Berita Luar Negeri
Yunani Sebut 24 Juli Sebagai Hari Berkabung Setelah Hagia Sophia Gelar Shalat Jumat
Kementerian Luar Negeri Yunani menyebut konversi itu sebagai sebuah pukulan bagi warisan budaya umat manusia.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Kedatangan jamaah seakan tak ada habisnya. Ruas-ruas jalan yang berada di sekitar Hagia Sophia pun turut dibanjiri jamaah hingga seperti menjadi lautan manusia.
Mereka berduyun-duyun mendatangi bangunan bersejarah yang dibangun selama lima tahun dari 532 hingga 537 Masehi itu.
Beberapa dari mereka membawa bendera dan mengibarkannya dengan wajah gembira.
Tidak sedikit juga wanita ikut turut berkumpul dan ikut mengibarkan bendera di kawasan dekat masjid.
Sementara Erdogan tampak duduk di saf depan, didampingi para pejabat pemerintahan Turki yang juga menggunakan setelah jas.
• Mengenal Sosok Muazzin dan Imam yang akan Memimpin Shalat Jumat Perdana di Hagia Sophia
• Turki Undang Para Pemimpin Dunia Untuk Shalat Jumat Perdana di Hagia Sophia
Erdogan mengenakan jas hitam dan masker serta peci putih.
Sambil memegang mikrofon, dia melantunkan Surah Al-Fatihah lalu dilanjutkan dengan surah Al Baqarah dari ayat 1 sampai 5.
Erdogan memutuskan mengubah kembali fungsi Hagia Sophia dari museum sebagai masjid pada 10 Juli lalu.
Hal ini setelah pengadilan Turki membatalkan dekrit kabinet 1934 yang mengubah situs bersejarah itu menjadi museum.
• Bahu Jalan di Teupin Peuraho Aceh Barat Amblas Akibat Banjir
Sejumlah pemimpin dunia kecewa dengan keputusan Erdogan tersebut, salah satunya Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Beberapa pihak seperti UNESCO, Rusia, dan Yunani juga turut menyesalkan perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid.
Meski sempat diprotes dunia, namun Erdogan mantap dengan keputusannya.
Ia menyebut keputusan ada di tangannya mengingat Hagia Sophia, bangunan yang awalnya merupakan katedral itu, merupakan hak kedaulatan Turki. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
• Rakyat Negeri Para Dewa Menangis, Hagia Sophia Laksanakan Shalat Jumat Pertama