Berita Lhokseumawe

Ini Perbedaan Kerusakan Akibat Puting Beliung dengan Angin Kencang, Warga Harus Waspada

data BMKG Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara, kedepan masih berpotensi terjadi puting beliung di wilayah pesisir timur Aceh

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Muhammad Hadi
hand over dokumen pribadi
Kepala Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara, Siswanto 

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sesuai data yang diirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara, kedepan masih berpotensi terjadi puting beliung di wilayah pesisir timur Aceh.

Namun apa yang membedakan kerusakan sebuah bangunan atau pohon tumbang akibat puting beliung dan karena angin kencang

Kepala Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara, Siswanto,  Selasa (30/3/2021), kembali menjelaskan, memasuki  Maret 2021, disebagian besar wilayah Pesisir Timur Aceh berdasarkan data Klimatologi telah memasuki Musim Peralihan (pancaroba).

Baca juga: Jelang Panen Sepekan Lagi, Padi Warga Pidie Tumbang Akibat Hujan Deras dan Angin Kencang

Berbicara musim pancaroba selalu akan diikuti dengan berbagai potensi bencana hidometeorologi diantaranya adalah hujan lebat, sambaran petir dan angin kencang, bahkan angin putting beliung.

Ditambah lagi hasil pengamatan terkini, adanya fenomena squalline. 

Fenomena ini sangat berbahaya karena terdiri dari barisan awan cumulonimbus yang memanjang beberapa puluh kilometer hingga ratusan kilometer.

Sehingga memang dapat mengakibatkan cuaca ekstrem seperti hujan deras, angin kencang, badai guntur, puting beliung, waterspout, dan hujan es. 

Baca juga: VIDEO Angin Puting Beliung Terjang Bireuen, Tempat Usaha Milik Warga Rata Dengan Tanah

Di Selat Malaka, fenomena squalline (disebut juga Sumatera Squall) ini aktif dari Maret hingga November setiap tahunnya. 

Berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya, di wilayah pesisir timur Aceh, memang terjadi fenomena puting beliung hingga waterspout,  yakni saat memasuki Maret hingga Agustus. Terutama Juni dan Juli.

"Intinya, untuk saat ini masih berpotemsi terjadi puting beliung untuk wilayah pesisir timur Aceh," paparnya.

Dijelaskan juga, angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian antara 5 - 10 menit.

Baca juga: Hujan Lebat Disertai Angin Kencang Landa Aceh Selatan Sebabkan Banjir dan Pohon Tumbang

Angin puting beliung sering terjadi siang hari atau sore. 

Terjadinya angin puting beliung biasanya ditandai dengan suhu udara panas, terasa pengap, dan terlihat kenampakan awan hitam menggumpal dan tumbuh dalam waktu cepat yaitu jenis wan Cumulonimbus (CB). 

Awan Cumulonimbus berkembang secara vertikal, berpotensi memicu pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. 

Arus udara yang turun dengan kecepatan tinggi menghembus kepermukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak yang dikenal sebagai angin puting beliung.

Dipastikan, BMKG akan terus memantau setiap perubahan cuaca dan dinamika atmosfer yang akan terjadi. 

Baca juga: Banjir Susulan Kembali Terjang Aceh Barat, Ratusan Rumah Terendam Hingga 1 Meter

"Masyarakat kami himbau untuk selalu melihat update informasi cuaca melalui portal resmi BMKG seperti WEB BMKG, Aplikasi Playstore (info.bmkg), Media Sosial (IG @bmkg_acehutara) atau bisa langsung berkomunikasi dengan Kantor BMKG terdekat," harapnya.

Beberapa ciri yang dapat  gunakan untuk mengenali adanya potensi angin puting di sebuah kawasan: 

1. Terasa adanya perubahan udara panas dan gerah dalam waktu singkat.

2. Dilangit terlihat ada pertumbuhan awan cumulus/Cu (awan putih bergerombol berlapis-lapis) cikal bakal Awan Cumulonimbus (CB).

3. Ada perubahan kenampakan secara visual dari warna putih menjadi hitam pekat (awan Cumulonimbus).

4. Ranting pohon dan daun-daun bergoyang cepat karena tertiup angin yang terasa sangat dingin.

Baca juga: Pemilihan Perangkat Gampong Ricuh, Pembakaran Hingga Jendela Meunasah Pecah, Polisi Tangkap 6 Warga

Disamping itu, lanjut Siswanto, di Jawa,  angin puting beliung disebut sebagai angin leysus atau angin puyuh, di Sumatera disebut angin bahorok dan di negara-negara lain.

Seperti di Amerika Serikat, angin jenis ini disebut dengan tornado yang mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter.

Untuk mengenali perbedaan antara angin kencang dan angin puting beliung dapat terlihat jelas pada kenampakan kerusakan yang ada. 

Baca juga: Hindari Kejaran Satpol PP, Dua Peminta Sumbangan Lari dan Nekat Ceburkan Diri ke Krueng Aceh

Dampak kerusakan angin puting beliung biasanya akan berserak secara acak atau tidak teratur pada beberapa benda atau objek yang dilalui oleh angin putting beliung.

Sedangkan untuk ciri kerusakan yang ditimbulkan oleh angin kencang, biasanya terlihat relatif searah hembusan angin. 

Objek benda atau pohon yang diterjang oleh angin kencang terlihat lebih terarah mengikuti sumber hembusan angin.(*)

Baca juga: Ini Tiga Poin Pernyataan Sikap Partai Aceh Untuk Disampaikan Ke Presiden Jokowi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved