Luar Negeri
Greta Thunberg Kenang Majelis Umum PBB, Pemimpin Dunia Harus Antre Berfoto Dengannya
Greta Thunberg, aktivis iklim dunia mengenang sidang Majelis Umum PBB pada musim gugur lalu atau sebelum wabah Covid-19.
SERAMBINEWS.COM, BERLIN - Greta Thunberg, aktivis iklim dunia asal Swedia mengenang sidang Majelis Umum PBB pada musim gugur lalu atau sebelum wabah Covid-19.
Saat mempersiapkan diri untuk tampil berpidato di Majelis Umum PBB, sejumlah pemimpin dunia meminta berfoto dengannya.
Termasuk Sekjen PBB Antonio Guterres dan Kanselir Jerman Angela Merkel, yang telah membuat antrian untuk berbicara dengannya dan mengambil foto narsis.
"Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru, menunggu dalam antrean, tetapi tidak cukup waktu sebelum acara dimulai," kenang Thunberg.
Kenangan surealis seorang remaja itu membentuk pembukaan untuk siaran monolog selama 75 menit di radio publik Swedia, Sabtu (19/6/2020).
Dilansir AP, Sabtu (19/6/2020), dia segera bergeser ke masalah serius, perubahan iklim yang menjadi jantung pekerjaannya.
Gadis berusia 17 tahun ini telah menjadi tokoh global gerakan iklim sejak memulai protes sendiri di luar gedung parlemen Swedia pada 2018.
• Remaja Putri Swedia Bantu UNICEF, Ini Jumlah Donasinya
• Konglomerat India, Mukesh Ambani Jadi Orang Terkaya ke-11 Dunia
• Rahul Gandhi Tuduh Pemerintah India Tidur Nyenyak , Rahang Tentara Jadi Korban
Thunberg ini sering melontarkan kata-kata tumpul ke presiden dan perdana menteri.
Bahkan dibumbui dengan fakta-fakta ilmiah tentang perlunya emisi gas rumah kaca dicabut.
Sehingga, dia telah mendapat pujian dan penghargaan.
Tetapi juga sesekali cemoohan, bahkan ancaman kematian.
Yang mengecewakan Thunberg, pesannya tampaknya tidak sampai kepada para pemimpin dunia yang memuji pekerjaannya.
Pesannya jelas sekali:
Thunberg mengutip laporan PBB yang memperkirakan dunia hanya dapat terus memancarkan karbon dioksida dalam tujuh setengah tahun ke depan.
Lebih lama dan menjadi tidak mungkin untuk memenuhi tujuan ambisi iklim Paris untuk menjaga suhu global naik lebih dari 1,5 derajat Celcius abad ini.
Sebagian besar pemerintah menolak menerima gagasan dunia hanya memiliki "anggaran karbon" yang tersisa.