Berita Aceh Barat Daya
Satu Keluarga Tempati Gubuk Pinggir Jalan, Delapan Mualaf Ikut Berteduh
Satu keluarga, suami bersama istri dan dua anak, penduduk Kecamatan Manggeng Aceh Barat Daya (Abdya) menempati gubuk pinggir jalan nasional
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: M Nur Pakar
Sehari-hari Arbulan melakoni pekerjaan sebagai tukang beca antar jemput siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Manggeng.
“Selama empat bulan terakhir atau selama penyebaran Virus Corona, tak ada lagi siswa yang harus saya antar jemput, karena sekolah libur,” kata Arbulan.

Gubuk kecil dengan kondisi sangat memprihatinkan itu, sekarang ini menjadi tempat menampung delapan mualaf, yaitu Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya
Fatimah, tidak lain adik bungsu dari Arbulan yang baru saja secaar resmi masuk agama Islam.
Fatimah bersama tujuh putrinya mengucapkan kalimat syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Abdya, Sabtu (12/9/2020) lalu.
Setelah mengucapkan kalamat syahadat sejak lebih satu pekan lalu, hingga sekarang Fatimah bersama tujuh putrinya masih menumpang di gubuk yang ditempati abangnya Arbulan Telaum Banua.
Sedangkan bubuk di tepi jalan itu hanya punya satu kamar kecil yang digunakan sebagai ruangan tidur keluarga Arbulan.
Dinding ruang tidur seadanya saja dari triplek dan terpal plastik. Sedang pintu masuk dan keluar hanya ditutup dengan kain.
Meskipun hidup dalam kondisi serba kekurangan, Arbulan berhati mulia. Ia bersedia menampung adiknya, Fatimah bersama tujuh putrinya yang baru saja menjadi muallaf dengan senang hati.
Karenanya sangat diharapkan perhatian pemerintah dan uluran tangan dermawan lainnya membantu rumah tempat tinggal sang adik besama tujuh putrinya yang baru saja menjadi muallaf.
Selain itu tujuh putri dari sang adik yang tidak sekolah juga perlu dipikirkan.
Sebelumnya, Fatimah dan keluarga tinggal dengan membuka kebun di areal hutan Mursa kawasan Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.
Hutan Morsa merupakan lokasi sangat terpencil.
“Jaraknya satu hari naik mobil dari Padang Sidempuan, dan setelah tiba di penghabisan ujung jalan Desa Gunung Beringin, harus jalan kaki selama 4 jam baru mencapai hutan Morsa tempat tinggal Fatimah,” kata Arbulan Telaum Banua.
Tinggal di lokasi terpencil seperti itu sehingga anak-anak Fatimah tidak bersekolah.