Warga Baduy Menangis, Gunung dan Hutan Sakral Dirusak Penambang Emas Liar, Dedi Mulyadi Marah
Warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menangis setelah mengetahui hutan sakral mereka rusak oleh penambang emas liar.
SERAMBINEWS.COM - Warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menangis setelah mengetahui hutan sakral mereka rusak oleh penambang emas liar.
Luas lahan yang rusak tersebut mencapai dua hektare.
Warga Baduy pun meminta pemerintah untuk menjaga hutan mereka.
Permintaan itu disampaikan melalui potongan video yang diunggah di media sosial oleh akun @inforangkasbitung.
Sebuah video yang memperlihatkan para penatua atau sesepuh masyarakat Baduy viral di media sosial.
Dalam video tersebut mereka mengungkapkan kesedihan atas kondisi alam yang sudah rusak.
Mereka sedih atas kondisi Gunung Liman, Desa Cibarani, Kabupaten Lebak, Banten yang telah rusak akibat sekelompok penambang emas ilegal atau gurandil yang berada di sana.
"Kami mohon ke pemerintah, kami diamanatkan oleh leluhur supaya gunung jangan dihancurkan, lembah jangan dirusak, adat jangan diubah".
"Tapi sekarang terbukti Gunung Liman yang dirusak, minta tolong ke pemerintah," kata seorang warga Baduy dalam potongan video tersebut menggunakan bahasa lokal setempat.
Kepala Desa Cibarani, Dulhani yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Ia menjelaskan peristiwa tersebut telah lama dilakukan para penambang emas ilegal.
Akan tetapi, tidak ada upaya serius dari pemerintah setempat untuk melakukan penutupan aktivitas ilegal tersebut.
"Itu sudah sejak lama dilakukan pengerukan ilegal oleh gurandil. Kita laporkan kemudian ke Polda Banten untuk segera ditindak," katanya saat dihubungi, Kamis (22/4/2021).
Ia menegaskan, keadaan Gunung Liman sendiri sudah lama dititipkan para leluhur yang ada disana.
Menurutnya, sejauh ini terdapat enam orang yang melakukan aktivitas penambangan emas ilegal tersebut dan tinggal di area tambang tersebut.
"Ada sekitar empat bulan sudah menetap disana. Kita juga sudah meminta agar segera ditangkap para gurandilnya yang berada disana," tegasnya.
Baca juga: Setahun Pandemi Landa Indonesia, Tak Ada Warga Suku Baduy yang Positif Covid-19, Apa Rahasianya?
Baca juga: Gadis Suku Baduy Dibunuh dan Diperkosa, Ini 4 Faktanya: Dirudapaksa Meski Tewas Bersimbah Darah
Sumber mata air warga Baduy
Sementara itu, Kepala Desa Cibarani, Kecamatan Lebak, Dulhani menyebutkan luas hutan sakral yang dirusak penambang emas liar itu mencapai dua hektare.
Berdasarkan pengamatannya, di hutan sakral itu ditemukan sejumlah lubang yang diduga tempat penambang liar mencari emas.
Dulhani menduga, pembuatan lubang itu sudah berlangsung lama, kemungkinan berbulan-bulan.
Namun baru diketahui karena lokasinya cukup jauh dari permukiman.
Dulhani mengatakan, lubang-lubang tambas emas ilegal itu berlokasi di Gunung Limun yang masuk wilayah Wewengkon Adat Kasepuhan Cibarani di Kecamatan Cirinten. Lokasi itu masih masuk hutan titipan leluhur Baduy.
Hutan tersebut merupakan sumber mata air yang sangat dijaga oleh masyarakat Suku Baduy.
Di sana terdapat sumber aliran sungai-sungai penting di Kabupaten Lebak dan Banten, yakni Sungai Cibarani, Ciliman, Ciujung dan Sungai Cibaso.
Dedi Mulyadi marah
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPR yang konsen pada isu lingkungan, Dedi Mulyadi marah setelah mengetahui hutan sakral Suku Baduy dirusak hingga membuat warga menangis. Dedi menyebut perusakan itu sungguh memalukan.
"Malu kita sebagai orang beragama melakukan perusakan. Ditangisi orang Baduy," kata Dedi saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (22/4/2021).
Dedi mendesak pemerintah pusat melalui pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas penambangan emas ilegal di hutan sakral Suku Baduy.
Dedi bahkan meminta besok, pemerintah melakukan operasi penangkapan dan menutup areal yang digunakan penambangan ilegal atau gurandil tersebut.
"Besok segera ditindak. Jangan biarkan perusakan alam terus berlanjut," tegas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengaku malu kepada orang Baduy.
Kata dia, orang Baduy tidak mengenyam pendidikan formal seperti warga lainnya di Indonesia.
"Namun mereka jauh lebih beradab dibanding kita. Saya jujur malu sama orang Baduy, malu sama ucapan, malu sama sikap kita," tegas Dedi. ( Tribun Banten / Kompas.com)
Baca juga: Puluhan Dai Kamtibmas Jajaran Polda Aceh Siap Tausiyah Kepada Masyarakat
Baca juga: Arab Saudi Larang 20 Negara, Termasuk Indonesia, Saat Penerbangan Dimulai Kembali 17 Mei 2021
Baca juga: Kalah Bermain Futsal, Seorang Remaja Tega Bunuh Temannya