Breaking News

Internasional

Usai Muammar Khadafi Digulingkan dan Dibunuh, Libya Terpecah Belah, PBB Turun Tangan

Libya terus berkecamuk tanpa henti antara faksi-faksi yang berseberangan. Kondisi negeri yang tercabik-cabik perang itu terus berlangsung.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Mahmud TURKIA
Pejuang pendukung Pemerintahan Nasional Libya (GNA) di Tripoli menjaga wilayah Abu Qurain, jalan masuk Ibu Kota Tripoli dan Benghazi pada 20 Juli 2020. 

Kedua belah pihak mencapai gencatan senjata pada Oktober 2020.

pembicaraan yang dipimpin PBB sejak itu menghasilkan pemerintahan sementara baru yang dipilih pada Februari 2020.

Dipimpin oleh perdana menteri sementara Abdul Hamid Dbeibah.

Baca juga: VIDEO - Program Pelatihan Sistem Pertahanan Udara, Turki Latih Tentara Libya

Menurut PBB, sekitar 20.000 tentara bayaran dan pejuang asing masih berada di Libya pada awal Desember 2020.

Batas waktu 23 Januari 2021 untuk penarikan mereka berlalu tanpa ada tanda-tanda penarikan mereka.

Dalam misi lima minggunya, akan melakukan perjalanan ke Sirte, sebuah kota di pantai Mediterania.

Berada di tengah-tengah pusat kekuatan timur dan barat, serta Misrata di barat dan Benghazi timur.

Sumber diplomatik di New York mengatakan tim itu akan menyerahkan laporan ke Dewan Keamanan PBB pada 19 Maret 2021.

Tentang gencatan senjata dan keberangkatan pasukan asing dari Libya.

Dewan Keamanan pada awal Februari 2021 meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengerahkan barisan depan pengamat di Libya.

Baca juga: Seorang Pria Libya Penikam Tiga Temannya di Inggris Dihukum Seumur Hidup

Menyusul kesepakatan gencatan senjata 23 Oktober.

Dalam sebuah laporan akhir tahun lalu, Guterres sendiri telah menganjurkan kelompok pengamat tidak bersenjata.

Terdiri dari warga sipil dan pensiunan personel militer dari negara-negara anggota Uni Afrika, Uni Eropa dan Liga Arab.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved