Internasional
Usai Muammar Khadafi Digulingkan dan Dibunuh, Libya Terpecah Belah, PBB Turun Tangan
Libya terus berkecamuk tanpa henti antara faksi-faksi yang berseberangan. Kondisi negeri yang tercabik-cabik perang itu terus berlangsung.
Kedua belah pihak mencapai gencatan senjata pada Oktober 2020.
pembicaraan yang dipimpin PBB sejak itu menghasilkan pemerintahan sementara baru yang dipilih pada Februari 2020.
Dipimpin oleh perdana menteri sementara Abdul Hamid Dbeibah.
Baca juga: VIDEO - Program Pelatihan Sistem Pertahanan Udara, Turki Latih Tentara Libya
Menurut PBB, sekitar 20.000 tentara bayaran dan pejuang asing masih berada di Libya pada awal Desember 2020.
Batas waktu 23 Januari 2021 untuk penarikan mereka berlalu tanpa ada tanda-tanda penarikan mereka.
Dalam misi lima minggunya, akan melakukan perjalanan ke Sirte, sebuah kota di pantai Mediterania.
Berada di tengah-tengah pusat kekuatan timur dan barat, serta Misrata di barat dan Benghazi timur.
Sumber diplomatik di New York mengatakan tim itu akan menyerahkan laporan ke Dewan Keamanan PBB pada 19 Maret 2021.
Tentang gencatan senjata dan keberangkatan pasukan asing dari Libya.
Dewan Keamanan pada awal Februari 2021 meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengerahkan barisan depan pengamat di Libya.
Baca juga: Seorang Pria Libya Penikam Tiga Temannya di Inggris Dihukum Seumur Hidup
Menyusul kesepakatan gencatan senjata 23 Oktober.
Dalam sebuah laporan akhir tahun lalu, Guterres sendiri telah menganjurkan kelompok pengamat tidak bersenjata.
Terdiri dari warga sipil dan pensiunan personel militer dari negara-negara anggota Uni Afrika, Uni Eropa dan Liga Arab.(*)