Kisah Tiga Pria Bersaudara Jadi Transpuan di NTT, Sang Ibu: Mereka Anak Kandung Saya
Melalui organisasi Fajar Sikka, mereka yang memiliki kenangan getir menjadi transpuan, saling menguatkan, berbaur bersama masyarakat untuk berkegiatan
"Bapak marah, jangan ikat tenun, nanti babi hutan gigit. Makanya si Linda ini pergi. Tapi mama tidak marah," kata Florensia.
Bukan hanya itu, bapak juga marah dengan Linda, karena membantu memasak di rumah.
"Bapak marah ini, sampai pukul. Sebab kamu ini laki, kenapa seperti perempuan. Si Linda ini bilang, bapak jangan marah. Kami masak ini kan untuk bapak," kenang Florensia.
Tapi, sejak bapak meninggal sembilan tahun lalu, segala urusan adat istiadat keluarga kini diwakili oleh Linda.
Mulai dari urusan tanah, pernikahan hingga rapat pengambilan keputusan.

"Hanya yang Linda, bisa omong soal urusan rumah adat. Sementara mereka yang dua (anak laki-laki) itu, belum bisa untuk urusan adat di rumah," kata Florensia.
Florensia juga bercerita, suaminya kerap membedakan perlakuan dua anak laki-laki lainnya dari tiga anak yang menjadi transpuan.
"Mereka tiga orang ini sudah jadi perempuan. Kamu dua orang ini harus isap rokok, minum arak," kata menirukan ucapan mendiang suaminya saat masih hidup.
Tapi bagaimana pun, Florensia mengatakan, "Mama sayang, karena mereka anak kandung saya."
Anak kesayangan itu, Linda, saat ini bekerja sebagai penjaga kos-kosan di Kota Maumere.
Kenangan pahit masa kecil diperlakukan berbeda dari dua adik laki-laki yang kini sudah menikah, masih membekas dalam ingatannya.
"Jadi waktu itu, adik (laki-laki) saya dua orang tak pernah temanan (dengan) kita. Selalu dengan bapak, makan dengan bapak, isap rokok dengan bapak. Sedangkan kami tiga orang itu selalu dengan mama," kata Linda.
Selain itu, Linda juga dididik dengan keras untuk menjadi laki-laki.
"Kadang saya dipukul, saya disiksa, kadang dikasih telanjang, kadang dikasih botak rambut, tapi saya terima saja, saya tetap lawan sama orangtua saya. Kalau mereka enggak mau, ya saya lawan, saya lari sembunyi," kata Linda dengan suara bergetar.
Sikap bapaknya sempat melunak, saat Linda mulai bekerja sebagai penjaga toko, dan membantu kehidupan keluarga.