Berita Luar Negeri

Militer Junta Myanmar Makin Tertekan, Jutaan Rakyat Protes ke Jalan Hingga Tekanan Negara Barat

Militer junta Myamar kini semakin tertekan setelah jutaan rakyat negara itu turun ke jalan melakukan protes besar-besaran.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
AFP/PHOTO BY STR
Seorang pengunjuk rasa mengangkat foto Panglima Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, yang sudah diberi tanda silang saat demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Sabtu (6/2/2021). 

SERAMBINEWS.COM – Militer junta Myamar kini semakin tertekan setelah jutaan rakyat negara itu turun ke jalan melakukan protes besar-besaran.

Di samping itu, para militer juga mendapat tekanan dari negara barat dan sanksi yang baru dijatuhkan Amerika Seikat pada Senin (22/2/2021) waktu setempat.

AS menjatuhkan sanksi terhadap dua jenderal militer atas kaitannya dengan kudeta awal bulan ini.

Sementara itu, Uni Eropa memperingatkan pihaknya sedang mempertimbangkan sanksi terhadap Myanmar.

Negara-negara Barat berusaha menekan junta untuk menghindari tindakan keras setelah berminggu-minggu protes.

Pemogokan di Myanmar menutup sektor bisnis di negara Asia Tenggara itu pada hari Senin (22/2/2021).

Jutaan rakyat Myanmar berkumpul dalam protes damai meskipun ada peringatan dari pihak berwenang bahwa konfrontasi dapat membuat orang terbunuh.

Baca juga: Ini Para Jenderal Myanmar yang Kena Sanksi Amerika Serikat Akibat Kudeta Militer 

Baca juga: Uni Eropa Persiapkan Langkah-Langkah Sanksi Terhadap Pemimpin Kudeta Myanmar

Baca juga: 2 Pedemo Myanmar Tewas Ditembak Polisi, Satu Korban Tertembak di Kepala

Pelapor Khusus PBB, Tom Andrews mengatakan jutaan orang telah berbaris dalam jumlah yang luar biasa, meskipun ada ancaman junta.

“Para jenderal kehilangan kekuatan mereka untuk mengintimidasi dan dengan itu. Sudah waktunya bagi mereka untuk mundur, ”kata Andrews, dikutip dari Reuters, Selasa (23/2/2021).

Pada Senin kemarin, pemerintah Uni Eropa menunjukkan dukungan bagi rakyat Myanmar yang berusaha membalikkan kudeta milter dan pembebasan terhadap Aung San Suu Kyi.

"Kami tidak siap untuk berdiri dan menonton," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas.

Ia menambahkan bahwa sanksi dapat terjadi jika diplomasi gagal.

Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang akan menargetkan bisnis yang dimiliki oleh tentara.

Tetapi blok tersebut mengesampingkan pembatasan preferensi perdagangannya untuk menghindari melukai pekerja miskin.

Baca juga: Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi ke Pemimpin Junta Militer Myanmar, Sudah Perkirakan Sebelumnya

Baca juga: Sadis! Polisi Diduga tembak Mati 2 Pendemo Antikudeta Militer di Myanmar, Satu Orang Didor di Kepala

Pasukan keamanan Myanmar telah menunjukkan lebih banyak pengekangan sejak kudeta daripada dalam konfrontasi sebelumnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved