Jurnalisme Warga
Membangun Generasi Cinta Ilmu
Saya awali tulisan ini dengan seuntai kalimat penuh hikmah dari Imam Syafii. Sebuah pesan yang melecutkan semangat dan motivasi bagi para penuntut

OLEH NELLIANI, M.Pd., Guru SMA 3 Seulimeuem, Aceh Besar, melaporkan dari Darussalam, Aceh Besar
“Barang siapa tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menanggung perihnya kebodohan.”
Saya awali tulisan ini dengan seuntai kalimat penuh hikmah dari Imam Syafii. Sebuah pesan yang melecutkan semangat dan motivasi bagi para penuntut ilmu. Sebuah nasihat dari seorang ulama besar yang telah diakui keluasan dan ketinggian ilmunya oleh seluruh ulama lintas zaman.
Menapaki jalan menuntut ilmu tidaklah selamanya mudah. Kemuliaan ilmu hanya dapat digapai dengan perjuangan, keikhlasan, dan pengorbanan. Ada kalanya hati jenuh karena terus-menerus berkutat dengan buku-buku. Terkadang pikiran lelah oleh beratnya kajiankajian ilmu.
Rasa bosan dan perasaan ingin menyerah juga kerap mengusik jiwa seorang pembelajar. Jika saja diri tidak bersabar atas segala ikhtiar, bukan tidak mungkin kita terpaksa memilih posisi terhina dalam gelapnya kebodohan.
Nasihat Imam Syafii tersebutmengirimkan pesan akan pentingnya menuntut ilmu. Ilmu merupakan penunjuk arah yang akan membawa pemiliknya selamat sampai tujuan. Kebahagiaan dunia akhirat dapat dicapai hanya dengan ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia, maka wajib baginya memiliki ilmu, barang siapa menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu dan barang siapa menghendaki keduanya, maka wajib baginya memiliki ilmu.”
Generasi sekarang
Namun, semangat dan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan pada sebagian generasi sekarang semakin memudar. Kemajuan zaman dengan berbagai kemudahan teknologi informasi sudah tidak lagi mampu menjadi stimulus untuk lebih gigih dalam belajar.
Mirisnya lagi, kecanggihan teknologi sebagai salah satu sumber kemalasan para siswa masa kini. Faktanya, tidak sedikit dari pelajar lebih memilih menghabiskan waktu dengan hal yang tidak bermanfaat dari pada menekuni buku-buku maupun tugas-tugas akademiknya.
Keberadaan smartphoneserta kemudahan layanan internet menjadi problema tersendiri bagi generasi zaman now. Sebagian besar aktivitas mereka berada di ruang-ruang digital yang orientasinya sangat jauh dari proses memperkaya khazanah keilmuan.
Di mana-mana kita menyaksikanmereka cenderung berkutat dan sibuk mengoperasikan ponselnya. Tetapi yang mereka akses adalah media sosial, game online serta konten-konten yang jauh dari kesan mendidik dan tidak mencerdaskan.
Kecenderungan berlebihan terhadap media sosial dikhawatirkan dapat menggeser fungsi utama media digital sebagai salah satu sarana pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri, dewasa ini media sosial bagi generasi milenial sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup.
Demi berharap pengakuan dari orang lain, mereka berusaha tampil bukan sebagaimana dirinya sendiri. Maka tidak mengherankan bila perilaku sebagian generasi zaman ini lebih sibuk memikirkan gaya hidup dari pada berlelah-lelah menyelami khasanah ilmu dalam sunyinya sudut-sudut pustaka.
Pemuda pilihan Generasi muda adalah tonggak sebuah peradaban. Maju mundurnya suatu bangsa sangat bergantung padaperanan dan kualitas generasi mudanya. Jika kita buka lembaran-lembaran sejarah, kita akan temukan beragam kisah teladan generasi emas zaman dulu dalam kegigihannya menuntut ilmu.
Berkat perjuangan para pemudanya,Islam berhasil membangun peradaban dan berada di puncak kegemilangan dengan menguasai dua pertiga dunia pada abad ke-10, 11 dan 12 Masehi. Mereka merupakan pemuda-pemuda pilihan yang menjadi panutan nyata bagi generasi sekarang yang telahkehilangan identitas diri dan tokoh inspiratif.