Berita Langsa

Begini Kondisi Rumah Anak Korban Pembunuhan Residivis, Bercak Darah Berceceran, Rg Sempat Diseret

Iskandar Usman Al-Farlaky mengisahkan, untuk menuju ke rumah korban, jarak tempuh dari jalan aspal ke lokasi rumah korban berada sekitar 100 meter.

Penulis: Zubir | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Anggota DPRA, Iskandar Al-Farlaky bersama Keluarga, dan perangkat gampong, serta masyarakat, Senin (12/10/2020), berdoa di makam Rg, bocah korban pembunuhan residivis saat hendak memperkosa ibunya. 

Laporan Zubir | Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Anggota DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky pada Senin (12/08/2020) siang, membesuk korban pemerkosaan oleh residivis, Rn (28), warga Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur yang masih di rawat di salah satu rumah sakit (RS) di Kota Langsa.

Sebelumnya, Iskandar dan rombongan yang didampingi anggota KPA Sagoe Aramiah dan tokoh setempat juga menziarahi makam anak korban, Rg (9) serta melihat langsung kondisi rumah almarhum yang menjadi lokasi kejadian memilukan tersebut.

Bocah kelas 2 SD ini dibunuh secara keji oleh tersangka Samsul Bahri, seorang residivis kasus pembunuhan, saat membantu ibunya yang hendak diperkosa pelaku.

Saat berada di rumah korban, Iskandar Al-Farlaky disambut pakcik dari ayah tiri almarhum Rg, dan keuchik setempat, Hadi Syahputra. Saat itu, Iskandar memberikan bantuan kepada keluarga korban.

Selanjutnya, Iskandar dan rombongan menuju TPU di mana almarhum Rg dimakamkan, sekaligus mengirimkan doa buat syuhada kecil ini yang meninggal dunia saat membela ibunya dari aksi biadab pelaku.

Baca juga: Ibu Muda Korban Pemerkosaan di Aceh Timur Ungkap Cara Tersangka Bunuh Anaknya ke Polres Langsa

Baca juga: Residivis Pemerkosa Ibu Muda dan Bunuh Anak 9 Tahun Terancam Hukuman Mati, Motif Pelaku Bikin Ngeri

Baca juga: Memilukan! Ayah Dampingi Ibu di RS, Pemakaman Anak Korban Pembunuhan Residivis tak Dihadiri Orangtua

Anggota DPRA ini juga menuju di RS Kota Langsa untuk melihat kondisi kesehatan terakhir ibu almarhum Rg berinisial Rn, yang kini masih dalam perawatan.

Ibu almarhum menjadi korban kebiadaban tersangka Samsul Bahri yang menerobos rumahnya pada Sabtu 910/10/2020) dini hari WIB, hingga berujung pemerkosaan dan pembunuhan.

Pelaku sendiri merupakan residivis kasus pembunuhan yang baru beberapa bulan bebas dari LP Tanjung Gusta Medan, Sumatera Utara karena mendapat asimilasi Covid-19.

Iskandar Usman Al-Farlaky mengisahkan, untuk menuju ke rumah korban, jarak tempuh dari jalan aspal ke lokasi rumah korban berada sekitar 100 meter.

Untuk menjangkau lokasi rumah korban ini, harus melewati jembatan gantung sepanjang 20 meter dan lebar setengah meter yang membentang di atas sungai.

Baca juga: Tekan Angka Kemiskinan, Pemerintah Aceh Mulai Kembangkan Nilam, Segini Harganya

Baca juga: Puluhan Penembak LHC Berburu Hama Tupai di Pedalaman Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara

Baca juga: Per 12 Oktober, Total Pasien Positif Covid di Aceh Capai 5.842 Orang, Ini Data yang Meninggal

Rumah korban, sebut anggota DPRA ini, sangat miris hanya berukuran 3x4 meter dan berkonstruksi kayu yang mulai lapuk.

Kamar dan dapur masak menyatu, serta rumah tersebut berada di tengah hutan kecil, dengan di sisi kanannya terdapat areal kebun sawit.

