Tragedi Arakundo
Hari Ini, 22 Tahun Lalu, Pembantaian & Pembuangan Mayat di Arakundo, Berawal Dakwah 'Aceh Merdeka'
Tepatnya 3 Februari 1999 lalu, ada banyak darah segar dari rakyat sipil yang bercucuran akibat tragedi pembantaian yang terjadi di kawasan Idi Cut, Ac
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Mursal Ismail
Pukul 20.30 WIB, mereka menggelar dakwah tersebut di Desa Matang Ulim. Lokasinya berjarak sekitar dua Km dari Markas Koramil.
Acara itu diperkirakan dihadiri 5.000 massa dari berbagai kecamatan terdekat.
"Dakwah Aceh Merdeka" ini menampilkan para pembicara dari Kecamatan Nurussalam, Idi Rayeuk, dan Simpang Ulim, Aceh Timur.
Ketiga pendakwah di sela-sela pidatonya menguraikan tentang sejarah Aceh, juga mengigatkan massa agar tidak melakukan keributan waktu pulang.
Usai dakwah sekitar pukul 24.00 WIB, warga pulang serentak. Ada yang berjalan kaki, pakai kendaraan roda dua, mobil pick up, dan truk.
Namun, ketika sampai ke Simpang Kuala Idi Cut, bahkan kawasan Markas Koramil, sekelompok orang tidak dikenal memancing massa dengan melempar batu.
Beberapa pengunjung dakwah yang duduk di belakang pick up sempat terkena lemparan batu yang makin lama makin banyak.
Dalam peristiwa berdarah itu tidak terjadi "kontak senjata" antara pasukan ABRI dengan masyarakat.
"Karena memang warga sipil pengunjung dakwah itu tidak memiliki senjata," kata Usman Amin warga Julok Aceh Timur yang mengaku nyaris kena tembak.
Entah bagaimana, tiba-tiba suara tembakan yang dilepaskan pihak keamanan segera terdengar.
Tembakan diarahkan ke kerumunan warga pengunjung "Dakwah Aceh Merdeka".
Jerit tangis dan muncratan darah segera terdengar dan terlihat di mana-mana.
"Nurdin, adik saya tewas seketika ditembak tentara ketika berada dalam mobil. la meninggal dunia dalam pelukan teman-temannya. Di jenazahnya saya lihat ada dua lubang peluru yang menembus dada dan punggungnya," kata Ny Rohamah kakak kandung korban.
Rohamah mengaku, Nurdin selama ini menetap bersamanya untuk menjaga tambak.
Pada Selasa malam ia minta izin pergi ke dakwah.
"Dan, saya sangat terkejut ketika sekitar pukul 03.00 WIB (Rabu dini hari), sekelompok warga datang membawa pulang mayat Nurdin," kata Rohamah sambil menyeka air mata.
"Show of force"
Sedangkan pihak ABRI memberi keterangan yang terdapat banyak perbedaan dengan versi masyarakat.
Menurut pihak kepolisian dan TNI- AD, kasus Idi Cut menewaskan satu orang serta tiga luka-luka.
Dan, 51 orang lagi ditahan pihak Polres Aceh Timur, termasuk yang luka-luka tadi.
Ketiganya sampai tadi malam masih dirawat di RSU Langsa.
Menurut Kapolres Aceh Timur, Letkol Pol Drs Suminar kepada wartawan di ruang kerjanya, kemarin, masyarakat yang ditahan itu, akan diminta keterangannya.
Jika tidak terlibat akan dilepaskan. "Tapi, bila terbukti terlibat akan di proses sesuai hukum yang berlaku," katanya.
Menurut Kapolres, peristiwa itu terjadi setelah acara dakwah Islamiyah di Desa Matang Ulim.
Acara dakwah yang dilaksanakan sejak pukul 20.30 hingga 24.00, Selasa 2 Februari 1999 itu dipadati ribuan pengunjung
Kemudian, kata Dandim 0104 Aceh Timur Letkol Inf llyas yang didampingi Kapolres Letkol Pol R Suminar, sekitar pukul 01.00 WIB, suasana mendadak panas.
Massa melakukan show of force, di depan Markas Koramil Idi Cut.
Semakin lama massa semakin banyak, sehingga Jalan Banda Aceh - Medan di kawasan Kantor Koramil Idi Cut itu mengalami kemacetan.
Kendaraan bermotor, baik dari arah barat, maupun dari arah timur rujukan dari Puskesmas Nurusasalam Bagok, sudah tidak bisa lagi melintas.
Karena sudah mengganggu lalu lintas, aparat keamanan yang terdiri dari angkatan darat dan satuan Brimob mencoba membubarkan massa.
Namun, massa memberikan perlawanan, sehing ga aparat keamanan terpaksa mempergunakan senjatanya.
Menurut Dandim, mereka dihalau setelah lalu lintas terhambat.
Jika aparat keamanan tidak cepat mengatasinya, kemungkinan massa melakukan sweeping.
Dalam menghalau massa itu, aparat keamanan berusaha agar tidak ada korban yang jatuh.
"Tapi, karena massa begitu ramai, sulit tidak jatuh korban. Dan, akhirnya massa memang bubar," kata Dandim.
Danrem kecewa
Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Drs H Johnny Wahab, menyatakan kecewa berat atas terjadinya itu.
"Saya kecewa sekaligus sangat menyesalkan atas selalu terjadinya keributan di daerah ini," tandas Danrem.
Menjawab Serambi melalui saluran telepon selular tadi malam, Danrem mengaku saat ini rasanya nyaris tak mampu berkomentar apa-apa lagi terhadap tragedi kontak masyarakat dengan aparat keamanan itu.
"Saya betul-betul kecewa, sangat-sangat kecewa ada rakyat dan ABRI yang selalu kontak," kata Kolonel Johnny dalam nada bergetar.
Menurutnya, peristiwa tersebut digerakkan panglima-panglima Aceh Merdeka di daerah itu dan mereka mengatasnamakan aksinya sebagai Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kesaksian Musthafa
Seorang murid SD, Musthafa (11), ikut Jadi korban.
la mengaku tertembak saat menolong abangnya yang lebih dulu ditembus peluru di sebuah parit.
Warga Desa Kampung Kapal Baru, Darul Aman itu, kini dirawat di ruangan Puskesmas Idi Rayeuk.
Musthafa yang masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar mengalami luka robek telinga dan pipi kirinya serta sejumlah luka pada tangannya.
Kepada Serambi, kemarin di Puskesmas Idi, Musthafa mengatakan, ketika melihat abangnya Irwansyah (22) berlumuran darah kena tembakan, ia mencoba menolong.
Namun, Musthafa tidak sanggup mengangkat sang abang, karena jauh lebih besar darinya.
Ketika dalam pelukan, abang kandungnya itu sempat mengeluarkan dompet yang katanya berisi uang Rp 1 juta.
Namun dompet itu tidak sempat diambilnya, hilang di kegelapan malam.
Musthafa sendiri kemudian kena tembakan, sehingga tak sadarkan diri. Hingga pada akhirnya sudah berada di Puskesmas idi.
Sampai kemarin sore, Musthafa tak tahu nasib abangnya Irwansyah.
Namun menurut masyarakat, Irwansyah memang sudah meninggal beberapa saat setelah tragedi itu.
Kepala Puskesmas Idi Rayeuk dr Zuli Abdul Rachman, menjawab Serambi, mengatakan lima orang korban akibat "keributan" di Idi Cut, telah menjadi pasiennya.
Satu di antaranya, Musthafa yang mengalami luka serius.
Pendarahan serius
Bertalian dengan adanya rujukan pasien dari lokasi kerusuhan itu, RSU Lhokseumawe tam pak siaga penuh.
Direktur RSU Lhokseumawe dr Mulya Hasjmy, sejak dinihari kemarin terlihat sangat sibuk mengarahkan personelnya untuk menyiapkan peralatan medis dan tempat perawatan, agar bila sewaktu-waktu ada pasien rujukan atau yang dibawa keluarganya mendapat penanganan medis secepatnya.
Keluarga Al Gamar yang ikut mendampingi korban ke RSU Lhokseumawe berunding dengan pihak RSU tentang rencana mengirimkan Al Gamar ke RSU Medan.
Dokter RSU yang mera wat mengatakan korban Al Gamar masih dalam pendarahan serius dan sebaiknya tetap dalam perawatan RSU Lhokseumawe.
"Jika pendarah an sudah teratasi, korban boleh saja dibawa ke RSU Medan," jelas seorang dokter kepada keluarga korban. (tim/Serambinews.com/Yeni Hardika)