Luar Negeri
Kisah Relawan Muslim Myanmar: Jika Tanpa Kami, Mereka yang Meninggal Karena Covid Akan Dikremasi
Sosok sukarelawan muslim Myanmar, Sithu Aung satu diantara relawan lainnya yang bertugas menguburkan jenazah korban virus corona.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Zaenal
Sehingga Sithu Aung dan tim yang terdiri dari 15 orang telah membangun gubuk di dalam kompleks pemakaman.
Dibalut dengan APD level tiga, sarung tangan, kacamata dan pelindung wajah, mereka bekerja bergilir sepanjang waktu.
Baca juga: Para Ilmuwan Identifikasi Ternyata Corona Sudah Menyebar Jauh Lebih Lama Sebelum Jadi Pandemi Global
Baca juga: Vaksin Corona Produksi Rusia Mulai Divaksinasi di Negara Itu, Ini Sasarannya, Ribuan Orang Mendaftar
Melewati jalan setapak mereka mengangkat jenazah, membawa ambulans melalui jalan-jalan yang macet di Yangon.
Selama berbulan-bulan, Myanmar relatif tidak terserang pandemi, mencatat kurang dari 400 kasus di seluruh negeri pada pertengahan Agustus 2020.
Tapi itu semua berubah ketika jumlah kasus mulai melonjak di negara dengan salah satu sistem perawatan kesehatan terlemah di dunia itu.
Sekarang ada lebih dari 100.000 kasus infeksi, dengan lebih dari 2.000 kematian.
Yangon menjadi pusat penyebaran virus corona di negara itu.
Sithu Aung dan timnya sekarang mengumpulkan tiga atau empat mayat setiap hari.
Mereka bekerja secara bergiliran.
Dua minggu bekerja kemudian isolasi diri selama seminggu.
Selama isolasi mandiri, memungkinkan Sithu Aung bisa menghabiskan beberapa hari bersama istri dan putranya yang berusia satu tahun sebelum dia kembali ke pekerjaannya yang mengerikan.
Ketika kota itu pertama kali dilockdown pada bulan April 2020, dia memilih untuk tidak memberi tahu keluarganya tentang rencananya untuk menjadi sukarelawan.
Baca juga: Margaret Keenan, Lansia 90 Tahun Menjadi Orang Pertama yang Disuntik Vaksin Corona di Dunia
Baca juga: Hari Ini, Warga Inggris Dijadwalkan Akan Disuntik Vaksin Corona Pfizer-BioNTech
"Jika saya memberi tahu mereka, ibu dan istri saya tidak akan mengizinkan saya melakukannya," ujarnya.
Seraya menambahkan, istri dan keluarganya terkadang mengunjunginya ke pemakaman, meski mereka menjaga jarak.
Sithu Aung membantu menguburkan korban pertama virus corona di Myanmar, seorang pria Muslim berusia 69 tahun.