Saat ke lokasi, Iskandar menemukan kondisi rumah sangat memprihatinkan, sehingga sangat mudah bagi pelaku masuk ke dalam rumah.

"Pintu rumah tidak ada pengaman hanya memakai tali, sehingga pelaku malam itu mudah sekali menyusup ke dalam rumah korban," ujarnya.

Dia menambahkan, kondisi rumah juga masih terlihat berantakan dan masih tampak bercak darah anak korban yang dibacok pelaku.

Baca juga: VIDEO Mobil Hardtop Tertimpa Pohon Mangga Akibat Angin Kencang Melanda Aceh Besar

Baca juga: Kisah Sedih - Bocah Peluk Erat Mayat Ibu, Ternyata Sudah 2 Tahun Diabaikan Ayahnya

Baca juga: Waspadai Bencana Hidrometeorologi sebagai Dampak Peralihan Musim di Aceh

Sebab, saat pelaku merudapaksa ibunya, almarhum Rg dan ibunya tidur bersama di ranjang kayu yang hanya setinggi 20 cm dari atas lantai tanah.

Gambaran dalam rumah itu, jelas Al Farlaky, memperlihatkan begitu dramatis kejadian tengah malam tersebut, di mana kedua korban dibuat tak berdaya.

"Bercak darah masih terlihat di bantal, di pintu juga masih ada. Keterangan warga, korban sempat diseret," terangnya.

Menurut ibu korban, pelaku menghabisi almarhum saat di dalam rumah. Saat itu, almarhum Rg hendak membantu ibunya dari cengkraman pelaku.

Tapi pelaku dengan keji langsung menyabetkan parang ke arah tangan Rg, lalu dikejarnya lagi dan memarangnya lagi di bagian rahang dan bagian tubuh lainnya.

Baca juga: Kena Serangan Jantung, Ini Langkah Awal Tangani Penyakit Jantung di Rumah

Baca juga: Tragis! Pria Penggal dan Tenteng Kepala Istri ke Kantor Polisi, Gegara Berselingkuh dengan Tetangga

Baca juga: Hari Ini, 283 Pasien Covid-19 di Aceh Sembuh Lagi, Kasus Konfirmasi Baru 77 Orang

Dalam kasus ini, Iskandar Farlaky menilai, harus cepat hadirnya peran pemerintah untuk memberikan pendampingan terhadap korban.

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Aceh dan Pemkab Aceh Timur, pintanya, harus segera memberikan pendampingan serta mengirimkan konsuler kepada korban yang mengalami trauma berat akibat kejadian ini.

"Kita sudah melihat kondisi ibu korban yang masih di rawat di RS di Langsa ditemani suaminya. Kondisi fisik beliau memang sudah terlihat membaik, luka ditangannya mulai mengering,” ungkapnya.

“Namun korban tampak sangat trauma, maka harus ada pendampingan pihak terkait pemerintah terhadap ibu ini," sebut Iskandar.

Menurut anggota DPRA, ini merupakan peristiwa ketiga di Aceh dengan korbannya anak-anak, dalam kurun waktu 2 bulan terakhir pada tahun 2020.

Baca juga: Buruh & Mahasiswa Kecewa Dewan Lebih Pentingkan Reses, Dituding tidak Pro Rakyat, Begini Respon DPRK

Baca juga: Ketua SBSI Aceh Tamiang Sorot Sikap Pengusaha Saat Bersengketa dengan Buruh, Terkesan Anggap Sepele

Baca juga: Zikirullah Alfarisi Pimpin GP Ansor Banda Aceh Gantikan Azwar A Gani

Dua kasus sebelumnya adalah kejadian pelecehan anak di bawah umur di Banda Aceh dan perbuatan asusila tiga pasangan anak di bawah umur di Sigli, Pidie.

"Ini krisis dekadensi moral, sehingga pemerintah harus hadir secepat mungkin supaya tidak ada lagi kasus seperti ini ke depan. Kita meminta BPPA dan Komnas Perempuan dan Anak turun ke Aceh Timur menyikapi kejadian ini," timpalnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved