Vaksin Nusantara Masih Jadi Polemik, Vaksin Merah Putih justru Akan Diproduksi Massal, Apa Bedanya?
Vaksin Nusantara masih menjadi polemik, sedangkan vaksin Merah Putih dikabarkan siap diproduksi masal.
Selain itu, produk vaksin tidak dibuat dalam kondisi steril. Catatan lain adalah antigen yang digunakan dalam penelitian tidak terjamin steril dan hanya boleh digunakan untuk riset laboratorium, bukan untuk manusia.
Tertulis dalam dokumen tersebut, BPOM menyatakan hasil penelitian tidak dapat diterima validitasnya.
Dalam bagian lain dokumen disebutkan, uji klinis terhadap subjek warga negara Indonesia dilakukan oleh peneliti asing yang tidak dapat menunjukkan izin penelitian.
Bukan hanya peneliti, semua komponen utama pembuatan vaksin Nusantara pun diimpor dari Amerika Serikat.
"Bahwa ada komponen yang betul-betul komponen impor dan itu tidak murah. Plus ada satu lagi, pada saat pendalaman didapatkan antigen yang digunakan, tidak dalam kualitas mutu untuk masuk dalam tubuh manusia," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam rapat dengar dengan Komisi IX DPR RI yang disiarkan secara daring, Kamis (8/4/2021).
Sebelumnya, peneliti utama vaksin Nusantara untuk uji klinis tahap dua, Kolonel Jonny, menjelaskan tahapan riset terhadap vaksin Nusantara.
Baca juga: Proyek Pemindahan Ibu Kota Bikin Fokus Pemerintah Menghadapi Pandemi Menjadi Terpecah
Dia menyebut vaksin Nusantara menggunakan sampel darah manusia sebagai bahan penelitian.
"Vaksin lain tidak ada yang diambil darah, jadi ini bedanya. Karena vaksin ini diambil dari sel tubuh kita sendiri," kata Jonny di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).
Peneliti akan mengambil sel darah putih untuk dibiarkan selama lima hari.

Setelah itu, sel tersebut dipadukan dengan protein berjuluk 'S' dari sampel virus covid-19.
Kendati begitu, vaksin lainnya yang dikembangkan di dalam negeri, yakni vaksin Merah Putih siap produksi masal.
Beda dengan vaksin Nusantara, Kepala BPOM Penny K. Lukito menyebut, vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) dapat diproduksi massal mulai awal tahun 2022.
"Harapannya sudah bisa diproduksi secara massal pada awal tahun 2022," ujar Penny saat konferensi pers vaksin Merah Putih secara virtual, Jumat (16/4/2021).
Ia mengatakan, vaksin dengan platform inactivated virus ini menjadi vaksin pertama yang akan diproduksi massal, lantaran kini telah memasuki tahapan uji praklinik atau uji pada hewan.
Jika lolos uji praklinik, vaksin dilanjutkan ke tahapan uji klinik I,II, dan III dengan target penyelesaian 2021.
"Sekarang dalam tahapan yang sudah masuk praklinik dengan platform inactivated virus. Kemudian nanti masuk uji klinik. Targetnya kuartal 2021 selesai kerja," kata Penny.