Vaksin Nusantara Masih Jadi Polemik, Vaksin Merah Putih justru Akan Diproduksi Massal, Apa Bedanya?

Vaksin Nusantara masih menjadi polemik, sedangkan vaksin Merah Putih dikabarkan siap diproduksi masal.

Editor: Amirullah
Shutterstock
Ilustrasi vaksin corona (Shutterstock) 

SERAMBINEWS.COM - Vaksin Nusantara masih menjadi polemik, sedangkan vaksin Merah Putih dikabarkan siap diproduksi masal.

Lantas apa perbedaan kedua vaksin tersebut?

Berikut ulasannya yang dilansir oleh Tribunnews.

Vaksin Sel Dendritik atau yang dikenal vaksin Nusantara yang dikembangkan mantan Menkes Terawan Agus Putranto memunculkan pro kontra.

Beberapa anggota DPR RI ingin menjadi relawan uji klinik meski BPOM RI menemukan kejanggalan dalam penelitian dan pengembangan vaksin Nusantara.

Kepala BPOM Penny K. Lukito enggan memberikan komentar saat peneliti vaksin Sel Dendritik atau vaksin Nusantara tetap melanjutkan tahapannya meski tak sesuai rekomendasi pihaknya.

"Terkait vaksin nusantara ya kami tidak bisa menjawab, ya jawaban kami bagaimana hasil penilaian Badan POM terkait fase pertama uji klinik fase 1 vaksin dendritik atau vaksin Nusantara adalah belum bisa dilanjutkan ke uji klinik fase dua, sudah clear ya sampai di situ," tegasnya dalam konferensi pers virtual bersama BPOM RI secara virtual, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Tepis Isu Wacana Poros Islam, Ketua PKS Aceh: Tidak Baik Bagi Iklim Demokrasi

Penny menuturkan tugas Badan POM telah selesai saat mendampingi uji klinik I dan memberikan penilaian bahwa penelitian tersebut tidak masuk kategori riset ilmiah sesuai dengan standar internasional.

"Saya tidak mau komentari, karena vaksin dendritik atau nama vaksin Nusantara sudah beralih sekarang, saya tidak mau komentari lagi, sudah beralih," ucap Penny.

()Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito memberikan keterangan pers di Kantor BPOM, Jakarta Timur, Kamis (19/11/2020). Vaksin covid-19 yang ditargetkan Desember tertunda dan bakal mundur pada Januari 2021. Di Indonesia sendiri, pengadaan vaksin covid-19 akan didatangkan dari CanSino Biologics Inc, Sinovac Biotech Ltd, dan Sinopharm (G42), tiga perusahaan China. Tiga vaksin Covid-19 tersebut direncanakan akan tiba pada akhir tahun ini. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Penny mengingatkan pentingnya sebuah penelitian ilmiah harus melewati uji praklinik atau uji hewan sebelum diberikan kepada manusia.

Hal itu untuk menghindari kesalahan fatal dan memberikan perlindungan kepada relawan.

"Kalau tidak dilakukan dan langsung loncat ke clinical trial, nanti kesalahan ada di sana. Yang namanya penelitian begitu. Kita belajar dari tahapan-tahapan yang ada. Harusnya bisa dapat dikoreksi, diperbaiki," tutur Penny.

"Vaksin Nusantara kami tidak bisa jawab. Penilaian Badan POM pada fase pertama uji klinik vaksin dendritik belum bisa dilanjutkan ke fase II dan ada temuan correction action. Koreksi-koreksi harus ada perbaikan kalau mau maju ke fase kedua," katanya.

Sebelumnya, dokumen hasil pemeriksaan tim BPOM menunjukkan berbagai kejanggalan penelitian vaksin.

Misalnya, tidak ada validasi dan standardisasi terhadap metode pengujian. Hasil penelitian pun berbeda-beda, dengan alat ukur yang tak sama.

Baca juga: Saat Puasa di Bulan Ramadhan, Bolehkah Mandi Wajib atau Junub Dilakukan Setelah Imsak?

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved