas
Ada-ada saja ulah warga perantauan yang pulang dari zona merah pandemi corona virus. Mereka rela main kucing-kucingan agar lolos dari pemeriksaan...
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Saifullah
Laporan Zainun Yusuf | Abdya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Ada-ada saja ulah warga perantauan yang pulang dari zona merah pandemi corona virus.
Kekhawatiran akan mendapat masalah jika tidak lolos pemeriksaan kesehatan memaksa mereka berbuat nekat, bahkan main kucing-kucingan.
Hal ini seperti yang dilakukan 35 perantauan asal Aceh Barat Daya (Abdya) yang mudik dari Malaysia via jalur laut menuju Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut), lalu lakukan perjalanan darat pulang ke kampung.
Untuk menghindari pemeriksaan kesehatan di Posko Pemantauan Covid-19 pada perbatasan Abdya dengan Aceh Selatan, kawasan Desa Kayee Aceh, Kecamatan Lembah Sabil, Minggu (19/4/2020) pagi, puluhan perantauan yang konvoi dengan tujuh unit mobil rental itu transit di Labuhan Haji, Aceh Selatan.
Ternyata di sana sudah menunggu puluhan sepeda motor yang pengendaranya dibayar Rp 100 ribu untuk mengantar para perantau ini melewati Pos Pantau Covid-19 di perbatasan.
• Badan Jalan Abdya-Galus Nyaris Putus di Km 17, BPBK Abdya Segera Tinjau Lokasi
• Pemkab Abdya Diperkirakan tak Bisa Penuhi Kuota CPNS Sebanyak 138 Orang, Ini Penyebabnya
• Hasil Swab Jakarta, PDP Warga Abdya Dinyatakan Negatif Corona
Para perantauan ini kemudian turun dari mobil rental dan beralih menumpang sepeda motor menyaru sebagai warga yang biasa lalu lalang guna mengelabui petugas di perbatasan.
Sedangkan ke-7 unit mobil rental yang mulai kosong tetap dibawa sopir dengan janjian bertemu di Manggeng untuk kembali ditumpangi para perantauan tersebut.
Modus ini ternyata berhasil karena dari 35 pemudik dari ‘Negeri Jiran’ tersebut, 23 orang yang menumpang sepeda motor lolos masuk ke Abdya tanpa menjalani pemeriksaan kesehatan di perbatasan.
Informasi ini diungkap Kepala Sekretariat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Abdya, Amiruddin kepada Serambi saat berkunjung ke posko pemantauan di Kayee Aceh, Minggu (19/4/2020).
Amiruddin menjelaskan, posko pemantauan di Lembah Sabil yang dibuka sejak 24 Maret lalu selama 24 jam tersebut menghentikan dan memeriksa seluruh angkutan umum dan kendaraan pribadi, termasuk mobil box saat melintas.
• Cegah Virus Corona, Atlet dan Pelatih Aceh PON Akan Jalani Rapid Test
• Merampok Penumpang Angkot, Polisi Tembak Mati Eks Napi Asimilasi
• UPDATE - Dua Mahasiswa Malaysia dari Aceh Positif Corona, 1 Lagi Pelancong, Ini Riwayat Perjalanan
Seluruh awak angkutan umum dan kendaraan pribadi yang masuk dan keluar Abdya itu kemudian diperiksa suhu badan oleh petugas dari Dinas Kesehatan dengan alat thermometer digital jidat infrared.
“Petugas piket pada posko perbatasan ini juga mencatat riwayat kunjungan atau perjalanan luar daerah dan luar negeri terhadap siapa saja yang masuk ke wilayah Abdya,” jelas Amiruddin yang juga Kalak BPBD Abdya.
Tapi, beber dia, sejumlah warga Abdya perantauan yang dalam perjalanan pulang dari Malaysia dilaporkan berupaya menghindari pemeriksaan di Pos Pemantauan Covid-19 Lembah Sabil tersebut.
Seperti yang terjadi pada Minggu pagi itu, petugas perbatasan menghentikan sekitar 7 unit mobil rental penumpang dari Medan yang masuk Abdya.
“Petugas posko curiga setelah melihat jumlah penumpang sangat terbatas. Dari tujuh mobil rental itu, hanya ada sekitar 12 penumpang,” ujarnya.
Sopir rental tersebut awalnya mengaku kalau penumpang yang dibawa itu baru pulang dari Medan menuju Abdya.
• VIDEO - Penertiban warung Kopi di Banda Aceh, Pengunjung Tanpa Masker Dilarang Nongkrong
• Peringatan bagi Warga Banda Aceh, Keluar Rumah tanpa Masker Siap-siap Didenda
• Dramatis! Lepas dari Tangan Abang Kandung, Bocah 11 Tahun Meninggal Tenggelam di Laut Aceh Utara
Namun setelah ditanya lebih jauh, baru sopir mengaku kalau mobil rental tersebut disewa khusus warga yang baru pulang Malaysia melalui Tanjung Balai, Sumut.
“Warga perantau itu mendarat dengan boat di Tanjung Balai, Medan setelah berlayar dari sejumlah titik di Malaysia. Kemudian mereka pulang ke Abdya melalui darat,” paparnya.
Ironisnya, warga Abdya perantauan Malaysia itu juga meminta sopir rental untuk berbohong dalam pemeriksaan di perjalanan dengan menyembunyikan riwayat perjalanan mereka.
“Habis bagimana Pak, kami mencari uang,” ungkap seorang sopir mobil rental ketika diperiksa petugas Posko Pantau Covid-19 Lembah Sabil, Minggu pagi.
Para sopir mobil rental itu juga mengaku bahwa sebagian besar penumpang turun di Labuhan Haji, Aceh Selatan. Pemudik dari Malaysia ini sengaja transit di Labuhan Haji untuk ganti kendaraan dengan naik sepeda motor (sepmor).
Mereka sukses melewati lokasi pemeriksaan di Posko Pantau Covid-19 Lembah Sabil karena dianggap petugas hanya warga yang biasa lalu lalang.
• Gempa Bumi Magnitodu 5,5 Guncang Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, Gempa Kedua Hari Ini
• Tiga Mahasiswa Malaysia yang Baru Tiba dari Aceh Positif Corona
• Warga Temukan Mayat Seorang Lelaki di Sungai Palok, Diduga Terjatuh dan Hanyut Dibawa Arus
“Informasi kita peroleh, pengendara sepmor mengambil ongkos Rp 100 ribu per penumpang untuk diantar sampai melewati Posko Pemantauan Covid-19 Lembah Sabil. Sampai di Manggeng, warga yang baru pulang dari Malaysia itu kembali bergabung naik mobil rental yang disewa sejak perjalanan dari Tanjung Balai,” ungkap Amiruddin.
Ia menyebutkan, dari 7 unit mobil rental itu, ada sekitar 35 penumpang yang pulang dari Malaysia. Tapi, yang dapat bisa diperiksa suhu tubuh dan dicatat riwayat perjalanannya hanya sekitar 12 orang saja.
“Sekitar 23 penumpang lainnya lolos dari pemeriksaan setelah berhasil mengelabui petugas dengan cara turun di Labuhan Haji, kemudian naik sepmor sampai melewati posko pemantauan Covid-19,” urainya.
“Mereka yang lolos dari pemeriksaan Minggu pagi itu, diketahui berasal dari beberapa desa Kecamatan Babahrot, Kuala Batee, dan Blangpidie,” imbuh dia.
Atas peristiwa ini, Amiruddin segera melapor kepada Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Abdya guna menyurati Dinas Perhubungan setempat.
“Isi surat agar Kadis Perhubungan segera berkoordinasi dengan petugas loket angkutan umum supaya para sopir tidak menyembunyikan atau berbohong riwayat perjalanan penumpangnya,” tandasnya.
Amiruddin juga mengharapkan, relawan Siaga Covid-19 di desa-desa agar melakukan pendataan warga yang baru mudik, baik dari dalam maupun luar negeri. “Pendataan sangat penting untuk proses pemantauan kesehatan oleh petugas puskesmas,” pungkasnya.
• Jalanan Sepi Akibat Lockdown, Segerombolan Sapi Berkeliaran di Bank
• 5 Remaja Perkosa Siswi SMA di Lapangan Bola, Berawal Kenalan di Facebook Hingga Ajak Kencan
• Ditawari Posisi Manajer dari Sriwijaya FC, Ini Jawaban Mantan Sekjen PSSI Ratu Tisha
Dekati 1.000 Orang
Sementara itu, berdasarkan update data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Abdya, Minggu (19/4/2020), warga perantauan yang pulang kampung (pulkam) terus membengkak mencapai 962 orang.
Dari jumlah tersebut, 796 orang di antaranya selesai menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari, dihitung sejak tiba di kampung halaman. Sedangkan 193 orang masih menjalani karantina di rumah masing-masing.
“Warga yang selesai isolasi mandiri sebanyak 796 orang itu, kondisi kesehatannya secara umum sehat. Sejauh ini, mereka tak ada keluhan,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Abdya, Safliati SST MKes kepada Serambi, Minggu kemarin.
Safliati yang juga Kepala Dinkes Abdya menambahkan, selama isolasi mandiri di rumah, petugas medis melakukan pemantauan kesehatan terhadap bersangkutan.
Jika dalam pemeriksaan ada gejala awal yang mengarah ke Covid-19, ucapnya, maka yang bersangkutan segera dimasukkan dalam daftar orang dalam pemantauan (ODP).(*)