Opini

Debat Premium-Pertalite Kaum Pemalu  

Peninjauan BBM dengan nilai oktan (RON) rendah yang tak ramah lingkungan kembali disampaikan oleh Pertamina di Gedung DPR, Jakarta

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Debat Premium-Pertalite Kaum Pemalu   
IST
Prof. Dr. Ir. Izarul Machdar, M.Eng. Guru Besar Ilmu Lingkungan pada Fakultas Teknik Unsyiah

Kenderaan yang diproduksi di atas tahun 2000 dengan rasio kompresi 9-10 seperti Beat, Vario, Mio, Scoopy atau sejenisnya lebih dianjurkan menggunakan BBM RON 90 (Pertalite). Kenderaan bermotor roda 2 (NMAX, Satria F150 atau sejenisnya) dan semua kenderaan roda 4 yang umumnya memiliki rasio kompresi di atas 10 lebih baik menggunakan RON 92 ke atas (Pertamax atau Pertamax Turbo).

Avanza atau Xenia (rasio kompresi 11:1) yang dianggap "mobil sejuta umat" lebih baik memang "minum" Pertamax ke atas. Untuk rasio tersebut bahkan dianjurkan menggunakan RON 95 (Pertamax Plus) untuk menjaga performa mesin.

Melihat dari sisi lingkungan, kualitas emisi pembakaran Premium dan Pertalite jauh di bawah Pertamax, walau Pertalite lebih baik dari Premium. Hasil penelitian menunjukkan kualitas emisi CO dan hidrokarbon dari Pertalite lebih rendah dibandingkan Premium.

Konsentrasi CO yang tinggi berkorelasi dengan efisiensi pembakaran BBM di dalam mesin. Mesin yang dirancang untuk efisiensi tinggi tapi diisi dengan BBM yang berkualitas rendah akan menghasilkan performa yang rendah bahkan boros BBM.

Sejalan dengan isu pembatasan Premium bagi kenderaan mewah (rasio kompresi mesin tinggi) dan stiker yang menjadi debat pro-kontra masyarakat di Banda Aceh, kita bersama perlu melihat kembali esensi dasar dari "menjaga lingkungan" di mana untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa membahayakan kesanggupan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Beramai-ramai menggunakan varian Premium, maka kita ikut berkontribusi terhadap kerusakan alam yang akan digunakan oleh anak cucu. Selanjutnya, penomena pengggunaan BBM Premium bagi yang tak berhak melahirkan logika terbalik dan mematahkan teori "Environmental Kuznets Curve". Dikatakan "apabila Anda miskin, Anda akan memprioritaskan keuntungan materi, saat penghasilan Anda bertambah, Anda dapat memilih untuk membelanjakan sebagian untuk lingkungan yang lebih baik dan lebih aman".

Teori ini tidak berlaku di tempat kita yang katanya "syariah". Kita lebih banyak berdebat untuk kepentingan sesaat, dan tanpa malu kepada anak-cucu yang berada di samping kita sekarang bahkan yang belum ada, dalam kontribusi merusak alam mereka nantinya. Menikmati fasilitas mobil mewah memang hak azasi setiap orang, tapi mengambil yang bukan hak secara etika, bisa dibilang melanggar hak azasi.

Indatu kita tak salah berucap, "U bek beukah kuah beu leumak", bagaimana bisa nikmat tapi dengan murah. Itulah kita, kaum pemalu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved