Luar Negeri
Peneliti Ungkap Keterlibatan Prancis dalam Genosida di Rwanda, Renggut Nyawa 800 Ribu Orang
Graner mengatakan bahwa "tentara Prancis dan tentara bayaran" yang berada di Rwanda pada tahun 1994 mungkin telah berpartisipasi dalam serangan itu.
Bermula dari Penembakan Presiden
Dikutip dari Wikipedia.org, peristiwa genosida Rwanda adalah sebuah pembantaian 800.000 suku Tutsi dan Hutu moderat oleh sekelompok ekstremis Hutu yang dikenal sebagai Interahamwe.
Aksi pembantaian ini terjadi dalam periode 100 hari pada tahun 1994.
Kala itu, Rwanda adalah sebuah negeri berpenduduk 7,4 juta jiwa dan merupakan negara terpadat di Afrika Tengah.
Peristiwa ini bermula pada tanggal 6 April 1994, ketika Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana menjadi korban penembakan saat berada di dalam pesawat terbang.
Beberapa sumber menyebutkan Juvenal Habyarimana tengah berada di dalam sebuah helikopter pemberian pemerintah Prancis.
Saat itu, Habyarimana yang berasal dari etnis Hutu berada dalam satu heli dengan presiden Burundi, Cyprien Ntarymira.
Mereka baru saja menghadiri pertemuan di Tanzania untuk membahas masalah Burundi.
Sebagian sumber menyebutkan pesawat yang digunakan bukanlah helikopter melainkan pesawat jenis jet kecil Dassault Falcon.
Disinyalir, peristiwa penembakan keji itu dilakukan sebagai protes terhadap rencana Presiden Habyarimana untuk masa depan Rwanda.
Habyarimana berencana melakukan persatuan etnis di Rwanda dan pembagian kekuasaan kepada etnis-etnis itu.
Rencana itu telah disusun setahun sebelumnya, seperti tertuang dalam Piagam Arusha (Arusha Accord) pada tahun 1993.
Untuk diketahui, Habyarimana menjadi presiden Rwanda sejak tahun 1993.
Sebelumnya ia menempati posisi sebagai Menteri Pertahanan Rwanda.
Pada tahun 1990-an Habyarimana merintis suatu pemerintahan yang melibatkan tiga etnis di Rwanda yakni Hutu (85%), Tutsi (14%) dan Twa (1%).