Berita Kesehatan
Pakar Psikologi Ini Ungkap Kunci Kesembuhan Pasien Covid-19, Ternyata Simpel dan Mudah Dilakukan
“Jadi lebih baik fokus pada sesuatu yang bisa diubah atau mengatur ulang daripada memikirkan pernyataan negatif yang menambah beban,” paparnya.
SERAMBINEWS.COM - Divonis terpapar Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), memang bukan akhir dari dunia. Sebab, serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Cina pada akhir 2019 hingga menjadi pandemi dunia saat ini, tidak tergolong mematikan.
Namun demikian, terdiagnosis positif Covid-19 juga tidaklah mudah, meski bukan berarti diagnosis tersebut dianggap aib yang harus dirahasiakan.
Berpijak dari hal ini, Psikolog Anak dan Keluarga, Dra Mira Amir menegaskan, pasien Covid-19 perlu menanamkan pemahaman untuk tidak ragu bicara terbuka dan menerima dengan lapang dada setelah dinyatakan terpapar Covid-19.
Sikap tersebut, menurut Mira, dapat mempercepat kesembuhan. "Kalau kita menutupi berarti sedih sendiri. Sebaliknya kalau kita jujur dan senang, itu (sudah) setengah menuju kesembuhan," ujarnya dalam talkshow "Menghapus Stigma Pasien Covid-19" di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Jumat (9/10/2020) siang.
Mira juga menyinggung soal stigma dari masyarakat terhadap pasien Covid-19. Stigma itu, lanjut Mira, di luar kontrol.
“Jadi lebih baik fokus pada sesuatu yang bisa diubah atau mengatur ulang daripada memikirkan pernyataan negatif yang menambah beban,” paparnya.
• Anda Merasa Alami Gelaja Mirip Covid-19, Jangan Langsung Tes Swab Tapi Lakukan Hal Ini Dulu
• Tips Membuat Soto Ayam Berkuah Gurih dan Resep Soto Ayam Gurih, Sangat Mudah
• SD/MI di Nagan Raya Perdana Belajar Tatap Muka
"Jadi bukan memikirkan ini dan itu karena kita nggak bisa ubah kondisi tersebut. Tapi kita bisa atur bagaimana bisa membuat kondisi nyaman dan bahagia untuk diri sendiri," ulas Mira.
Misalnya seperti pengalaman penyintas Covid-19, Albert Ade. Dirinya sempat tidak dapat menerima kenyataan saat dinyatakan positif Covid-19.
Apalagi saat itu ia mengalami gejala yang lebih mirip demam berdarah. "Pikiran langsung kosong dan hanya teringat keluarga saat dinyatakan (positif) Covid-19," ungkap Ade.
Ade menceritakan, dirinya langsung menghubungi keluarga dan lingkungan tempat tinggal soal status barunya itu.
Sayangnya, stigma yang berkembang di tengah masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya menolak dirinya.
Pria yang berprofesi sebagai jurnalis televisi tersebut mengganggap hal itu wajar. "Ada juga warga yang ketakutan, ya, wajar saja," kata Ade.
• Incar Pelatih Anyar, Dua Klub Manchester Berebut Mauricio Pochettino
• Pelatih Timnas: Saya Belum Pernah TC di Luar Negeri Selama 2 Bulan seperti Timnas Indonesia
• Pemain Timnas Indonesia Dilarang Aktif di Media Sosial, Ini Alasannya
Ia mengaku wajar kalau panik ketika kita tahu, tapi harus berpikir langkah apa yang akan dilakukan.
Sama dengan Ade, penyintas Covid-19 lainnya, Putri Octaviani mengaku sempat panik saat mengetahui dirinya positif terinfeksi.
Namun, dirinya berpikir langkah apa yang perlu dilakukan ke depannya. Meski bukan pasien positif pertama di lingkungan rumah, kata dia, masyarakat sekitar belum sepenuhnya paham tentang Covid-19.
"Sebelumnya sudah ada yang kena sebelum saya dan lingkungan rumah masih ada yang belum paham dengan penyakit ini," ujar Putri.
Selain tidak merahasiakan dan menemukan penanganan yang tepat, penerapan protokol kesehatan yang disiplin juga perlu dilakukan.
• Israel Menentang Keras Penjualan F-35 AS ke Qatar, Yahudi Beri Alasan
• Ashley Young dan Alexis Sanchez Pindah ke Inter Milan karena Lukaku, Begini Ceritanya
• Wow! Lewis Hamilton Sejajarkan Diri dengan Michael Schumacher Usai Samai Rekor F1 Ini
Protokol ‘3M’ perlu diterapkan yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Hal ini wajib dilakukan untuk menekan angka penularan Covid-19.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakar Psikologi: Jujur dan Bahagia Jadi Kunci Kesembuhan Pasien Covid-19"