Berita Aceh Tamiang
Volume Sampah di Aceh Tamiang 35 Ton Perhari, Butuh Alat Pencacah untuk Ubah Jadi Produk Ekonomis
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang kembali mewacanakan penanganan sampah untuk diolah menjadi produk bernilai ekonomis.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Saifullah
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Aceh Tamiang kembali mewacanakan penanganan sampah untuk diolah menjadi produk bernilai ekonomis.
Rencana daur ulang ini sebelumnya sudah diusulkan DLH Aceh Tamiang dengan mengajukan pembelian lima unit mesin pencacah sampah pada tahun 2020 ini.
Namun rencana pembelian lima unit mesin pencacah senilai total Rp 150 juta itu dibatalkan dampak refocusing anggaran untuk penanganan wabah Covid-19.
“Rencana ini sudah kami susun sejak setahun lalu. Kami sangat berharap pembelian mesin ini bisa direalisasikan pada tahun depan,” kata Kadis Lingkungan Hidup Aceh Tamiang, Sayed Mahdi kepada Serambinews.com, Kamis (10/9/2020).
Sayed menjelaskan, keberadaan mesin pencacah itu merupakan salah satu cara mengatasi sampah yang volumenya setiap tahun cenderung meningkat.
• Pengedar Sabu yang Ditangkap BNNK Langsa Ternyata Bekas Napi, Ini Kasus yang Membelitnya
• DKP Aceh Selatan belum Bisa Bantu Nelayan Kuala Ba’u yang Perahunya Hancur Dihantam Ombak karena Ini
• Ini Hasil Rapid Swab 8 Keluarga Pasien Positif Covid-19 asal Aceh Utara yang Meninggal di RSUZA
Untuk saat ini saja, sebut dia, setiap harinya volume sampah di Aceh Tamiang yang diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) mencapai 30-35 ton.
Oleh sebab itu, bebernya, keberadaan alat pencacah sangat dibutuhkan karena akan berdampak pada pengolahan sampah yang bisa didaur ulang menjadi barang bernilai jual tinggi.
Dia mencontohkan, jenis sampah organik bisa dijadikan bahan untuk pupuk, sementara anorganik bisa diolah menjadi beberapa varian produk turunan.
“Misalnya botol minuman plastik itu hanya tiga ribu per kilogram. Kalau sudah dicacah dengan mesin ini, harganya naik mejadi Rp 14 ribu/kg. Peningkatan ekonomisnya memang sangat tinggi,” lanjutnya.
Pada tahap awal, papar Sayed, pihak DLH mengaku sudah menjajaki kerja sama dengan lima kecamatan.
• Hari Ini Bertambah 106 Kasus Positif Covid-19 di Aceh, Meninggal Dua Orang
• Anak Gadisnya Dirudapaksa 2 Pria, Bapak Ini Menangis Ceritakan tak Ada Lembaga yang Mendampingi
• Heboh! Ada Penemuan Mayat Mengapung 2 Mil dari Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe
Pola kerja sama tersebut akan terus dilanjutkan hingga menyentuh seluruh kecamatan di Aceh Tamiang yang berjumlah 12 kecamatan.
“Selama ini, pola penanganan sampah kita masih sebatas sapu, angkat, angkut, dan buang. Ini harus kita ubah agar mendapat nilai manfaat dari sampah,” pungkasnya.(*)