Berita Kutaraja
Dari Mimbar Swadaya Menjelma Jadi Serambi Indonesia, Ini Kisah Perjalanannya hingga Berusia 32 Tahun
Awalnya, harian ini bernama Mingguan Mimbar Swadaya yang dipimpin oleh M Nourhalidyn (1943-2000).
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Saifullah
“Tapi sekali lagi, karena Harian Serambi Indonesia memang tidak pernah berafiliasi dengan pihak manapun dan selalu berada di mana-mana (berimbang),” papar dia.
• Terbukti Rudapaksa Pemalsu Surat Rapid Test, Oknum TNI Anggota Tim Satgas Covid-19 Dihukum
• Terkait YARA Laporkan Bupati ke KASN, Ini Kata Koordinator Pukat Aceh
• Apkasindo Minta PMKS tak Permainkan Harga TBS
“Betullah apa yang menjadi tagline yang selalu didengungkan oleh pendiri koran ini, Haji Sjamsul Kahar, bahwa Harian Serambi Indonesia tidak berpihak kemana pun dan berada di mana saja. Harian Serambi Indonesia adalah media yang mengingatkan orang kaya dan memberikan pencerahan bagi rakyat banyak,” sebutnya.
Selanjutnya, bencana gempa dan tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004, sebagian besar infrastruktur penunjang terbit Harian Serambi Indonesia luluh lantak dan sejumlah karyawan media ini hilang dan meninggal dunia.
“Sekali lagi, ujian yang sangat besar dihadapi Harian Serambi Indonesia. Waktu itu, kami sempat tidak terbit beberapa hari. Atas dukungan masyarakat dan semangat juang karyawan yang tersisa, Harian Serambi Indonesia kembali terbit,” tutur Mohd Din.
Setelah tsunami, Harian Serambi Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bukan saja untuk mendapatkan informasi tentang bencana dan bagaimana keluar dari penderitaan, koran ini juga menjadi pentaut keluarga yang sempat terserak tidak jelas alamat.
Dalam beberapa tahun ini, kata Mohd Din, seperti juga banyak media massa yang lain, terutama media cetak mengalami turbelensi dan disrupsi akibat perubahan teknologi, Harian Serambi Indonesia harus masuk ke platform digital tanpa meninggalkan media cetak.
• Foto Pertemuannya dengan Abu Janda Viral, Natalius Pigai Buka Suara
• VIRAL Mobil Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru, Awalnya Parkir di Bibir Sungai, Pemilik Selamat
• VIDEO - Kisah Cinta Pemuda Terbang ke Turki Sendirian Demi Lamar Gadis Pujaan Hati
Jika statistik (angka) adalah sesuatu yang harus dicapai, media cetak masih relevan, khususnya di banyak negara Asia.
Namun, masa depan media cetak terletak pada transformasi diri untuk melengkapi media digital dan sekaligus mempertahankan aspek cetaknya.
Premis dasar adalah bahwa sementara masyarakat membaca berita media digital untuk kebutuhan waktu nyata (real time) dan mereka membaca koran untuk pandangan, pendapat dan akurasi yang sering gagal diberikan media digital.
Hari-hari ini dan ke depan adalah hari-hari melakukan transformasi untuk bisa bertahan. Transformasi bagi media seperti Harian Serambi Indonesia adalah keniscayaan. Mungkin, di satu saat, media cetak dan bahkan media digital yang mulai tumbuh, akan hilang.
Tapi, kegiatan media, lepas apapun bentuknya, tetap ada sepanjang sejarah manusia. Atas dasar itulah, hari-hari ini, masyarakat dapat menikmati Harian Serambi Indonesia dalam multiplatform.
• Lowongan Kerja PPNPN Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM RI, Ini Syarat dan Posisi yang Ditawarkan
• Alasan Jaga Teman Sakit, Janda Satu Anak Tertangkap Berkhalwat dengan Pria Non Muslim
• Lokakarya Mini Perdana, Puskesmas Lhang Evaluasi Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Setia
Selain di media cetak, masyarakat juga bisa menikmati informasi dari Harian Serambi Indonesia melalui Serambinews.com, Serambitv, dan Serambi FM. Sejumlah unit usaha yang dimiliki saat ini yaitu ada percetakan komersil, serta Toko Buku New Zikra.
“Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada semua stakeholder yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada Harian Serambi Indonesia menjalankan tugas jurnalistik dan percerdasan masyarakat,” ucap dia.
“Dan terima kasih juga kepada masyarakat Aceh yang mempercayakan media ini sebagai penyampai informasi hingga saat ini,” pungkas Mohd Din.(*)