Kupi Beungoh
Dr Hasan Muhammad Di Tiro Tersenyum Menerima Buku Puisi "Rencong" dari Penyair Fikar W Eda
Peristiwa istimewa itu terjadi hari Sabtu, 25 Oktober 2008, selepas maghrib waktu Jakarta, di Hotel Four Season, Jalan HR Rasuna Said.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail

Oleh Fikar W Eda
DALAM satu kesempatan sangat istimewa, saya menyerahkan buku berisi kumpulan puisi karya saya, "Rencong" langsung ke tangan deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan tokoh penentu perdamaian Aceh, Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro.
Peristiwa istimewa itu terjadi hari Sabtu, 25 Oktober 2008, selepas maghrib waktu Jakarta, di Hotel Four Season, Jalan HR Rasuna Said.
Saat menerima "Rencong" Tgk Hasan Di Tiro tersenyum dan dan menganggukkan kepala.
Secara singkat saya sampaikan, bahwa buku ini berisi refleksi dari jiwa dan peristiwa yang sedang berlangsung di Aceh.
Pria tua ini tersenyum dan lagi-lagi mengangguk, sambil sesekali ia memandang saya yang tepat berada dalam jarak sangat dekat.
• 10 Tahun Mangkatnya Hasan Tiro, Doa dan Munajat untuk Sang Wali
Sesaat ia menimbang-nimbang buku tersebut di tangannya, sebelum kemudian--kalau saya tidak salah ingat--buku itu di serahkan kepada Dr Zaini Abdullah yang ketika itu berada di sampingnya.
Peristiwa penyerahan buku "Rencong" tersebut berlangsung pada acara jamuan makan malam dengan tuaN rumah ketika itu, Wakil Ketua MPR RI AM Fatwa.
Hadir sejumlah wakil rakyat Aceh, Ahmad Farhan Hamid, Teuku Riefky Harsya dan lain-lain.
Tgk Hasan Tiro, orang tua penuh wibawa ini, didampingi Tgk Malik Mahmud Al Haytar, Dr Zaini Abdullah, Mualem Muzakir Manaf, Muzakir A Hamid, dan beberapa tokoh GAM lainnya.
Ide memberikan "Rencong" kepada Dr Tgk Hasan Muhammad Di Tiro terjadi secara spontan.
Saya tidak tahu, entah kenapa dalam tas sandang saya, ada satu eksemplar "Rencong" edisi perdana yang terbit pada 2003.
Buku tersebut masih sangat rapi. Saya memang sering membawa buku bacaan dalam tas, untuk mengisi waktu saat duduk dalam bus kota yang membawa saya ke tempat bekerja di Jakarta.
Tapi membawa buku sendiri yang masih rapi, sungguh, saya tidak mengetahui persis alasanya.