Luar Negeri

Virus Jenis Baru Bunny Ebola Telah Menyebar di Seluruh Amerika, Serang Ribuan Kelinci Hingga Mati

Meskipun virus ini tidak berhubungan dengan Ebola, namun penyakit ini ditandai dengan pendarahan menyebabkan lesi pada organ dan jaringan kelinci.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
TRIBUNJOGJA.COM
Virus baru Bunny Ebola yang diklaim lebih mematikan dibanding corona, telah menyebar ke seluruh Amerika Serikat dan telah membunuh ribuan kelinci. 

Hampir 500 kelinci di New Mexico terinfeksi antara bulan Maret hingga Juni.

Virus RHDV2 dapat menyebar melalui darah, kotoran dan urin.

Virus ini diyakini lebih menular dan lebih mematikan daripada virus corona.

Dalam laporan media lokal, tingkat kematian akbiat virus RHDV2 tercatat mencapai 90 persen dalam wabah saat ini.

Zimmerman menceritakan satu kasus, di mana seseorang kehilangan 200 kelinci karena penyakit ‘Bunny Ebola’ hanya dalam satu minggu.

Ilmuwan China Temukan Virus Baru G4 EA H1N1, Dikhawatirkan Gelombang Pandemi Susulan

Vaksin Ebola Dicoba ke Pasien Covid-19

Empat Negara Eropa Sepakat Beli 300 Juta Dosis Vaksin Virus Corona

Dalam kasus serupa di New York City, virus yang menyerang kelinci itu memusnahkan lebih dari puluhan kelinci di Center for Avian and Exotic Medicine Manhattan.

"Kami mencoba melakukan tes CPR, tetapi kelinci-kelinci ini mati dalam beberapa menit," kata dokter hewan Lorelei D'Avolio, hal itu merupakan efek yang mengerikan dari Bunny Ebola.

"Kelinci-kelinci itu akan mengguncang, menjerit mengerikan dan kemudian mati." Ujarnya.

Sementara itu, virus RHDV2 tidak menginfeksi orang, kucing, atau anjing.

Namun, virus RHDV2 dapat menempel pada pakaian dan bulu.

Jadi, seseorang atau hewan peliharaan dapat dengan mudah membawanya pulang dan dapat dengan mudah menginfeksi atau menyebarkan virus.

Amerika Borong Remdesivir untuk Obat Covid-19, Tiap Paket Dibandrol Rp 45 Juta

Pandemi Corona Belum Reda, Kini Muncul Lagi Virus Ebola di Kongo, Apa Gejalanya?

Perang Dengan Pandemi Covid-19 belum Berakhir, Wabah Ebola Baru Terdeteksi di Kongo

Tidak hanya itu, virus ini dapat hidup di permukaan selama 3,5 bulan pada suhu kamar dan dapat bertahan pada titik beku, serta suhu tinggi hingga 122 derajat selama satu jam.

Iterasi RHDV2 saat ini hanya melanda AS baru-baru ini, muncul di antara kelinci peliharaan di Ohio pada tahun 2018, sebelum kemudian muncul di negara bagian Washington pada musim panas 2019 dan New York City pada Februari lalu.

Di seluruh dunia, virus yang mirip dengan RHDV2 telah diamati di Perancis, Australia dan Kanada, dengan kasus pertama yang diketahui dilaporkan di China pada tahun 1984.

Namun, epidemi saat ini sangat memprihatinkan karena ini adalah pertama kalinya virus telah melompat dari hewan peliharaan ke kelinci liar, pikas dan kelinci.

Kasus Infeksi Corona Global Tembus 10 Juta

Jauh dari Kata Selesai, WHO Sebut Pandemi Virus Corona Telah Diperburuk oleh Politisasi

Misteri Penyebaran Corona Hingga Jadi Pandemi Global Terkuak, Ternyata Akibat Kecerobohan China Ini

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved