Joe Biden Stop Dukungan ke Arab Saudi yang Perangi Houthi, Statusnya Sebagai Teroris Akan Ditinjau

Keberadaan presiden baru seperti Joe Biden dianggap akan membuat situasi negeri paman Sam lebih stabil dan juga akan berdampak baik untuk dunia

Editor: Amirullah
AP/Carolyn Kaster
Joe Biden dan Pemerintahan AS yang baru disebut akan meluncurkan sejumlah perubahan kebijakan yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump, selama 10 hari pertama menjabat.(AP/Carolyn Kaster) 

SERAMBINEWS.COM - Pelantikan Presiden baru Amerika Serikat (AS), sepertinya memicu gelombang optimisme.

Keberadaan presiden baru seperti Joe Biden dianggap akan membuat situasi negeri paman Sam lebih stabil dan juga akan berdampak baik untuk dunia internasional.

AS dipandang akan menjadi negara yang berjalan lebih baik, setidaknya dibanding era kepemimpinan Donald Trump.

Terbukti dengan melonjaknya indeks di bursa saham Amerika Serikat, Wall Street.

Salah satu kebijakan Joe Biden adalah mencabut "muslim travel ban" atau larangan bagi warga dari negara-negara muslim yang mayoritas berasal dari Timur Tengah.

Tak hanya itu, kebijakan eksekutif lain dari Biden yakni akan mengakomodir banyak imigran di negara tersebut untuk bisa memperoleh kewarganegaraan Amerika Serikat.

Baca juga: Haji Umas Fasilitasi Pengobatan Santriwati Penderita Kanker yang Viral di Medsos

Baca juga: Live Streaming TVRI Thailand Open 2021 Babak 16: Menanti Kejuatan Leo/Daniel vs Unggulan Malaysia

Namun, di era Biden akan ada babak baru terkait kebijakan Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah.

Pemerintahan Presiden AS terpilih Joe Biden akan segera menyetop dukungan terhadap negara Arab Saudi yang selama ini menyerang milisi Houthi di Yaman.

AS juga akan meninjau kembali penetapan gerakan Houthi sebagai kelompok teroris.

Menurut pemberitaan AFP, potret kebijakan luar negeri tersebut diutarakan oleh Antony Blinken yang disebut sebagai calon Menteri Luar Negeri AS yang ditunjuk Biden.

Blinken mengatakan, dia akan segera meninjau penetapan yang diinisiasi oleh pemerintahan Donald Trump tersebut karena adanya kehawatiran bakal memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman.

Baca juga: Jokowi Pilih Listyo Sigit Jadi Kapolri Pengganti Idham Azis, Moeldoko Ungkap Alasannya

()Tentara milisi Houthi bersorak dan meneriakkan slogan saat berkumpul di ibu kota Sanaa. (AFP)

Dia menyebut, rencana yang diinisiasi Trump tersebut justru semakin mempersulit upaya pembicaraan damai dengan Houthi, kelompok pemberontok di Yaman.

Blinken mengatakan AS tetap berpikiran jernih tentang Houthi.

Pemerintahan Trump mengumumkan langkah tersebut pada 11 Januari, sembilan hari sebelum Biden mengambil alih Gedung Putih pada Rabu.

Trump telah menjadi sekutu setia bagi Arab Saudi sejak dia menjabat sebagai Presiden AS.

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved