Internasional
Universitas Oxford Sebut Virus Corona Menjadi Tantangan Berat, Mutasi Terus Berlanjut
Universitas Oxford, Inggris menilai virus Corona akan menjadi tantangan terberat dalam menghadapi kesehatan masyarakat.
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Universitas Oxford, Inggris menilai virus Corona akan menjadi tantangan terberat dalam menghadapi kesehatan masyarakat.
Virus Corona yang terus bermutasi, diawali di Inggris disebut virus Corona Kent, kemudian Afrika Selatan dengan varian B.1.351dan terakhir Brasil, varian P1.
Dilansir Reuters, Jumat (19/3/2021), dari tiga varian itu, vaksin Covid-19 Oxford / AstraZeneca mampu melindungi varian Brasi.
sSebuah studi Universitas Oxford juga menyoroti bagaimana varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan menimbulkan sakit kepala terparah bagi produsen vaksin.
Varian virus Corona dengan mutasi spesifik pada lonjakan protein menjadi perhatian.
Baca juga: Arab Saudi Telah Suntik Vaksin Covid-19 Untuk 2,6 Juta Penduduk
Para ilmuwan khawatir akan mengurangi kemanjuran vaksin, serta kekebalan yang diperoleh dari infeksi sebelumnya.
Para ilmuwan menggunakan sampel darah dari orang-orang dengan antibodi yang dihasilkan oleh infeksi Covid-19 dan vaksin Oxford / AstraZeneca dan Pfizer / BioNTech sedang diluncurkan di Inggris.
Data menunjukkan penurunan hampir tiga kali lipat dalam tingkat neturalisasi virus oleh antibodi yang dihasilkan oleh vaksin untuk varian P.1 Brazil.
Serupa juga dengan penurunan yang terlihat pada varian yang pertama kali diidentifikasi di Kent, Inggris.
“Data ini menunjukkan antibodi alami dan yang diinduksi oleh vaksin masih dapat menetralkan varian ini, tetapi pada tingkat yang lebih rendah,” katanya.
“Yang penting, strain P1 'Brazil' mungkin kurang resisten terhadap antibodi ini daripada yang dikhawatirkan sebelumnya,” ujar Oxford.
Baca juga: Pengacara Jalur Gaza Dapat Tekanan Sosial, Seusai Disuntik Vaksin Covid-19, Apa Anda Tidak Waras
Varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan memicu penurunan yang jauh lebih besar dalam netralisasi virus.
Dengan pengurangan 9 kali lipat kemanjuran vaksin Oxford / AstraZeneca, dan pengurangan 7,6 kali lipat untuk Pfizer / BioNTech.
Bulan lalu, Afrika Selatan menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca setelah data menunjukkan perlindungan minimal terhadap infeksi ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian dominan di negara itu.
Penulis studi mengatakan mengembangkan vaksin untuk varian Afrika Selatan, yang dikenal sebagai B.1.351, harus menjadi prioritas terbesar bagi pengembang vaksin secara global.
Baca juga: Pakistan Dapat Bantuan 500.000 Dosis Vaksin Covid-19 dari China
Andrew Pollard, Kepala Penyelidik uji coba vaksin Universitas Oxford, mengatakan penelitian memberikan
wawasan baru.
"Hal itu akan membantu kita bersiap menanggapi tantangan lebih lanjut terhadap kesehatan kita dari virus pandemi, jika kita perlu melakukannya," ujar Pollard.(*)