Kupi Beungoh

Dr Hasan Muhammad Di Tiro Tersenyum Menerima Buku Puisi "Rencong" dari Penyair Fikar W Eda

Peristiwa istimewa itu terjadi hari Sabtu, 25 Oktober 2008, selepas maghrib waktu Jakarta, di Hotel Four Season, Jalan HR Rasuna Said.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
zoom-inlihat foto Dr Hasan Muhammad Di Tiro Tersenyum Menerima Buku Puisi
Dokumen Murizal Hamzah
Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro saat menerima kumpulan puisi "Rencong" dari Penyair asal Aceh Fikar W Eda, dalam satu kesempatan di Jakarta, Sabtu, 25 Oktober 2008.

Barangkali, memang begitulah takdirnya, buku itu harus diterima oleh tokoh hebat dari Aceh ini, Tgk Hasan Muhammad Di Tiro.

Amerika Rusuh, Media Israel Sebut Iran, Turki, China, dan Rusia Happy dengan Kekacauan Itu

Saya bangga bertemu dan menyerahkan buku puisi karya saya langsung ke tangan pria berpengaruh besar yang lahir di Tiro, Pidie Aceh, 25 September 1925 dan meninggal 3 Juni 2010 di RSUZA Banda Aceh. 

Buku "Rencong" diluncurkan pertama sekali di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia pada 2003.

Buku itu diberi pengantar oleh penyair kelas wahid Indonesia, WS Rendra, dan penyair Malaysia Siti Zainon Ismail.

Rendra dan Siti Zainon hadir saat peluncuran dan menyampaikan pemikirannya tentang "Rencong."

Haji 2020 Batal, Dananya Dialihkan untuk Perkuat Rupiah, Rizal Ramli: Payah Deh!

Buku ini kemudian dicetak ulang pada 2005, dan 2008. Dalam edisi tiga terbitan 2008, buku dilengkapi dengan telaah oleh penyair Malaysia Dr Kamal Abdullah atau Datuk Kemala, satrawan Gol A Gong, pengelola Rumah Dunia Banten dan Oyos Saroso dari Lampung yang dimuat di harian berbahasa Inggris The Jakarta Post, serta dilengkapi dengan terjemahan dalam Bahasa Inggris oleh Julian Hakim.

Sebagai penyair, tentu lumrah, hati saya dikucuri aliran bahagia dan bangga itu, tatkala karya kita bisa dibaca oleh banyak orang, termasuk tokoh Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro.

Saya teringat, tokoh utama Gerakan Aceh Merdeka ini adalah seorang pecinta sastra, menulis sastra, dan menguasai sastra Aceh dan sastra dunia.

Retorikanya sangat menghipnotis dan itu hanya bisa dilakukan oleh tokoh yang menguasai dan menjiwai sastra.

Pertemuan yang dijamu AM Fatwa itu adalah bentuk silaturrahmi. AM Fatwa duduk semeja dengan Tgk Hasan Tiro, Tgk Malik Mahmud dan Dr Zaini Abdullah, juga menyerahkan buku karyanya, tentang demokrasi. (*)

PENULIS adalah Penyair Asal Aceh dan Wartawan Harian Serambi Indonesia di Jakarta.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved