Luar Negeri

Liput Demo, Pers Thailand Berada di Bawah Ancaman Pemerintah, Media: Kami Akan Tetap Memberitakan

Perintah itu meminta Komisi Penyiaran dan Telekomunikasi Nasional dan Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital untuk menutup empat saluran berita.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Jack TAYLOR / AFP
Seorang pengunjuk rasa pro-demokrasi menggunakan kerucut lalu lintas sebagai pengeras suara selama unjuk rasa anti-pemerintah di Monumen Kemenangan di Bangkok pada 18 Oktober 2020, saat mereka melanjutkan demonstrasi pada hari keempat secara berturut-turut untuk menentang keputusan darurat yang melarang pertemuan. 

Perintah itu meminta Komisi Penyiaran dan Telekomunikasi Nasional dan Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital untuk menutup empat saluran berita.

SERAMBINEWS.COM - Pemerintah Thailand pada Senin menyampaikan akan memblokir empat media dan laman Facebook yang dituding menyebarkan disinformasi dalam memberitakan aksi demonstrasi anti-pemerintahan PM Prayut Chan-o-cha.

Kepala polisi nasional, Suwat Jangyodsuk telah menandatangani perintah di bawah keputusan darurat nasional Thailand.

Di mana perintah itu meminta Komisi Penyiaran dan Telekomunikasi Nasional dan Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital untuk menutup empat saluran berita.

Situs-situs tersebut antara lain Voice TV, situs web Prachathai.com, The Reporters dan The Standard.

Otoritas Thailand juga hendak menutup halaman Facebook kelompok pro-demokrasi Free Youth.

The Reporters merupakan media berbasis Facebook.

Baca juga: Demo Besar-besaran di Thailand Terus Belanjut  

Baca juga: Profil Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, Menolak Mundur Usai Didemo

Baca juga: FOTO - Hingga Hari Ini, Demonstrasi Anti-Pemerintah di Thailand Masih Berlanjut

Sedangkan The Standar adalah media berbasis web, namun memiliki halaman Facebook.

Voice TV juga memiliki halaman Facebook.

Melansir dari Anadolu Agency, Senin (19/10/2020), Polisi Jenderal Suwat mengklaim empat kantor berita dan halaman Facebook itu telah menerbitkan muatan yang berbahaya bagi keamanan nasional.

Menanggapi hal itu, media Thailand pada Senin (19/10/2020) membantah telah melaporkan distorsi terkait demonstasi anti pemerintah.

Mereka akan tetap terjun dan memberitakan aksi meskipun ada larangan keras dari pemerintah.

Chonticha
Chonticha "Kate" Jangrew (kanan) berbicara dengan pengunjuk rasa pro-demokrasi selama unjuk rasa anti-pemerintah di Victory Monument di Bangkok pada 18 Oktober 2020, saat mereka melanjutkan demonstrasi pada hari keempat secara berturut-turut untuk menentang keputusan darurat yang melarang pertemuan. (Lillian SUWANRUMPHA / AFP)

Direktur Voice TV, Makin Petplai menyampaikan medianya telah menyampaikan pemberitaan sesuai dengan etika pers yang berlaku dalam meliput demonstrasi besar-besaran itu.

“Kami menjalankan tugas sesuai prinsip jurnalistik tanpa menyesatkan informasi, menimbulkan kesalahpahaman, atau menyabotase keamanan nasional atau ketertiban dan ketertiban publik,” katanya.

Sementara itu, editor The Standard, Nakarin Wanakijpaibul menegaskan sebagai anggota pers, medianya tidak akan berhenti meliput karena kegiatan tersebut merupakan hak asasi manusia.

Baca juga: Thailand Diguncang Demo Besar-besaran, Jerman Peringatkan Raja Maha Vajiralongkorn Soal Ini

Baca juga: Inilah Panusaya, Mahasiswi Pemberani yang Pimpin Aksi Menentang Monarki Thailand: Kini Ditahan

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved