Video
VIDEO – Kondisi Terkini Kompleks Karantina Haji Pertama di Indonesia, di Pulau Rubiah Sabang
Kompleks Karantina Haji pertama di Indonesia ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda di Pulau Rubiah yang berada di Sabang.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Jadi Benteng Pasukan Jepang
Seiring berjalannya waktu, saat Jepang datang, Belanda terpaksa angkat kaki dari Sabang.
Gedung karantina haji berubah menjadi barak tentara dan karantina haji di Aceh akhirnya terhenti.
Pada tahun 1944, Belanda kembali bersama pasukan sekutu dan terjadi pertempuran dengan tentara Jepang, sehingga beberapa bangunan pusat karantina haji hancur dihantam peluru pasukan sekutu.
Pulau Sabang yang berada pada pertemuan Samudera Hindia dan Selat Malaka, menjadi tempat strategis yang diperebutkan banyak pihak.
PK Ojong dalam bukunya Perang Pasifik (2001) halaman 97-102, secara spesifik mengulas tentang Sabang yang diperebutkan oleh pasukan Sekutu dan Jepang.
Pulau Sabang (Aceh) yang terletak di pintu gerbang Selat Malaka dari arah Samudera Hindia, juga ikut menjadi bagian dalam unjuk kekuatan antara Sekutu dan Jepang.
Tak pelak, dua kekuatan militer adidaya yang sedang bertempur hebat pada masa itu, berupaya merebut Pulau Sabang untuk menguasai titik strategis arena pertempuran sebagai taktik mengalahkan lawan masing-masing.
Itu terjadi pada Mei 1944: di mana kala itu Pulau Sabang telah berhasil dikuasai oleh Jepang, dan hendak diambil-alih oleh Sekutu, tulis PK Ojong.
Setelah perang perang dunia kedua, pulau Rubiah tidak lagi menjadi pusat karantina haji.
Namun, Kota Sabang masih menjadi jalur pemberangkatan jamaah haji ke Tanah Suci.
Pemberangkatan haji melalui Sabang yang berlangsung hingga tahun 70-an dipusatkan di Kampung Haji, di Gampong Kuta Timu, Kota Sabang.
• VIDEO - Masjid Kampung Haji, Cikal Bakal Embarkasi Haji Indonesia
Terbengkalai di Antara Semak Belukar
Begitulah sekilas sejarah pusat karantina haji di Pulau Rubiah Sabang.
Sayangnya, sejarah hebat yang pernah dijalani Pulau Rubiah itu kini nyaris dilupakan.