Viral Medsos
Video Protes Belajar Daring Viral, Ratu Talisha Emak-Emak Asal Medan Ini Klarifikasi Soal Omelannya
Ratu bantah tudingan terhadapnya sebagai orang tua yang tidak pernah mendampingi anaknya sehingga merasa kewalahan dengan sistem belajar daring.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Mursal Ismail
Ratu bantah tudingan terhadapnya sebagai orang tua yang tidak pernah mendampingi anaknya sehingga merasa kewalahan dengan sistem belajar daring.
SERAMBINEWS.COM - Belakangan ini viral di media sosial, video seorang emak-emak protes soal sistem belajar daring yang diterapkan dalam dunia pendidikan selama masa pandemi covid-19.
Video protes emak-emak yang diketahui berasal dari Medan, Sumatera Utara ini diunggah melalui akun Facebooknya, Ratu Talisha.
Sejak diunggah pada hari Minggu (26/7/2020), sontak video itu menjadi viral dan tersebar luas di berbagai media sosial.
Baru-baru ini, emak-emak yang menyebut dirinya Ratu Entok mengunggah kembali video klarifikasi terkait omelannya dalam video protes yang viral beberapa hari lalu.
Dalam video klarifikasi berdurasi lima menitan itu, Ratu Talisha alias Ratu Entok menghususkan video tersebut kepada para netizen yang berkomentar mengenai isi video sebelumnya.
Berikut video klarifikasinya itu.
• Bertabur Lubang dan Berlumpur, Jalan Lintas Abdya-Galus Sulit Dilewati Kendaraan
• Bantu Pelarian Djoko Tjandra, Penyidik Selidiki Aliran Dana ke Brigjen Prasetijo
• Gaji Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Capai Rp 77,5 Juta, Ini Rinciannya
Ratu bantah tudingan terhadapnya sebagai orang tua yang tidak pernah mendampingi anaknya, sehingga merasa kewalahan dengan sistem belajar daring.
Menurutnya, anaknya selalu mendapatkan prestasi di sekolah sejak TK hingga saat ini duduk di bangku SD.
Itu semua adalah berkat kerja keras dirinya yang selalu mengajarkan anaknya dalam segala hal.
Namun yang jadi permasalahannya adalah mengenai sistem daring yang kini diterapkan oleh berbagai sekolah.
“Yang saya permasalahkan sistem daringnya. Kalau hanya mengasihkan tugas seperti hari-hari biasanya, kita ga heboh karena anak kita ga megang Hp. Hp kita ga terbagi dua,” kata Ratu.
Wanita asal Medan ini kemudian melanjutkan alasan lainnya mengenai permasalahan sistem daring.
“Kedua mata anak kita tidak sakit. Ketiga ga abis beli kuota. Keempat yang paling buat fatal itu adalah dimana-mana dibuka, sekolah tak dibuka,”
“Kalau katanya takut nanti ada apa-apa siswanya metong siswanya mati guru disalahkan, yaudah sekolahnya tutup aja, ga usah ada perbandingan mall dibuka sekolah ditutup,” lanjutnya.
Menurutnya, alasan keempat seperti yang disampaikan olehnya itu lah yang membuat para emak-emak menjadi kepo dan ribut.
Apalagi pelaksanaan sekolah seperti saat tanpa bertatap muka antara siswa dengan guru, akan tetapi uang SPP tetap harus dibayar penuh juga paket buku yang harus dibeli.
“ini sekolah tak sekolah, uang sekolah bayar, buku wajib diambil, lembar ujian tak bisa dikasih kalau kalau ga bayar uang sekolah.
Bahkan satu sekelasnya sekarang tak terima rapor gara-gara tidak bisa sanggup membayar sekaligus tiga bulan uang sekolah anaknya. Cocok ko rasa ?,” imbuhnya.
Dalam pernyataan itu, Ratu mewakili isi hati para emak-emak tidak menyalahkan para guru atas proses pembelajaran yang hanya berlangsung selama 15 menit, namun uang sekolah harus tetap dibayar penuh.
“Masuknya 15 menit, tapi bayar sekolahnya full. Kita ga salahkan guru, guru itu juga sama seperti kita punya anak punya keluarga. Ga bisa pegang handphone terus menerus,”
“Kedua dia juga punya anak, dia juga ga suka seperti ini sistemnya. Kita ga pernah salahkan guru, guru itu cuma pekerja mengikuti sistem dari sekolahnya.
Yang ku permasalahkan sekarang sistem pemerintahan kita, dinas pendidikan kita,” lanjutnya.
• BREAKING NEWS - Dalam Sehari Bertambah 22 Kasus Corona di Aceh, Empat Orang Dokter
Lebih lanjut, Ratu menyampaikan alasannya tidak menyukai sistem daring ini lantaran membuat heboh para emak-emak saat sejumlah pesan grup sekolah masuk dalam jumlah banyak.
Selain itu, para emak-emak menurutnya juga merasa repot karena ada pekerjaan rumah lainnya yang harus dikerjakan.
Begitu juga tidak semua para ibu sanggup memenuhi kebutuhan paket internet untuk anak-anak mereka.
Bahkan ada yang tidak mampu membeli smartphone untuk kebutuhan belajar daring lantaran ekonomi yang pas-pasan.
Sebelumnya, video Ratu Entok yang mengomel karena pusing dengan sistem daring viral di media sosial.
Lewat video durasi 4 menit 40 detik yang juga diunggah melalui akun Facebooknya itu, Ratu tampak marah-marah.
Ia mengeluh dengan sistem pendidikan daring yang kini sedang dijalani oleh banyak sekolah selama pandemi.
Ratu lantas membandingkan sekolah yang masih dijalankan secara daring, sementara mall, tempat pemandian bahkan jalanan sudah ramai.
"Mal boleh di buka ramai-ramai pakai masker. Ya sudah sekolah juga gitu aja. Suruh pakai masker juga enggak masalah anak-anak ya kan," katanya kesal seperti dikutip dari Tribun Medan.
"Pusing daring-daring ini entah apa, mamaknya pun yang belajar stres. Uang sekolah harus full, buku harus di bayar semua,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ratu mengaku tak mengerti sistem politik atau memang sistem menteri pendidikan yang kurang paham.
"Tak adanya corona corona. Mal di buka mandi-mandi awak semalam itu meriah disana. Tumpuk-tumpukan lagi orang dari mana-mana. Enggak adanya awak mati, enggak ada corona," ujarnya.
"Anak sekolah orangnya itu-itu aja tapi enggak boleh masuk. Kalau misalnya apa pakai masker kan sehat-sehat ajanya ya kan. Daring yang ada darting, mamaknya belajar. Anak makin bodoh. Ini namanya pembodohan secara nyata, penjajahan secara enggak langsung," sambungnya.
Ratu menyebut kalau orang tua anak pekerjaannya hanya masak, nyambel di rumah enggak apa-apa.
Setelahnya tinggal buka handphone untuk mengajari anak.
Tapi, lanjut Ratu itupun kalau orang tuanya punya handphone.
Jika tidak ada bagaimana anak mereka bisa belajar. (Serambinews.com/Yeni Hardika)
Ini video yang pertama.