Berita Luar Negeri
Pakistan Blokir Game PUBG, Akibat Picu Serangkaian Aksi Bunuh Diri
Otoritas Telekomunikasi Pakistan (PTA) mengatakan, mereka menerima beberapa keluhan tentang permainan yang “membuat ketagihan dan buang-buang waktu”.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Tiga kasus serangkaian bunuh diri dalam beberapa pekan terakhir yang dikaitkan dengan game PUBG di Pakistan.
Hal ini mengakibatkan pemblokiran sementara game online di Pakistan.
Otoritas Telekomunikasi Pakistan (PTA) mengatakan, mereka menerima beberapa keluhan tentang permainan yang “membuat ketagihan dan buang-buang waktu”.
Bahkan potensi dampak negatifnya pada kesehatan fisik dan psikologis anak-anak.
Pada saat yang sama, PTA meminta masyarakat untuk mengirimkan feedback mereka pada permainan melalui email sebelum sidang pengadilan pada masalah pada 9 Juli ini.
Bunuh diri akibat PUBG
Melansir dari Gulf News, Sabtu (4/7/2020), di Pakistan, kekhawatiran tentang dampak PUBG meningkat setelah.
Seorang anak bernama Shaharyar yang berusia 18 tahun ditemukan meninggal di rumahnya di Lahore, Pakistan pada 30 Juni 2020.
Dia telah meminta maaf kepada temannya dan mitra PUBG dalam sebuah catatan sebelum bunuh diri.
• Telkomsel Rilis Game Terbaru Kolak Express 3
• Game PUBG Mobile Cetak Rekor Dengan Penghasilan Tertinggi di Dunia
• Hai Gamers, Telkomsel Rilis Game Terbaru Kolak Express 3, Intip Keseruannya
Saudara lelakinya, Shoaib, mengkonfirmasi bahwa Shaharyar adalah pecandu game PUBG.
Setelah aksi bunuh diri baru-baru ini, Inspektur Jenderal Kepolisian Punjab (IGP), Shoaib Dastagir mengirim surat ke kementerian dalam negeri yang merinci dampak buruk dari permainan terhadap anak-anak muda.
Peristiwa serupa terjadi pada akhir Juni ketika Mohammad Zakarya yang berusia 16 tahun dilaporkan melakukan bunuh diri dengan menggantung diri setelah misi permainan tidak diselesaikan.
Media lokal melaporkan bahwa sebuah ponsel ditemukan di tempat tidurnya dengan permainan PUBG masih berjalan.
Sang ayah mengkonfirmasi bahwa putranya itu terlalu obsesi atau kecanduan dengan game tersebut.
"Itu murni kasus kecanduan karena bocah itu biasa bermain game PUBG selama berjam-jam sehari," klaim polisi.
• Dua Bocah Melompat dari Gedung Lantai 5 Akibat Termotivasi Game Online, Begini Nasib Keduanya
• Istri Muda Kabur dari Rumah, Suami Sebut Karena Game PUBG dan Dibawa Pria Lain
• Hati-hati Bermain Game PUBG, Bocah 14 Tahun Gantung Diri di India
Polisi dalam sebuah surat mengatakan bahwa kekerasan yang berlebihan dapat memicu perilaku agresif.
“Kecanduan menyelesaikan misi menyebabkan penderitaan dan kegelisahan dan menghasilkan depresi dan stres,” media lokal melaporkan.
Pemblokiran memicu perdebatan
Pemblokiran sementara waktu itu memicu perdebatan di media sosial Pakistan, dengan banyak yang mengatakan itu adalah langkah yang tepat.
Salma Khalid Khan, seorang guru sekolah, mengatakan dia sepenuhnya mendukung larangan itu.
“Saya pikir itu harus dilarang secara permanen. Ini keputusan yang bagus oleh pemerintah.
Gambar-gambar yang mengerikan dan kejam dalam permainan seperti itu dapat memiliki efek buruk pada pikiran anak muda ", katanya
Ia menambahkan bahwa dirinya tidak akan pernah membiarkan anak-anaknya bermain permainan seperti itu.
• dr Tirta Gambarkan Perjuangan Tim Medis Lawan Corona: Ibarat PUBG, Lawan Pakai AWP, Kita Pakai Panci
• Terlalu Asyik Main Game PUBG, Pria 20 Tahun Tak Sengaja Minum Air Deterjen dan Akhirnya Meninggal
• Gara-gara Tak Diberi Uang untuk Main PUBG, Seorang Anak Tega Mutilasi Tubuh Ayah dengan Pisau Daging
Berbicara kepada Gulf News, Dr. Sarah Nadeem Zaigham, seorang psikolog klinis di Islamabad, mengatakan terlalu banyak waktu menonton film dan paparan kekerasan pasti akan berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik orang-orang terutama anak-anak.
Zigham mendorong para orang tua untuk mengawasi kegiatan anak-anak mereka.
Karena semakin banyak anak-anak kecanduan game online selama masa lockdown pandemi, yang menyebabkan kecemasan dan depresi bagi anak.
Namun, gamer yang gemar menyuarakan keprihatinan mereka, mengatakan bahwa pelarangan game adalah langkah ekstrem dan itu hanya sebuah permainan dan tidak ilegal.
Azeem Haq, yang telah bermain game selama lebih dari 30 tahun, mengatakan tidak pernah berdampak buruk terhadap kesehatan mentalnya.
“Saya telah memainkan game action, petualangan, olahraga, horor, dan semua jenis game, dan saya tidak pernah merasa sakit atau secara psikologis tidak stabil karena saya tahu itu hanya permainan” katanya.
Ia menambahkan bahwa banyak tindakan ekstrem seperti kejahatan dan perampokan di masyarakat tidak terkait dengan permainan, tetapi faktor sosial dan budaya lainnya.
• Ini Dampak Negatif Game PUBG bagi Perkembangan Anak
• Dianggap Ajarkan Kekerasan, Parlemen Irak Sepakat Larang PUBG
Namun, dia setuju bahwa permainan mungkin mempengaruhi orang secara berbeda.
"Saya lebih suka anak-anak saya bermain video game daripada komputer atau game seluler sehingga bisa dengan mudah melacak tindakan mereka" Katanya.
Gamer lain, Faheem Siddiqui, mengatakan jika seseorang bunuh diri, itu bukan sepenuhnya akibat game, melainkan ada sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.
"Jika seorang anak melakukan bunuh diri secara ekstrem, pasti ada sesuatu yang lebih serius terjadi dalam hidupnya daripada permainan."
Dia menyesalkan bahwa anak-anak sering mengalihkan semua perhatian dan waktu ke permainan dan gadget ketika orang tua mereka tidak punya waktu untuk mereka. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
• Minat Warga Aceh Jaya Menanam Nilam Meningkat, Bahkan Minyak Nilam Sudah Dikirim ke Eropa