Berita Internasional
Mau Tahu Ciri Gadis Zulu Masih Perawan, Buluh tak Patah Saat Menari Telanjang Dada di Depan Raja
Tesnya adalah si gadis menari telanjang dada sambil membawa buluh. Jika buluh itu patah di hadapan raja, berarti dia tak perawan.
SERAMBINEWS.COM – Tradisi menari telanjang dada bagi para gadis muda Zulu di Afrika Selatan erat kaitannya dengan Raja Goodwill Zwelithini.
Bagi Raja Zulu di Afrika Selatan ini, tradisi tersebut merupakan bagian dari tes keperawanan para gadis di kerajaannya.
Raja Goodwill Zwelithini itu sendiri meninggal dunia pada usia 72 tahun akibat penyakit diabetes.
Semasa hidupnya, sang raja memang terkenal sebagai sosok yang flamboyan.
Ia gemar membelikan barang-barang mewah untuk enam istrinya, dan menggelar festival gadis telanjang dada serta tes keperawanan.
Baca juga: Heroik! Ingin Selamatkan Cucu, Nenek Ini tak Kenal Takut Bantu Polisi Bongkar Sindikat Mafia Narkoba
Baca juga: Anne Avantie Beberkan H-1 Perjuangan Krisdayanti Dapatkan Kebaya Ungu Demi Lamaran Aurel
Baca juga: Kondisi Terkini Mata Belal Muhammad Usai Dicolok Leon Edwards di UFC Vegas 21
Festival tarian telanjang dada bernama Tari Reed atau Umhlanga dalam bahasa setempat itu diadakannya lagi sejak 1991.
Upacara yang dihadiri ratusan gadis muda Zulu yang belum menikah itu adalah bentuk tes keperawanan.
Raja Zulu berdalih, acara tersebut untuk mengenalkan kesadaran melawan HIV/AIDS di KwaZulu-Natal, provinsi dengan salah satu tingkat infeksi HIV tertinggi di Afrika Selatan.
Melansir BBC pada Sabtu (13/3/2021), Raja Zulu percaya tes keperawanan itu akan memperlambat penyebaran penyakit di kerajaannya.
Tesnya adalah si gadis menari telanjang dada sambil membawa buluh. Jika buluh itu patah di hadapan raja, berarti dia tak perawan.
Baca juga: Hari ke-13 TMMD-110 di Jantho, Pembangunan Jembatan Capai 45 Persen
Baca juga: Tips Cepat Menumbuhkan Rambut, Bisa Pakai 4 Bahan Alami Ini
Baca juga: Catat! Ini 17 Makanan yang Baik untuk Ginjal dan Organ Tubuh Lainnya
Menurut klaim raja dengan enam istri dan 28 anak itu, seorang perempuan tidak boleh melakukan hubungan seks sebelum terikat tali pernikahan.
Kemudian menurut laman zulu.org.za, disebutkan bahwa mengikuti perayaan Tari Reed adalah kebanggaan bagi para wanita di sana.
"Menurut tradisi Zulu, hanya para perawan yang boleh mengikuti festival ini untuk membuktikan mereka 'suci'," tulis keterangan tersebut.
Festival Tari Reed sendiri tidak hanya berupa acara telanjang dada, tetapi juga ajang menunjukkan bakat menyanyi, menari, dan hasil karya manik-manik.
Namun, beberapa kritikus berpendapat, bahwa praktik Umhlanga dalam tradisi Zulu pada dasarnya bersifat patriarki, karena menekankan wanita yang harus suci, bukan mengatur perilaku pria.
Baca juga: Jerawat karena Masker? Lakukan Cara Ini untuk Mengatasinya, Termasuk Cuci Masker Kain Seusai Pakai
Baca juga: Babinsa Agara Turun Tangan Dampingi Bides Laksanakan Posyandu
Baca juga: Dua Pemain Lhokseumawe Ikut Seleksi Tahap II Timnas Pelajar Kemenpora U-15, Jebolan Liga U-14 2019
Selama 49 tahun ia berkuasa, Raja Zulu pernah menikahi satu penari di festival tersebut yang berusia 18 tahun pada 2003.
Gadis itu adalah istri keenamnya yang bernama Zola Mafu dari Swaziland (kini eSwatini).
Meski diiringi kontroversi, Raja Goodwill Zwelithini termasuk berhasil mempersatukan AmaZulu (orang-orang Zulu).
Posisinya sebagai penguasa tradisional diakui dalam konstitusi pasca-Apartheid di Afrika Selatan, yang berarti dia mendapat dukungan negara.
Kekuatan politiknya tidak formal dan sebagian besar perannya bersifat seremonial, tetapi Raja Zulu dihormati orang-orang, termasuk di luar kerajaannya.
Baca juga: PP UMKM, Milenial Makin Berpeluang Kembangkan Koperasi Inovatif, 9 Orang Sudah Bisa Dirikan Koperasi
Baca juga: 50 Ulama Muda Aceh Akan Bermubahasah di Lhokseumawe, Bahas Penyimpangan Berkedok Ajaran Sufi
Baca juga: VIDEO - Kreatif, Bawa Sepeda Motor Sendirian, Ibu Hamil Ini Tulis Peringatan Hati-Hati, Ini Isinya
Raja Goodwill yang lahir pada 1948 dan naik takhta pada 1971, adalah keturunan langsung dari Raja Cetshwayo, pemimpin bangsa Zulu saat perang lawan Inggris, tahun 1879.
Goodwill menggunakan pengaruhnya serta pelestarian budaya dan tradisi untuk menyatukan hampir 11 juta orang Zulu di Afrika Selatan, kata Profesor Sihawukele Ngubane, ketua Zulu Royal Household Trust.
"Dia berperan mempersatukan orang-orang Zulu, melestarikan budaya saat identitas orang Afrika terpinggirkan," terangnya kepada BBC.
"Dia tahu betul perannya berpengaruh besar di bangsa Zulu dan budaya lain di negara serta benua itu," tambah profesor bahasa Afrika tersebut.
Prof Ngubane melanjutkan, Raja Zulu membantu meredakan ketegangan antara Partai Kebebasan Inkatha (IFP) dan rival bebuyutannya yakni Kongres Nasional Afrika (ANC), yang pecah dalam perjuangan mengakhiri apartheid.
Baca juga: Dua Pemabuk Digelandang ke Kantor Satpol PP dan WH, Diamankan Saat Asyik Minum Tuak
Baca juga: Sejarawan Nasional Prof M Dien Madjid: Temuan Ceruk Mendale Ubah Penulisan Sejarah Gayo
Baca juga: Mengupas Kasus Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen 12 Tahun Lalu, Benarkah Antasari Azhar Dalangnya?
Konflik selama 1985-1995 itu menewaskan ribuan orang dan banyak lainnya yang terluka atau terpaksa mengungsi.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa pun menggambarkannya sebagai sosok visioner yang dicintai.
"Dia memberikan kontribusi penting bagi identitas budaya, persatuan nasional, dan pembangunan ekonomi di KwaZulu-Natal," papar Profesor Sihawukele Ngubane.
"Dengan demikian membantu pembangunan negara kita secara keseluruhan," ungkap Profesor Sihawukele dikutip dari BBC.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tradisi Tes Keperawanan dari Raja Zulu, Ratusan Gadis Menari Telanjang Dada"