Syekh Ali Jabier Meninggal

Cerita Murdani Tentang Sosok Syekh Ali Jaber, Sempat Mengira Berceramah dengan Bahasa Arab 

Ulama kelahiran Madinah, Arab Saudi yang sudah berkewarganegaraan Indonesia tersebut meninggal di Rumah Sakit Yarsi Jakarta

Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Nur Nihayati
Dok Pribadi
Murdani berfoto dengan Syekh Ali Jaber 

Ulama kelahiran Madinah, Arab Saudi yang sudah berkewarganegaraan Indonesia tersebut meninggal di Rumah Sakit Yarsi Jakarta

Laporan Masrizal | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kabar meninggalnya ulama besar sekaligus pendakwah kondang, Syekh Ali Jaber mengejutkan masyarakat Indonesia. 

Betapa tidak, kabar itu datang ketika Indonesia sedang dilanda musibah jatuh pesawat Sriwijaya Air SJ-182 ke laut pada Sabtu, 9 Januari 2021.

Ulama kelahiran Madinah, Arab Saudi yang sudah berkewarganegaraan Indonesia tersebut meninggal di Rumah Sakit Yarsi Jakarta pada Kamis (14/1/2021) pukul 09.00 WIB.

Ia sempat dirawat beberapa hari setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Namun kesehatannya mulai membaik dalam beberapa hari belakangan ini dan bahkan sudah negatif Covid-19.

Baca juga: Saluran Irigasi tak Terawat, Suplai Air ke Sawah Kurang, Camat ke Lokasi Hingga PUPR Kerahkan Beko 

Baca juga: Opsetan dan Satwa Liar Dilindungi yang Digerebek Polisi, Ternyata dari Rumah Bandar Sabu

Baca juga: Sepasang Terpidana Zina di Aceh Utara Dicambuk 100 Kali 

Murdani Amiruddin, salah satu warga Aceh menceritakan kepada Serambinews.com tentang pengalamannya saat pertama kali bertemu dengan Syekh Ali Jaber di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

"Sangat terkesan berjumpa dengan beliau. Awalnya ketika mengetahui nama Syekh Ali Jaber penceramah di Masjid Raya Baiturrahman, saya mengira ceramahnya dengan bahasa arab, karena beliau kan dari Arab Saudi. Ternyata beliau sudah sangat lancar berbahasa Indonesia," katanya mengenang.

Menurut Murdani, almarhum Syekh Ali Jaber sering berceramah di Banda Aceh, terutama di Masjid Raya Baiturrahman.

Bahkan pernah menjadi khatib dan imam shalat Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah/tahun 2015.

"Selain itu beliau juga jadi penceramah pada peringatan hari besar Islam lainnya. Dan ketika mengetahui beliau hadir di Banda Aceh, saya selalu menyempatkan diri untuk hadir di tempat beliau berceramah," ujar dia.

Pria yang sehari-harinya bertugas di Baitul Mal Aceh ini menyampaikan hal menarik lain yang dialaminya dari ceramah Syekh Ali Jaber.

"Dalam setiap ceramahnya selalu berdasarkan Quran dan hadis serta up to date.

Ceramah beliau pun nyaman dan enak di dengar, berisikan  ajakan berbuat baik, saling menolong dan saling menghargai," tambahnya.

Memang setiap selesai Syekh Ali Jaber mengisi ceramahnya, jamaah selalu meminta foto bersama. Momentum itu juga dimanfaatkan oleh Murdani.

"Beliau melayaninya dengan sangat sabar. Melihat peluang ada langsung saya menghampiri beliau. “Syekh, mau foto,” kata saya. Beliau jawab sambil tersenyum “iya boleh”.

Saya berdiri di samping dan usai berfoto ikut bersalaman juga," cerita dia.
"Terasa nyaman sekali ketika berada di samping beliau.

Dan jika ada anak kecil yang ikut minta foto, beliau mencium kepalanya," kisah Murdani mengenang saat terakhir dengan Syekh Ali Jaber.

Ketika mendengar Syekh Ali Jaber, Murdani mengaku merasa sedih, seperti yang dirasakan masyarakat Indonesia lainnya.

"Kini beliau sudah mendahului kita. Tentunya ini juga menjadi pelajaran bagi kita yang masih hidup, bahwa kematian itu mutlak ada.

Hanya tinggal menunggu waktu saja. Sebagai orang yang beriman kiranya perlu juga persiapan untuk menuju ke akhirat," ujarnya.

"Untuk Syekh Ali Jaber semoga husnul Khatimah dan Allah tempatkan di JannahNya bersama orang-rang yang beriman lain. Amin," demikian doa Murdani.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved