Breaking News

Berita Banda Aceh

Tahun Lalu, Ayam Petelur dan Peternakan Sapi Milik Pemerintah Aceh Sumbang PAA Rp 6 Miliar Lebih

Rinciannya dari hasil ayam petelur di Blangbintang dan Saree, Aceh Besar, Rp 4,2 miliar dan dari peternakan sapi Rp 2,2 miliar. 

Penulis: Herianto | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/HERIANTO
Kepala Dinas Peternakan Aceh, Rahmandi, meninjau lokasi peternakan ayam petelur di Blangbintang, Aceh Besar, Rabu (27/1/2021) 

Rinciannya dari hasil ayam petelur di Blangbintang dan Saree, Aceh Besar, Rp 4,2 miliar dan dari peternakan sapi Rp 2,2 miliar.  

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Peternakan Aceh tahun lalu atau 2020 menyumbang Pendapatan Asli Aceh (PAA) dari hasil peternakan ayam petelur dan peternakan sapi Rp 6 miliar lebih. 

Rinciannya dari hasil ayam petelur di Blangbintang dan Saree, Aceh Besar, Rp 4,2 miliar dan dari peternakan sapi Rp 2,2 miliar.  

Kepala Dinas Peternakan Aceh, Rahmandi, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com seusai meninjau lokasi peternakan ayam petelur di Blang Bintang, Aceh Besar, Rabu (27/1/2021).

Dari hasil peternakan ayam petelur, kata Rahmandi, pendapatan itu disetor BLUD Balai Ternak Non Ruminansia Disnak Aceh sekitar Rp 4,2 miliar pada pertengahan 2020. 

"Pendapatan itu dari hasil penjualan telur dan penjualan ayam petelur yang sudah tidak produktif lagi. Sedangkan pada akhir tahun lalu, kita juga telah setor kembali PAA ke kas daerah Rp 2,2 miliar.

Pendapatan Rp 2,2 miliar itu dari hasil penjualan sapi dan layanan laboratorium Disnak Aceh.

Ini artinya dua lokasi peternakan ayam petelur dan sapi yang ada di Blang Bintang dan Saree sangat produktif sebagai penyumbang PAA bagi Pemerintah Aceh,” pungkas Rahmandi.

Baca juga: BPKS Pastikan KMP Papuyu Akan Sandar Kembali di Pelabuhan Pulo Breuh

Baca juga: Pelaku Curanmor Jual Sepmor Curian Rp 2 Juta-Rp 3 Jutaan/Unit, Sasarannya Warga Pedalaman

Baca juga: Begini Konsep Baju Pernikahan Ayu Ting Ting dan Adit Jayusman yang Dibocorkan Sang Desainer

Oleh karena itu, kata Rahmadi di tengah pandemi Corona yang kondisi ekonomi serbasulit ini, ketiga sumber PAA ini masih tetap jalan. 

Bahkan, kata Rahmandi, pada November – Desember 2020 lalu,  pihaknya baru memasukkan bibit ayam petelur di Blang Bintang 32.000 ekor dan di Saree 18.000 ekor.

Rahmandi menyebutkan pemasokan bibit bibit ayam petelur baru itu untuk mengganti bibit ayam lama yang sudah tidak produktif lagi.

"Masa produktivitas tinggi ayam petelur itu sekitar 8 bulan, yaitu mencapai 80 – 90 persen bertelur.

Kemudian masa empat bulan ke depan lagi turun menjadi 65 – 60 persen yang bertelur.

Setelah persentase ayam yang betrelur di bawah 60 persen dari jumlah yang dipelihara, ayam petelur itu sudah bisa dijual menjadi ayam potong untuk efisiensi biaya produksi,” ujar Rahmandi.

Rahmandi memastikan Dinas Peternakan Aceh tetap mempertahankan lokasi pemeliharaan ayam petelur di Blangbintang dan Saree terus beroperasi.

Pasalnya lokasi pemeliharaannya sangat bagus, sehingga sangat dirugi jika tak dimanfaatkan. 

Rahmandi menyebutkan sistem pemeliharaan ayam petelur di Balangbintang terbuka berkapasitas 200.000 ekor.

Sedangkan sistem pemeliharaan ayam petelur di Saree tertutup, yakni ayam dalam ruang tertutup dengan sirkulasi udara dan suhu yang teratur dan tidak menimbulkan bau.

"Sistem pemeliharaan ayam petelur terbuka dan tertutup itu, kita buat sebagai contoh bagi kelompok peternak atau pengusaha lokal yang ingin berinvestasi di usaha industri peternakan ayam petelur.

Ia bisa melihat langsung bentuk bangunan kandang ayam peterlurnya baik melalui sistem terbuka maupun tertutup. 

Kedua sistem pemliharaan ini memiliki kelebihan dan keunggulan, baik dalam biaya produksi maupun masa produktivitasnya," kata Rahmandi. 

Kepala UPTD Balai Ternak Non Ruminansia Dinak Aceh, drh Teuku Munazar, menambahkan dua lokasi peternakan ayam petelur milik Disnak Aceh di Blangbintang dan Saree, Aceh Besar, masih berjalan normal.

Meski di masa sulit pandemi Covid-19, begitu juga ketika masa gejolak naiknya harga pakan yang banyak industri lain harus tutup.

"Kenapa kedua lokasi ayam petelur Disnak itu, sampai kini masih beroperasi, pertama pakan ternak yang diadakan dibeli untuk masa pemanfaatan dua tiga bulan ke depan. 

Oleh karena itu, ketika terjadi kenaikan harga pakan ternak, tidak membuat biaya produksi jadi bertambah.

Kedua, akan ayam petelur yang diadakan, dibeli dalam partai besar, dan harganya jadi lebih murah.

Untuk pemeliharaan ayam petelur ini, butuh cadangan dana yang kuat, terutama untuk pengadaan pakannya," kata Munazar.

Di sisi lain, kata Munazar, keuntungan memelihara ayam petelur itu bisa diraih, jika dipelihara dalam jumlah besar.

Pasalnya, biaya produksi yang dikeluarkan jika memelihara sedikit dan banyak hampir sama. 

"Tahun ini, setelah ayam petelur yang lama tidak lagi produktif, maka dijual sebagai ayam potong dan dimasukan kembali bibit ayam petelur baru sebanyak 50.000 ekor," sebut Munazar. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved