Berita Abdya
Dugaan Korupsi Dana Desa Blang Makmur oleh Keuchik yang Sempat Menghilang Dilimpah ke Kejari Abdya
Kini kasus dugaan korupsi dana desa Gampong Blang Makmur, Kecamatan Kuala Batee, Abdya ini sudah dilimpahkan dari penyidik Satreskrim Polres Abdya
Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com : " Alhamdulillah, sudah kembali, ke mana saja saudara selama hampir tujuh bulan terakhir?,"
Muhammad Aris: “Saya bekerja di Aceh Singkil”
Serambinews.com : "Kabar beredar, saudara pergi ke Malaysia"
Muhamad Aris : “saya tidak ke luar negeri, karena negeri kita masih luas”
Serambinews.com : "Kondisi badan saudara tampak lebih kurus dari sebelumnya?,"
Muhamamd Aris : "Saya tampak kurus karena bekerja di gunung kawasan Aceh Singkil,"
Namun Muhammad Aris tak menjelaskan, jenis pekerjaan yang dilakukan di sana.
Serambinews.com : "Bisa diceritakan sehingga saudara pergi ke di Aceh Singkil?,"
Muhammad Aris : “Nanti lah kita ketemu”
Serambinews.com : "Kenapa akhirnya saudara memilih kembali ke rumah?,"
Muhamad Aris : “saya minta waktu untuk menjelaskannya”.
Dalam wawancara singkat tersebut, Muhammad Aris mengaku bahagia sudah bertemu dengan istri dan anak-anaknya. Dia mengaku memiliki empat putra-putri, satu diantaranya sedang menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi di Kota Banda Aceh.
Dugaan Hilang Saat Memancing
Seperti diberitakan sebelumnya, Muhammad Aris dilaporkan hilang saat memancing di tanggul kolam labuh PPI Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, 31 Desember 2018 lalu.
Keuchik Blang Makmur itu diduga sengaja menghilangkan diri, karena tidak mampu mempertanggungjawabkan penggunaan dana desa senilai Rp 445,63 juta.
Kasus hilangnya Keuchik Muhammad Aris ini merebak setelah aparat Polisi Air Polres Abdya menemukan satu unit sepeda motor (sepmor) jenis Honda Vario warna hitam tanpa nomor polisi di Ujung Serangga, Kecamatan Susoh, Selasa malam, tanggal 1 Januari 2019 lalu.
Sepeda motor yang sudah lama terparkir di dermaga Ujung Serangga tersebut diduga milik Muhammad Aris, Keuchik Blang Makmur, Kecamatan Kuala Batee, yang menghilang tanpa kabar sejak dua hari sebelumnya.
Hal itu diketahui, karena di lokasi kejadian, warga dan petugas menemukan kartu identitas dan petunjuk lainnya seperti SIM, dompet, alat pancing, dan ikan hasil tangkapan.
Pihak Tagana Abdya bersama anggota Polsek dan warga setempat mencari keberadaan Muhammad Aris dengan menyisir bibir pantai di sekitar lokasi ditemukannya sepeda motor tersebut. Upaya pencarian saat itu tidak membuahkan hasil.
Mencuat Kasus Dana Desa
Informasi diperoleh Serambinews.com, beberapa hari setelah Muhammad Aris dilaporkan hilang, aparatur Gampong Blang Makmur melapor kepada Wakil Bupati Abdya terjadi ketekoran kas desa mencapai Rp 445,63 juta, dari total anggaran 2019 sebesar Rp 1,28 miliar.
Merespon laporan tersebut, Wakil Bupati Muslizar MT memerintahkan Inspektorat Abdya untuk melakukan audit atau pemeriksaan penggunaan anggaran Desa Blang Makmur.
Inspektorat segera menurunkan tim untuk memeriksa alur kas Desa Blang Makmur.
Menurut Kepala Inspektorat Abdya, Said Jailani, dari hasil audit yang telah dilakukan ditemukan terjadi kekosongan kas Desa Blang Makmur mencapai Rp 445,63 juta lebih.
Hal itu diketahui, mengingat kas desa terjadi kekosongan, padahal pencairan tahap ketiga Dana Desa 2018, sudah dilakukan 100 persen, bahkan uangnya telah diserahkan kepada keuchik oleh bendahara.
Indikasi anggaran Desa Blang Makmur tidak bisa dipertanggungjawabkan mencapai Rp 44,63 juta yang mencuat sejak awal Januari lalu.
Namun hingga Jumat (3/5/2019) atau sudah berjalan selama empat bulan belum ada kejelasan kasus tersebut.
Sementara pascahilangnya Muhammad Aris, berkembang informasi kalau oknum Keuchik Blang Makmur itu sengaja menghilangkan diri terkait pengelolaan anggaran desa dan beban utang pribadi pada pihak ketiga.
Lalu, yang bersangkutan membuat rekayasa sendiri seolah-olah hilang ketika memancing ikan.
Tapi, hingga Muhammad Aris kembali ke rumahnya, namun sebab-sebab ia menggilangkan diri belum juga terungkap.
Apakah ia betul-betul hilang karena diculik, terseret arus laut hingga ke Aceh Singkil, atau hanya rekayasa karena tak mampu mempertanggungjawabkan dana desa mencapai Rp 44,63 juta. Mari kita tunggu perkembangannya.(*)